Aku mengangkat telponku di depan perpustakaan, karena takut mengganggu teman lain yang sedang belajar. "Hallo," sapaku pelan.
"Assalamualaikum Neng, apa kabar? Kamu betah gak tinggal di pondok?" tanyanya antusias.
"Alhamdulillah, betah. Ada keperluan apa nelpon jam segini Kang?" Aku memperhatikan sekitarku, kwatir ada yang melihat atau mendengar pembicaraanku dengan Aditya.
"Neng, panggil Aby aja ya, suka dengernya," Aku kaget mendengar permintaan Dia.
"Kita belum menikah, kenapa harus panggil Aby?" protesku ga mau. Tapi Aditya kekeuh minta di panggil Aby olehku. Akhirnya akupun menyerah.
"Baiklah, A.. Aby," Aku mendengar dia tertawa di sebrang sana, tampak sangat bahagia.
" Neng, mau Aby datang kesitu ga? Aby kangen," ucapnya sayu.
"Jangan, ga enak sama teman-teman. Aku baru pindah ke pondok sehari, masa sudah dijengukin gitu. Nanti dikira Aku anak manja lagi," protesku.
Aditya ini memang lelaki dewasa, yang usianya jauh di atasku, dia keponakan dari Pak Kiai tempat orang tuaku dulu mondok, orang tuanya juga punya pondok pesantren. Dia juga seorang guru. Itu saja yang Aku ketahui tentang Aditya.
Walaupun status Kami bersama, tetapi secara kenyataan Kami bisa dibilang orang asing. Kami ga pernah bertemu selayaknya pasangan normal.
Apabila bertemu Dia selalu berdiri atau duduk sekitar tiga meter jauhnya dariku, dia tidak pernah menatapku secara langsung. Aku ga tahu kenapa, mungkin dia menjaga pandangan dari yang belum mahramnya. Secara, diakan anak seorang Kiai.
"Ya sudah Neng, ga apa apa, Aby kerja dulu ya, tadi Aby kirim pulsa buat Neng, jaga dirimu di sana ya," ucapnya kemudian.
"Ya Aby, terima kasih. Aku juga sedang di perpustakaan, mempersiapkan proposal penelitianku," aku lihat Nida keluar dari perpustakaan dan berjalan ke arahku.
"Udah dulu ya Aby, Assalamualaikum, " Aku langsung menutup panggilan itu tanpa menunggu jawaban di sebrang sana.
"Siapa?" Nida mendekatiku dan bertanya.
" Aditya " jawabku tersipu.
"Aditya yang Kamu ceritakan dulu itu? Yang kamu ketemu di acara Haul itu?" tanyanya lagi penasaran.
"Iya, udah yuk, kita ke kantin aja. Laper nih, bentar lagi ada kelas," Aku masuk ke perpustakaan untuk ambil barang-barangku.
Nida mengikuti di belakangku dan tampak akan bertanya lagi.
"Nur, apa kamu cinta sama Aditya " tanyanya.
"Aku ga tahu, ga pernah benar-benar menyelami perasaan ku sama Dia, jalani ajalah. Kalau memang jodohku,semua akan dipermudah sama Allah," aku hanya tersenyum menatap Nida.
"Aku harap kamu bahagia Nur ," aku tersenyum mendengar sahabatku itu mendoakanku.
" Terima kasih ya, ayo ke kantin, bentar lagi kelas mo mulai," Kami bergegas ke kantin dan makan dengan buru-buru. Mengingat waktu yang mepet. Karena kelas akan segera di mulai.
Akhirnya hari ini berakhir dengan baik. Setelah kelas terakhir Aku memutuskan untuk segera pulang, karena sudah capek sekali. Aku membayangkan akan tidur nyenyak sepulang ke kamarku.
Saat Aku memasuki gerbang pondok, Aku lihat Pak Lurahku yang bernama Ali itu tengah duduk di warungnya Bu Nyai, Dia tersenyum padaku, Aku hanya tersenyum padanya, setelah mengunci ganda motorku. Aku mampir sebentar ke warung, mo beli camilan untuk menemani nanti pas Aku mengetik proposalku.
"Assalamualaikum, mo beli jajan dong," Aku pilih beberapa jajanan warung yang Aku mau dan menyerahkan ke Pak Lurahku, tanpa sengaja, tangan Kami bersentuhan, Aku terkejut, terasa ada aliran listrik menyengatku.
Aku menarik tanganku dengan gugup, sehingga jajan yang Aku pegang jatuh tanpa Aku sadari. Aku lihat Dia mengambilnya dan memasukan ke dalam plastik.
" Berapa?" tanyaku sambil menyodorkan uang 50.000 padanya, tapi dia menggeleng. Dia menolak uangku.
"Tidak usah, biar nanti Saya yang bayar. Anggap sebagai ucapan selamat datang dariku," ucapnya tersenyum sambil menatap ke arahku.
"Jangan gitu Kang, biar Saya bayar, gak apa apa kok," Aku memaksa untuk membayar jajan yang Aku beli. Dari jendela Aku melihat Pak Kiai akan masuk ke warung juga.
"Ya udah terima kasih Kang, lain kali gantian Saya yang traktir," Aku bergegas meninggalkan warung, karena kwatir di tegur Pak Kiai, karena melihatku berbicara dengan Pak Lurahku.
"Sama-sama," Dia memberikan jajan yang Aku beli dan menunduk kan kepalanya, takjim melihat pak Kiai yang masuk ke warung.
"Ada apa Kang Ali?" tanya Pak Kiai terheran-heran melihat Kami tampak berdebat.
"Tidak ada apa-apa Pak Kiai, Dia hanya beli beberapa jajan," jawabnya dan dijawab anggukan oleh Pak Kiai.
Aku berpamitan pada Pak Kiai dan segera masuk ke kamarku. Saat hendak berbaring, ponselku kembali berdering. Aku lihat Aditya menghubungiku lagi. Aku mengangkatnya dengan tergesa. Di warung ada Pak Kiai dan Pak lurah. Aku takut kalau mereka mendengarkan percakapan Kami di telpon. Aku berbicara sambil berbisik-bisik.
Jarak warung dan kamarku hanya dua atau tiga meter. Kamarku hanya semi permanen, satu meter tembok, satu meter papan. Jadi ga kedap suara. Suara apapun dalam kamar, pasti terdengar keluar
"Ada apa by?" tanya Ku sambil berbisik.
"Kangen sama Kamu Neng. Kamu apa kabar? Sudah makan siang belum? " tanyanya aga kwatir.
"Sudah, tadi di kampus. Rencana nya mo tidur, eh.. Aby nelpon," jawabku sambil melihat sekeliling kamarku dari celah jendela. Aku lihat Pak Lurahku melintas di samping kamarku.
"Aby, sudah dulu ya, Neng cape. Mo istirahat, jaga dirimu baik-baik ya, Assalamualaikum, " Aku menutup telponku kembali tanpa menunggu jawabannya. Aku takut kalau Pak lurah mendengar percakapanku dengan Aditya.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, tanda SMS masuk. Aku membukanya dan membaca SMS dari Aditya tersebut.
"Neng, kamu ko selalu menutup telpon dari Aby sih? Aby patah hati loh Neng, kamu tega banget loh," Aku jadi gak enak baca SMS Aditya.
"Maaf Aby, tadi ada Pak lurah pondokku lewat depan kamar. Aku takut dia mendengar pembicaraan Kita, nanti bisa disidang Aku By," Aku membalas SMS nya.
"Siapa sih Pak Lurahnya? masa nelpon aja di sidang,aneh banget ," protesnya.
"Dia ganteng by, printer lagi" balasku jail, niatnya cuma bercanda, mau tahu reaksinya kalau Aku memuji laki-laki lain.
"Gantengan mana. Dia sama Aby?"
"Gnteng dia By," godaku saat itu. Niat ku cuma mau, tahu reaksi dia aja, kalau dengar aku muji cowok lain.
" Masa sih Neng? ganteng Aby kemana-mana kali Neng, coba nanti di adu hapalan alpiyahnya sama Aby, hebat dia atau Aby," entah kenapa, membaca pesan itu, tiba-tiba hatiku merasa mencelos.
"Wah sombong sekali, Aku gak suka," bathinku tanpa sadar.
"Dia pasti menang, karena dia sangat hebat " hatiku aga panas karena kesombongan Aditya, gak tahu kenapa.
"Neng, Kamu keluar aja dari pondok itu. Aby gak suka, Kamu muji laki-laki lain selain Aby" Aku tangkap aroma cemburu dari Aditya. Tapi aneh sekali, Aku biasa aja dengan kecemburuannya padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Defi
jangan2 kamu ga cinta lagi Nur sama Aditya atau karena ilfill lihat sikap Aditya yang sombong 🤭
2023-01-21
1
"Event yoruldum🌿→"→
Mampir,semangat
2022-11-27
1
@Kristin
mampir like dan favorit ya Thor 🤗
2022-10-01
1