Malam hari setelah kepergian Zi Lan...
Wei Lian POV
Aku memanggil Liuli untuk menyiapkan beberapa barang yang kubutuhkan.
"Malam-malam begini Nyonya ingin melukis ?" Tanya Liuli dengan ekspresi kaget.
"Memangnya salah ? Bawa semua barang yang kubutuhkan ini ke dekat kolam." Pintaku
Liuli awalnya membantah apa yang kuperintahkan, ia beralasan bahwa ini sudah malam dan udara diluar sangat dingin, dia juga sudah mengantuk.
"Bawa saja, aku sangat merindukan Tian'er, kau pergilah tidur setelah ini, ini dikediamanku sendiri dan juga ada banyak murid yang berjaga." Jawabku.
Pada akhirnya Liuli menyerah dan menuruti semua keinginanku.
Aku menorehkan berbagai warna pada kanvas yang ada didepanku. Aku tak tau lukisanku ini bagus atau tidak, hanya saja aku ingin melukis Tian'er sesuai yang ada dalam mimpiku.
Walaupun di dunia nyata aku tak memiliki anak karena keguguran tapi disini aku memiliki anak walaupun ia sudah mati.
Pasti Wei Lian juga akan senang mengetahui apa yang kulakukan ini.
Tak lama lukisanku pun telah usai, meskipun lukisanku tak begitu indah, namun aku tau kalau semua perasaanku tersampaikan dengan baik pada lukisan ini.
"Tian Er, ibumu sangat merindukanmu." Ucapku dengan berlinang air mata.
"Andai saja kalau aku tak keguguran waktu itu mungkin aku juga bisa tau akan seperti apa wajah anakku." Gumamku.
■■■■■■■■■■■■■■■
Tanpa Wei Lian sadari sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari atas genteng kamarnya.
Ia berbaring sambil menikmati arak yang digenggamnya.
Sejak sebelum Wei Lian muncul dia memang sudah berada di atas genteng, awalnya dia berniat untuk pulang secara diam-diam.
Namun saat melihat indahnya kolam di kediaman Wei Lian dia berhenti.
"Jadi ini adalah kamarnya, kenapa dia belum tidur ?"
"Di malam yang dingin ini dia melukis, aku jadi penasaran akan sebagus apa pemandangan yang akan ia hasilkan diatas kanvas itu."
"Apa kemampuan bela dirinya sangat buruk ? Sampai-sampai ia tak menyadari keberadaanku sejak tadi." Ucapnya terheran.
Ia terus memperhatikan Wei Lian yang tengah melukis, angin yang bertiup kencang membuat Wei Lian beberapa kali harus membenahi tatanan rambutnya.
"Dengan rambut yang berantakan saja dia sangat cantik..." ucapnya dengan penuh kekaguman.
Sampai pada akhirnya Wei Lian menyelesaikan lukisannya, ia melihat gadis itu langsung menangis dan mengusap beberapa kali lukisan tersebut.
"Sebenarnya apa yang dia lukis sampai-sampai ia menangis sampai seperti itu ?"
Karena sangat penasaran dan juga sedikit iba, pria itu akhirnya turun dari atas genteng.
"Di malam yang indah ini mengapa seorang gadis cantik menangis ?" Ucapnya.
Wei Lian pun terkejut mendengarnya, ia sama sekali tak mengenal laki-laki itu biarpun terus memperhatikannya dengan seksama.
"Siapa kau ? Kenapa ada dikediamanku ?" Tanya Wei Lian dengan ketakutan, bahkan ia juga ingin berteriak untuk memanggil para murid yang sedang berjaga.
"Nyonya tak perlu ketakutan seperti itu, aku Tuan Muda Kedua keluarga Xu, Xu Ye Han adalah namaku." Ucap Ye Han dengan membungkukkan badannya.
Ye Han langsung memperhatikan lukisan yang dibuat oleh Wei Lian, itu adalah seorang anak kecil.
"Sangat tampan dan sangat mirip dengan anda, apa dia ini Wei Tian Li ?" Tanya Ye Han
Wei Lian pun mengangguk mengiyakan.
"Namun kenapa bisa kau ada disini ? Bukannya ada banyak murid sekte Wei yang sedang berjaga ?" Tanya Wei Lian penasaran
"Nyonya aku adalah seorang ahli bela diri, sangat mudah bagiku untuk masuk kesini dan berbaring di genteng kamarmu." Jawab Ye Han dengan penuh senyuman.
Wei Lian pun marah mendengar jawaban dari Ye Han, "Ya aku tau kau ahli bela diri tapi tak seharusnya kau melakukan hal tak sopan seperti itu, kau bukan maling dan juga bukan pembunuh bukan ?!"
Ye Han pun meminta maaf pada Wei Lian atas perilakunya yang tak sopan itu.
"Maafkan aku Nyonya, hanya saja pemandangan dikolam dan taman kediaman ini sangatlah indah, sampai-sampai membuatku tak ingin pergi dari sini." Jelas Ye Han
"Baiklah untuk kali ini aku akan mengampunimu, lain kali aku tak akan membiarkannya." Jelas Wei Lian
"Kalau begitu lain kali aku akan datang lewat pintu agar lebih sopan." Jawab Ye Han.
Wei Lian yang mendengar itu benar-benar tak habis pikir.
"Mengapa kediaman ini dinamakan istana cermin bulan Nyonya ?" Tanya Ye Han.
"Kalau kau memang menikmati pemandangan disini harusnya kau tau kan kalau kolam ini memantulkan pemandangan dilangit, cahaya bulan yang menyinari kolam ini juga membuatnya semakin indah dipandang." Jelas Wei Lian dengan penuh amarah.
Ye Han hanya tersenyum mendengar jawaban dari Wei Lian. Entah kenapa gadis itu terlihat sangat menggemaskan saat marah.
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu agar anda dapat istirahat dan gunakanlah sapu tangan ini untuk menyeka air mata anda." Ucap Ye Han lalu langsung pergi begitu saja.
Ia meloncat ke atas genteng dengan mudahnya bahkan tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
"Benar-benar tak tahu sopan santun." Gerutu Wei Lian.
Setelah kepergian Ye Han, ia juga memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya, cuaca diluar juga semakin dingin, kalau sampai ia jatuh sakit pasti Liuli akan mengomelinya sepanjang hari.
...****************...
Di kamar Ye Han...
"Masuklah, aku tau kau berada diluar Ye Han." Ucap seseorang didalam kamar.
Ye Han yang menunggu diluar akhirnya memasuki kamar, ia tahu kalau kakaknya itu pasti akan memarahi dirinya karena bermain saat menghadiri acara penting.
"Aku tau kalau kakak marah tapi aku sudah cukup lelah mendengar omelan lagi, aku juga mengantuk sekali." Ucap Ye Han
Si Ming hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya itu.
"Baiklah kau tidurlah sekarang, besok kita masih harus datang ke aula perjamuan." Ucap Si Ming lalu pergi meninggalkan kamar Ye Han.
Seperginya kakaknya itu Ye Han langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Ia berusaha memejamkan matanya untuk tidur.
"Dia memang terlihat sangat menyedihkan, menikah di usia muda, juga kehilangan anak di usia muda." Gumam Ye Han yang teringat pada Wei Lian.
"Jin Ling kurasa aku tak akan bisa tidur tengan nyenyak, temani aku minum." Teriak Ye Han.
Tak lama datanglah seorang laki-laki gagah dengan menggenggam sebuah pedang ditangan kirinya.
"Kalaupun aku menolak, besok pagi pasti Tuan Muda Si Ming tetap memarahiku." Jawab lelaki yang dipanggil Jin Ling itu.
Ye Han hanya bisa tertawa mendengar jawaban dari pelayannya itu.
"Hal hebat apa yang membuat anda tak bisa tidur setelah minum banyak ? Ini tak seperti sikap anda biasanya." Tanya Jin Ling yang penasaran.
"Entahlah bisa disebut hal hebat atau bukan tapi itu memang menggangguku." Jawab Ye Han.
Kesal dengan Jin Ling yang bersikap seolah curiga padanya, Ye Han pun menyuruh Jin Ling untuk menghabiskan semua arak yang ia bawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
prima_sari
naksir bini org 🤣
2022-10-01
0
Kristya
Ye Han buaya ya jdi laki, bisa2nya ngawasin dari atas genteng 😭
2022-08-01
0