Aku ketiduran dan saat terbangun sudah ashar. Aku bergegas mandi. Aku lihat mamah sedang sibuk di dapur bersama adikku. Mempersiapkan untuk lebaran idul fitri besok. Aku gak terlalu mahir dengan hal-hal seperti itu. jadi malas untuk membantu. Aku lebih suka membantu menyapu atau mencuci pakaian atau melayani pembeli di warung. Ga butuh keahlian dan gak ribet.
Setelah mandi dan sholat ashar. Aku ke warung, siapa tahu nanti ada pembeli, karena mamah dan adikku sibuk di dapur. waktu sudah menunjukkan jam lima sore.
dreeeeeetttt
dreeeeeetttt
Aku mendengar dering ponselku di kamar. Aku bergegas ke sana dan melihat siapa yang menghubungiku. Pak Lurah pondokku ternyata.
" Assalamualaikum " sapaku pelan.
" Waalaikum salam, aku dah sampe Sasak. Kamu mo jemput tidak?" aku terkejut dan langsung keluar, melihat aku yang terburu-buru sampai lupa dengan jilbab ku, papahku menegur.
" Kalau mo pergi-pergi Yo pakai jilbab toh nduk" aku nyengir kuda saat diingatkan papahku, dan bergegas ke kamarku, memakai jilbab instan yang terdekat. Langsung pergi ke motorku. Tak kuhiraukan papahku yang bertanya mau ke mana.
" Itu orang, saya kira bercanda, beneran ke sini toh? " aku ngegas motorku dan segera pergi menjemputnya. Aku ketemu dia di jalanan belokan yang sudah mau masuk ke desaku. Aku surprise sekali. Gak sangka, Pak Lurahku itu benar-benar datang ke rumahku.
" Eh... beneran kau datang ke sini untukku?" aku masih tak percaya, serasa kaya mimpi. Dia tersenyum melihatku dan mengusap pucuk kepalaku. Aku tersipu diperlakukan begitu.
Aku turun dari motorku, dan dia yang nyetir, menuju rumahku. Gak ada pembicaraan di antara kami karena rasanya sangat canggung sekali. Aku masih gak percaya, dia benar-benar datang untukku. Lurah pondokku yang galak dan otoriter itu. Laki-laki alim yang selalu menjaga pandangan dari wanita itu. Benar-benar datang ke rumahku. Apa ada hal yang lebih mengejutkan dari ini?
Walaupun kami terdiam, tapi pikiranku sibuk dengan sejuta pertanyaan. Kok dia menanggapi omonganku Tempo hari sih? padahal waktu itu aku cuma asal ceplos saja, karena merasa kasihan dengan Aini yang sudah menangis gara-gara dia sidang.
Kami sampai ke rumahku yang sederhana. Aku juga hanya perempuan sederhana, perempuan desa yang bahkan tidak tahu apa itu make up dan wewangian. Makanya aku heran dengan kedatangan Pak Lurahku yang ganteng itu. masih gak percaya aja gitu.. kok bisa?
Aku nyelonong aja masuk ke rumah, " Salam dulu" dia menegurku dengan halus. Mendengar itu hanya tersenyum dan mengucapkan salam.
" Assalamualaikum mah, pah. Ini tamunya sudah datang" aku masuk ke dalam dan mempersilakan dia untuk duduk. Papahku masih di kamar mandi, baru pulang dari sawah. Mamah dan adikku yang lagi sibuk di dapur langsung berlari ke ruang tamu dan menyambut kedatangan Pak Lurahku yang ganteng itu.
" Silahkan duduk Nak" mamahku menyambutnya dengan gembira lalu masuk ke belakang. Menyuruh papahku untuk bergegas Karena tamu sudah datang.
Setelah sholat papah menemui pak Lurahku di ruang tamu. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tampak serius sekali. Aku hanya berdiam diri di kamarku.
Sesekali mengintip mereka, tapi gak bisa mencuri dengar pembicaraan mereka. Mereka bicara sangat pelan, jarak mereka dan kamarku ada hampir 7 meter, jadi aku gak bisa mendengarkan pembicaraan mereka dari kamarku.
Yang aku lihat , papahku yang galak itu, hari ini begitu jinak, begitu takzim menghadapi pak Lurahku itu. Aku sampai dibuat terperangah, di buat tak percaya. Setelah bunyi azan magrib. Mamah mengajak mereka untuk buka puasa yang terakhir karena besok sudah mau lebaran.
Tampak pak Lurahku itu hanya meminum air putih lalu beranjak pergi menuju masjid yang hanya berjarak sekitar 20-30 meter dari rumahku. Papah juga ikut dia untuk sholat di masjid.
Aku buka puasa dan menunggu kedatangan Pak Lurahku untuk buka puasa. Aku, mamah dan adikku sudah buka puasa dan sudah sholat Maghrib juga.
Sekitar setengah tujuh, aku lihat papah dan Pak Lurahku yang bernama Alimudin itu berjalan bersama dan langsung menuju meja makan. Tidak ada pembicaraan di sana, setalah makan mereka kembali ke ruang tamu dan tampak berbincang dengan santai.
Aku dibuat takjub, Karena papahku benar-benar takluk padanya. Aku lihat papah tertawa bebas dan sangat bahagia bersamanya. Sungguh mengherankan sekali. Papahku yang galak sudah di taklukkan oleh Harimau dari wetan.
Saat adzan isya, mereka ke masjid bersama. Aku dicuekin sama dia. Melirik saja gak. Aku jadi kesal juga. Sepulang dari masjid, dia langsung pamit padaku. Aku terkejut kok secepat itu? aku saja belum berkesempatan bertemu dan bicara sama dia.
" Aku pulang dulu ya, baik-baik di rumah, tunggu keluarga ku untuk melamar kamu" ucapnya teduh sambil mengusap pucuk kepalaku. Papah hanya melihat kami dari dapur. Dia sedang minum kayanya.
" Kok cepat sekali? gak menginap saja? kan kita juga belum berbincang " gak tahu kenapa, aku agak keberatan melepas kepergian dia. Air mata mulai mengembun di kelopak mataku.
" Besok saja pulang nya yah, nginep aja disini, nanti tidur di rumah uwa, di sana kakak Sepupu ku banyak yang laki-laki, bisa menjadi kawanku nanti" aku mencoba untuk membujuk dia. gak tega rasanya kalau dia harus melakukan perjalanan jauh di malam lebaran ini.
" Gak bisa sayang. Pak Kiai berpesan, agar Mas langsung pulang" dia menatap mataku dengan syahdu. Aku mengguncang tangannya berusaha membujuk dia. Tapi dia tidak bergeming dengan keputusan dia untuk pulang malam ini juga.
Aku gak tahu ada apa dengan diriku, kok bisa aku bermanja-manja dengan dia seperti itu. Padahal kalau sama Aditya aku selalu ketus dan galak.
" Mas pulang dulu ya, nurut sama Mas, baik-baik di rumah, tunggu keluarga mas datang untuk melamar kamu" dia mengulang kembali ucapannya tadi. Aku menarik tangannya tidak mengijinkan dia pulang. Papah yang sudah bersiap mengantarkan melihatku dengan melotot. Aku yang merasa takut dan malu akhirnya melepaskan tangannya dan sekilas memeluk dia, ahhh.. pokoknya hari ini aku aneh banget, bukan aku banget. Dia hanya mengelus punggung ku dan segera pergi bersama papahku.
Suara gema takbir semakin mendayu, aku melihat kepergian dia bersama papahku dengan berderai air mata. Gak tega rasanya melihat dia harus menempuh perjalanan jauh di malam takbiran ini.
" Sudah, ayo masuk" mamahku membujukku dan menarik tanganku agar masuk ke rumah.
"Aku kasihan mah ma dia, masa malam-malam begini malah dijalan, malam takbiran lagi" aku masih sedih rasanya.
" Dia bilang di wanti-wanti pak Kiai supaya pulang, gak boleh menginap disini. Kamu harus bersyukur bahwa dia orang yang teguh menjaga amanah, dia akan jadi suami yang baik untukmu nanti" ucap mamahku dengan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Nur hapidoh
jadi ingat mamahku yang sudah meninggal. semoga mamah di terima di sisi Allah dan di ampuni segala dosanya 😭
2023-03-01
0