Hari ini Aku ke kampus, menyerahkan proposalku pada Dosen pembimbing, setelah urusan dengan Dosen selesai, Aku memutuskan untuk ke perpustakaan pusat, mencari buku untuk referensi proposalku, yang tadi mendapatkan banyak koreksi dari dosenku. Itu artinya harus Aku perbaiki lagi.
Saat di perpustakaan Aku bertemu dengan Adrian, ketua AEC ku, laki-laki tampan itu, yang jago bahasa Inggris juga. Dia tampak serius dengan buku yang dia baca, jadi Aku ga mengganggu. Aku sendiri mencari tempat yang agak pojok, agar bisa konsentrasi dengan buku yang akan Aku gunakan untuk referensi.
Setelah merasa cukup, Aku putuskan untuk mengunjungi koperasi mahasiswa yang belum lama ini Aku bergabung di sana. Aku menjadi asisten departemen komunikasi dan informasi. Dibawah kepemimpinan mas Inug sebagai Kepala bagianku.
Walaupun hanya koperasi mahasiswa, tapi struktur organisasi dibuat selayaknya perusahaan.
Ketua koperasi dinamakan Direktur Eksekutif yang bernama Herliana, di bawahnya ada DPO atau direktur pengembangan organisasi, yang di pegang oleh mas Dani, orang Pangandaran. Lalu ada juga DPB atau Direktur Pengembangan Bisnis bernama Ali Syafie.
Aku kesana hanya untuk mengecek, barangkali ada tugas untukku dari Ka Bag Ku. Mas Inu. Saat akan masuk ke tempat biasa kami berkumpul, tanpa sengaja Aku bertemu dengan Direktur Eksekutifku, mas Herli. Dia memanggilku ke ruangannya. Aku yang terheran hanya mengikuti dia saja.
"Silahkan duduk," ucapnya, sambil duduk di kursinya," Bagaimana perkembangan booklet untuk penyambutan mahasiswa baru? apa ada kendala?" Aku duduk dihadapannya. Aku diam sesaat. Entah kenapa, tiba-tiba ada rasa sesak di dadaku.
Laki-laki di hadapanku ini pernah special dihatiku, Aku ingat, bahkan kami pernah pergi ke Baturaden bersama dengan Bibi dan juga Adekku. Ada mitos yang mengatakan, pasangan tidak boleh pergi ke sana, kalau tidak, nantinya akan putus.
Kami tidak bisa dikatakan pasangan, karena tidak pernah ada kata bahwa dia menjadi Aku sebagai kekasihnya. Kami hanya ada hubungan anggota dan Ketua, secara profesional, hanya ada Direktur Eksekutif dan Asisten Ka Bag saja.
Dulu Dia pernah mengajakku ketemu di taman kampus, menanyakan kebenaran tentang selentingan yang mengatakan bahwa Aku suka padanya.
"Tidak kok mas, masa iya saya suka sama Mas Herli? ga mungkinlah. Kita itu bagai langit dan bumi. Saya hanya asisten kecil, Mas Herli seorang Direktur di koperasi Kita. Mana Saya berani?" ucapku kalau itu, dengan gugup dan rasa takut.
Laki-laki itu, kalau sudah dalam lingkup koperasi sangat bersinar dimataku. Apalagi kalo sudah bertemu teman-teman satu haluan, Dia sangat menggebu-gebu kalau sudah bicara tentang koperasi.
Saat itu tanganku terasa sangat dingin, Aku ga berani untuk memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman. Dia terlalu tinggi bagiku. Mungkin ini yang namanya jodoh sudah di atur ya?
Walaupun ada sedikit rasa untuknya, tapi Aku sama sekali ga berani untuk mengakui itu.
"Kalau butuh bantuan, sampaikan saja, nanti Saya tunjuk beberapa teman agar membantu," ucapnya dan menyadarkan diriku dari lamunan.
"Hanya tinggal cetak, angaran Saya rasa sudah cukup, nanti rencana mo ke Jogja bersama Ujang, buat mencari percetakan yang bagus," Aku lihat Mas Herli mengangguk lalu bangkit dari kursinya.
"Ya sudah, kamu boleh keluar," Aku hanya beranjak dari kursiku dan melangkah ke luar. Agak sesak hatimu kala itu. Mengingat Kami pernah berjalan bersama di pinggir jalan, mengingat Kami pernah makan bersama di pinggir jalan. Tapi ga ada keberanian untuk mengakui bahwa itu adalah cinta.
Aku memutuskan untuk pulang saja. Aku pamit sama Mba Endah, bagian administrasi. Aku lelah, dan ga sanggup kalau harus berlama-lama berada satu lokasi dengan Mas Herli. Dengan pelan Aku melajukan motorku ke pondok pesantren tempatku tinggal sekarang.
Saat Aku sampai ke pondok, Aku lihat Pak Lurahku tengah menjaga warung. Aku hanya sekilas melirik Dia. Karena haus, Aku mengajak Aini untuk ke warung, rencana mau beli minuman dingin.
"Wah ada cewek cantik datang," goda salah satu santri putra. Aku hanya mengangguk saja, Aku pikir itu bukan untukku, tapi mengarah pada Aini, karena dia memang gadis yang cantik.
"Sayang ya, kita kalah start. Si cantik sudah ada yang punya," Aku dengar Pak Lurahku itu menyahuti ucapan kawannya.
Saat itu Aku gak ngerti maksud ucapannya apa dan untuk siapa kata-kata itu.
Setelah mendapatkan apa yang Aku mau, Aku dan Aini langsung masuk ke kamarku, rencana mo istirahat. Lelah sekali. Setelah pertemuan dengan Mas Herli tadi, rasanya masih sesak hingga sekarang.
"Apa kalau aku bilang ' ya aku cinta padamu, dia akan menerimaku?' bathinku dilema. Saat Aku merasa akan tertidur, Aku dengar ada suara salam di luar. Itu pak lurah, ada apa dia datang ke kamarku?
"Tolong panggil Nur juga, karena Saya ada perlu dengan kalian berdua," Aku yang mendengar namaku di sebut, langsung ke luar.
"Silahkan duduk," ucapnya dan Dia duduk tepat di depan pintu kamarku dengan menundukkan kepalanya. Aku dan Aini mengikuti instruksi beliau, pemimpin santri di pondok ini.
"Aini, mohon maaf kalau kehadiran Saya disini mengganggu." Dia menjeda ucapannya dan sekilas melirik ke arahku. Aku menunduk karena malu rasanya di lihat oleh laki-laki alim itu.
"Beberapa hari ini, Saya memperhatikan bahwa kamu sering sekali pulang terlambat dan di antar oleh laki-laki, " Aku terkejut mendengar perihal tersebut. Aku melirik ke arah Aini yang hanya menunduk dengan takut-takut.
"Maafkan saya ustadz, Dia teman saya," ucapnya pelan dengan menundukkan kepalanya makin dalam. Aku selama ini ga memperhatikan kebiasaan Aini yang suka pulang terlambat, Aku pikir memang karena dia sibuk dengan kegiatan dia di luar, ga ada masalah sama sekali.
"Kamu dititipkan oleh orang tuamu di pondok ini, karena mereka percaya, bahwa Kami akan menjaga dan mendidikmu menjadi seorang muslimah yang baik. Sebagai seorang santri, rasanya tidak pantas, kalau Kamu selalu pulang terlambat dan di antar laki-laki," ucapnya tegas.
" Dalam Islam, pacaran itu haram," ucapnya lagi.
'Nih orang cemburu apa gimana sih?' bathinku mulai jengah dengan keusilan dia ngurusin hidup orang lain.
" Maaf ustadz, kalau Kita tidak pacaran, lalu bagaimana kita kelak akan menikah?" sanggahku, karena jujur saja, Aku kasihan melihat Aini yang tengah di sidang Pak Lurahku itu.
"Jodoh, maut dan rejeki sudah Allah gariskan untuk umatnya," ucapnya tegas sambil melihat ke arahku, tampaknya dia tidak suka karena Aku memotong ucapannya.
"Maaf sekali lagi. Tapi bukankah sebagai manusia, kita juga berhak untuk berusaha? Pacaran adalah salah satu sarana untuk kita menemukan pasangan kita nanti," Aku tetap kekeuh dengan pendapatku.
"Seorang santri tidak boleh pacaran, Kalian harus fokus dengan belajar. Kalau kelak tiba waktunya, Kalian pasti akan dipertemukan dengan jodoh Kalian," Dia mengatakan semua petuah-petuah memberi nasehat kepada Kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Defi
Nur kamu bar2 sekali 🤭, disidang siapa yang jawab siapa
2023-01-21
1
Achi
Semangat, 💪💪
2022-09-23
1