Lurah Pondokku Calon Suamiku
Sore itu, temanku yang satu kampung datang ke rumahku. Dia berbelanja di warung mamahku. Kebetulan, kami memiliki warung sembako. Walaupun tidak besar, tapi Alhamdulillah warung itu bisa menghidupi kebutuhan keluarga kami. Bahkan berhasil menguliahkan diriku dan juga adik perempuanku satu-satunya di Universitas negeri dan favorit.
Kedua orang tuaku adalah seorang pedagang, orang kampungku bilang, Papahku adalah juragan beras. Selain menjadi juragan beras, seingatku, saat aku masih kecil dahulu, Papahku juga pernah jadi juragan tebu, juragan bawang. Sehingga mendapatkan predikat sebagai orang kaya. walaupun sebenarnya kami hanya keluarga biasa saja. Yang tidak berlebihan tetapi tidak kekurangan. Semua cukup sesuai porsinya.
Mamahku seorang wanita sederhana yang pekerja keras dan sangat handal dalam berbisnis. Koneksi papahku juga luas. Setiap ada pemilihan kepala desa, pasti papahku selalu dicari oleh tim sukses, untuk membantu menggold kan calon mereka. Tetapi Papahku tidak pernah silau dengan jabatan di pemerintahan.
Kebanyakan orang kalau membantu kampanye seperti itu, pasti minta jatah kursi atau balas Budi, tapi Papahku tidak pernah melakukan itu. Papahku adalah orang yang mulia hatinya, dia hanya ingin membantu orang tanpa rasa pamrih. Itulah kehebatan Papahku.
Papahku orang yang sederhana dengan pemikiran yang kolot, dan juga bersifat keras dan galak. Aku bisa dipastikan setiap hari selalu berantem dengan beliau mengingat karakter kami yang sama, sama-sama keras kepala.
Aku juga tidak tahu kenapa, pokoknya ga nyaman aja bawaannya, walaupun sebenarnya kami saling menyayangi dengan cara kami sendiri.
Adikku bernama Rindu. Dia adalah seorang wanita yang supel dan pandai membawa dirinya, dia banyak teman dan banyak koneksi. Berbeda dengan diriku yang cenderung bersifat tertutup dan kalau yang tidak kenal, pasti berpikir kalau aku adalah wanita yang sombong dan tidak suka bergaul dengan masyarakat. Aku lebih suka tidur dan nonton film di hape, daripada sibuk ngerumpi ga jelas bersama tetangga atau teman-temanku.
Sejak aku kecil, tidak ada laki laki yang berani mendekatiku. Karena mereka takut dengan Papahku yang katanya orang kaya dan galak.
Ituulah yang membuat diriku hingga usia dua puluh tahun tapi belum memiliki seorang kekasih ataupun teman lelaki.
Sewaktu aku kecil, Papahku merantau ke Arab Saudi sebagai sopir, demi menyiapkan NASA depan keluarga menjadi lebih baik beliau rela berjauhan dengan keluarga, bahkan kelahiran anaknya saja dia tidak hadir.
Saat itu Papahku menunggu kelahiranku, tapi tak kunjung tiba. Sementara bosnya sudah mendesak beliau untuk segera kembali ke Arab Saudi.
Jadilah anak pertamanya hadir ke dunia ini tanpa kehadiran seorang Papah di sampingnya.
Nenekku bilang, saat papahku di penampungan, bersiap untuk pemberangkatannya, aku lahir ke dunia ini.
Selama semalaman masih juga tak kunjung lahir.
"Nak, ini papah kamu datang, cepat lahir ya nak, kasihan mamahmu sudah semalaman kesakitan. Kami juga sudah rindu untuk memelukmu," ucap nenekku sambil menaruh sarung papahku di perut buncit mamahku yang saat ini masih menahan sakit, akhirnya, seperti ada keajaiban, akhirnya aku lahir ke dunia ini.
Saat aku kelas tiga SD, gantian Mamahku yang merantau ke Arab Saudi sebagai seorang pembantu. Mungkin itulah yang kemudian membentuk karakterku saat ini. Cenderung tertutup dan sulit bergaul. Aku terbiasa hidup sendiri sejak kecil.
Sejak kecil, aku dan Adikku tidak dekat. Karena kehilangan sosok Papah dan Mamah sejak kami kecil. Sejak aku mulai mengingat sesuatu, yang aku ingat hanya sosok Papah yang pemarah dan suka menghukumku. Aku tidak dekat dengan Papahku sejak kecil.
Saat Mamahku pergi ke Arab, Aku tinggal dengan keluarga Nenek dan Kakekku dari pihak Mamah, sementara adikku ikut nenek dari pihak Papahku.
itulah yang menjadi sebab, kami dua bersaudara tapi jauh dan seakan tak ada ikatan persaudaraan. seingatku, kami selalu tidak akur semenjak kecil dahulu.
"Jadi ga besok kembali ke Purwokerto?" tanya temanku sekampung dan juga satu universitas denganku itu, Surya namanya. Dia berhasil membuyarkan lamunanku saat ini.
"Jadilah, memang kenapa?" tanyaku santai
"Aku ikut nebeng ya, biar cepat sampai. Malas kalo harus naik mobil" katanya sambil menatapku.
"Baiklah. Siap-siap saja besok ya. Kita berangkat pagi pagi," dia mengangguk dan kemudian pamit.
"Siapa Nur?" tanya Mamahku saat melihat Aku yang masih berdiam diri di warung.
"Surya Mah, dia mo ikut Aku besok. Mo nebeng katanya," jawabku sambil masuk kamarku.
"Ya sudah, cepat berkemas, biar besok ga terburu-buru." sahut mamahku sambil tersenyum.
Aku segera mencari tasku dan memasukan pakaian, hanya berapa potong saja. Karena aku memang gak lama pulang kampung.
Keesokan harinya, pagi-pagi surga sudah datang ke rumahku, sudah siap dengan tas di punggung.
"Kamu yang nyetir ya, aku ga biasa naik motor ke kota," ucapnya sambil melihat ke arahku yang sedang memakai sepatu.
"Masa lelaki di boncengan perempuan sih Sur? malu dong ah... " protesku sambil cemberut.
"Aku bisa sih naik motor, tapi kalo perjalanan jauh, belum luwes. Kalau kamu kan sudah biasa, PP naik motor. Aku cuma takut, nanti kenapa napa," ucap Surya. Aku sudah selesai memakai sepatuku. Mamahku keluar dan menyerahkan uang bulanan buat bekal hidupku selama sebulan di kota Purwokerto.
Akhirnya kami berangkat, tanpa banyak perbincangan kami pun sampai ke Purwokerto dengan selamat.
"Sur, dimana kostmu?" biar Ku antar sekalian sampe sana," ucapku saat kami memasuki gerbang kota Purwokerto.
"Aku ga ngekos, tapi mondok di pondok pesantren" ucapnya pelan.
"Ya udah, ga papa, dimana pondokmu? Sekalian aku juga mo lihat. Siapa tahu nanti ada minat mo mondok juga, masa kontrak kost ku sudah mo berakhir. Lagi pula, sebentar lagi aku mo wisuda, sayang kalo ambil kontrakan satu tahun," ucapku sambil fokus nyetir.
Walaupun aku perempuan, tapi aku seorang pembalap loh, kalau sudah di motor, pasti bawaannya ngebut. Jarak kotaku ke kota Purwokerto yang biasa ditempuh 4 jam, bisa Ku tempuh hanya 3 jam saja.
Setelah diberi tahukan alamat pondoknya, Aku segera memacu motorku ke alamat yang di maksud. Aku sangat penasaran, pondok seperti apa yang hanya mematok Rp. 20.000 saja perbulan. Kebetulan masa kontrak kost ku sudah mo habis, Aku juga sudah dalam persiapan untuk wisuda, hanya sedang menyelesaikan penelitian dan skripsiku.
Rencana Ku, kali Aku cocok dengan pondok pesantren tersebut, ga ada salahnya, kalau Aku mondok juga.
Saat kami sampai, temanku itu menunjukkan kamarnya yang amat sederhana, hanya dari dinding bambu. Aku lihat banyak santri putra disana, tidak aku lihat satupun santri putri. saat itu Aku terheran.
"Sur, kenapa ga kelihatan santri putri disini?" tanya Ku keheranan.
"Iya, disini memang hanya ada santri putra, kalau Kau nanti jadi mondok disini, Kamu adalah santri putri pertama disini," dia tersenyum padaku.
"Kenalkan ini lurah di pondok ini, namanya Ali. Kenalkan, temanku dari kampung, namanya Nur, " aku hanya tersenyum saja, pada lelaki sederhana itu. ' Lumayan ganteng' bathinku.
Aku hanya tersenyum saat itu. Tanpa mengerti bahwa kelak dia akan menjadi suamiku dan ayah dari anak-anakku.
Dia tampak tersenyum padaku. Aku yang memang cuek hanya sedikit mengangguk saja. Lalu beliau pamitan dengan Surya.
" Terima kasih ya, sudah mo repot nganterin Aku," ucapnya senang.
" Iya sama-sama," lalu Aku pun segera berpamitan dan melajukan sepeda motorku menuju kostku sendiri yang jaraknya aga jauh dari pondok pesantren Surya sekitar setengah jam.
Saat sampai kostku, Aku yang sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh, langsung istirahat. Teman-teman satu kostku datang menyambut kedatanganku dengan senang.
"Aku istirahat dulu ya, cape banget deh,"
"Ya terima kasih oleh-olehnya," Aku hanya tersenyum dan segera masuk ke kamarku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Pink Blossom
pondok'y msh bru, kh?
2023-03-31
1
Pink Blossom
mngkn cm byr listrik aja,, utk mkn'y bli atw msk sndri,, mngkn sprt itu
2023-03-31
1
Pink Blossom
pnts gk dkt,, rupa'y d bgi 2 🤧🤧
2023-03-31
0