Esok paginya....
Liuli terlihat sangat bersemangat mendandani Wei Lian.
Ya, hari ini Nyonyanya itu ingin pergi menemui para tamu dan juga suaminya.
"Nyonya tak berdandan saja cantik, apalagi berdandan seperti ini." Puji Liuli.
"Kau memang selalu memujiku." Jawab Wei Lian.
"Tentu saja, Nyonya kan memang sangat sempurna." Ucap Liuli.
Wei Lian memandangi dirinya dicermin.
"Wei Lian memang sangat cantik, aku saja selalu kagum melihat wajah ini." Batin Jian Mei.
Tak lama setelah ia selesai didandani, Wei Lian ditemani dengan Liuli pun segera pergi dari kediamannya untuk menemui Zi Lan.
Sayangnya saat sampai dikamar Zi Lan, suaminya itu tengah mengobrol bersama Meixi.
"Nyonya, haruskah aku berteriak mengumumkan kedatanganmu ?" Tanya Liuli.
Wei Lian pun menggeleng, ia ingin tahu apa yang tengah dibicarakan suaminya dengan Meixi itu.
Didalam kamar...
Meixi sedang memasangkan baju pada suaminya itu.
Mereka memang terlihat seperti pasangan yang sangat sempurna.
"Suamiku, karena masalah yang dibuat oleh Wei Lian itu acara perayaan Zi Yu tak berjalan dengan lancar semua." Ucap Meixi
"Sabarlah, nanti aku akan mengadakan acara lainnya untukmu dan Zi Yu." Jawab Zi Lan.
"Benarkah ?" Tanya Meixi.
"Tentu saja, kau kan tahu kalau Zi Yu itu putra kesayanganku. Lagipula dialah nantinya yang akan mewarisi sekte Wei ini, semua orang harus mengenalnya." Jawab Zi Lan.
Meixi pun tersenyum, ia benar-benar sangat senang.
"Jika dibandingkan dengan anak Wei Lian memang anakku itu tetap yang terbaik. Kalaupun anak itu masih hidup kujamin mana mungkin ia bisa mengangkat pedang dengan tubuh lemah itu." Ucap Meixi.
"Mungkin memang ia meninggal adalah takdir yang baik." Ucap Zi Lan.
Lagi-lagi Meixi pun tersenyum senang.
"Yah...memang benar, aku juga lebih kasihan kalau anak itu hidup, selain penyakitan, ibunya sendiri juga sangat lemah, apanya yang pendekar kalau kultivasinya juga seburuk itu." Ucap Meixi lagi.
"Sudahlah jangan membicarakan hal yang membuatku sedih." Pinta Zi Lan.
"Baiklah-baiklah maafkan aku." Jawab Meixi.
■■■■■
Wei Lian yang mendengar semuanya dari luar tentu saja menahan tangis.
Ia pun berbalik arah dan meninggalkan kamar Zi Lan dengan perasaan sesak.
Liuli pun hanya diam mengikuti Wei Lian dari belakang, ia tahu kalau Nyonya yang ia layani itu sedang sedih.
Setibanya dikamar Wei Lian langsung meminta Liuli untuk memanggil tabib.
"Apa Nyonya tak enak badan ?" Tanya Liuli khawatir.
"Tidak, aku baik-baik saja, cepat pergilah ke tempat tabib, aku akan menunggunya disini." Perintah Wei Lian.
Dengan segera Liuli pun pergi meninggalkan kamar Wei Lian.
Ia mengingat kembali apa yang ia dengar tadi didepan kamar Yuan Zi Lan.
Ia benar-benar kecewa dengan suaminya itu, bagaimana mungkin dia mengatakan mati adalah takdir terbaik untuk putra mereka.
Tak lama tabib pun datang, ia langsung memberi hormat pada Wei Lian.
"Apakah Nyonya tidak enak badan ?" Tanya tabib itu.
Wei Lian menggelengkan kepalanya.
"Lalu ada urusan apa sampai-sampai anda memanggilku Nyonya ?" Tanya tabib itu.
"Aku ingin kau memeriksa keadaanku saja." Ucap Wei Lian.
Tabib pun langsung memeriksa keadaan Wei Lian.
"Keadaan anda tentu saja sudah lebih baik daripada kemarin Nyonya, tapi anda tetap harus meminum obat yang telah kuberikan agar kesehatan anda benar-benar pulih." Ucap tabib itu.
"Bukan itu jawaban yang kuinginkan." Ucap Wei Lian.
Tabib pun bingung dengan perkataan Wei Lian, Liuli sendiri juga ikut kebingungan.
Lalu jawaban apa yang sebenarnya yang Wei Lian inginkan ?
"Nyonya kemampuanku memang sangat kurang, mohon maafkan aku." Ucap tabib itu.
"Aku tak butuh permintaan maafmu tabib, sebenarnya aku menyuruhmu memeriksa kesehatanku hanya karena aku ingin bertanya sesuatu." Jelas Wei Lian.
"Apa yang ingin anda tanyakan Nyonya ?" Tanya tabib itu penasaran.
"Apa aku bisa hamil ?" tanya Wei Lian dengan raut muka serius.
"Ya ?" Ucap tabib itu bingung.
Ya, dia bingung harus menjawab apa.
"Nyonya, maafkan aku harus mengatakan ini, dengan kesehatan Nyonya sekarang dan juga penyakit yang anda derita, akan sangat sulit bagi anda untuk mempunyai anak lagi, kalaupun anda hamil, hamba takut ia akan bernasib sama seperti mendiang Tuan Muda Tian'er." Ucap tabib itu dengan ketakutan.
Wei Lian pun menjadi sangat emosional, ia langsung menampar tabib itu.
Plakkkk!!!....
"Mohon ampuni aku Nyonya..." pinta tabib itu dengan bersujud dikaki Wei Lian.
"Pergilah, aku tak ingin melihatmu." Ucap Wei Lian dengan suara bergetar.
Liuli pun mengantar kepergian tabib itu, ia meminta maaf padanya mewakili Wei Lian.
"Tabib mohon maafkan Nyonya Wei Lian, pikirannya sedang sangat kacau saat ini." Ucap Liuli.
Tabib itu hanya menghela nafas, "Berikan obat ini pada Nyonya, aku tau ia sedang banyak pikiran, obat ini akan membantunya untuk tidur lebih nyenyak nanti."
Begitu Liuli kembali kedalam kamar Wei Lian, ia melihat Wei Lian sedang menangis , keadaan kamarpun benar-benar sangat berantakan.
"Nyonya..." ucap Liuli pelan.
Liuli pun langsung memeluk Wei Lian dengan erat, berharap Nyonyanya itu bisa kembali tenang.
"Kau dengar kan Liuli ? Mengapa mereka selalu merendahkan putraku ? Memangnya kenapa kalau aku punya anak penyakitan lagi ? Apa kalau dia penyakitan ia bukan manusia ?" Ucap Wei Lian.
Liuli pun ikut menangis begitu mendengar keluh kesah Wei Lian.
Andai saja Wei Lian tadi tak mendengar ucapan Meixi dan Zi Lan pasti keadaan Wei Lian tak akan seperti ini.
"Nyonya tenanglah, hatiku benar-benar hancur melihat anda seperti ini." ucap Liuli.
■■■■■
Malam hari....
Zi Lan sedang berkunjung ke kediaman Wei Lian.
"Memang tempat ini selalu sunyi..." gumamnya.
Begitu tiba dikamar Wei Lian, ia melihat istrinya itu sedang mabuk-mabukan.
Zi Lan tentu saja sangat marah.
"Apa yang kau lakukan hah ?! Sebanyak apa kau minum sampai-sampai bau arak begitu menyengat ?" Tanya Zi Lan.
Namun Wei Lian sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Zi Lan.
Ia terus menerus menuangkan arak kedalam cangkir dan meminumnya.
"Wei Lian!!!!" teriak Zi Lan.
"Apa ?" Tanya Wei Lian dengan sangat singkat.
"Apa kau sudah gila minum sebanyak ini ? Kau itu masih sakit!" Teriak Zi Lan.
Ia langsung merebut cangkir yang ada ditangan Wei Lian dan membantingnya ke lantai.
"Memangnya kenapa ? Kau juga pasti berpikir kalau aku mati adalah takdir yang bagus bukan ? Aku tak akan sakit lagi dan membuat keluargaku malu. Ahhh...aku baru ingat kalau aku tak punya keluarga." Ucap Wei Lian dengan isak tangis namun bibirnya itu membentuk sebuah senyuman.
Deg!.
Zi Lan pun tersadar kalau istrinya itu telah mendengar pembicaraannya dengan Lu Meixi tadi pagi.
"Tenanglah, aku tak akan berpikir begitu tentangmu Lian'er." Ucap Zi Lan berusaha menenangkan Wei Lian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments