Dengan bermodalkan dengkul, aku beranikan diri untuk menghadap orang tua Nur. Setelah sampai di Sasak, aku langsung jalan kaki. Kalau menunggu pasti lama, setelah jalan kaki selama 15 menit, akhirnya Nur datang juga dengan motornya.
Rasa bahagia saat melihat dia menjemputku tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata. Dia tampak tidak percaya dengan kedatanganku. Masih tampak syock. Aku menjulurkan tanganku dan dia mencium tanganku. Wah.. tidak ada hal yang paling membahagiakan dari ini.
Nur turun dari motor dan menyerahkan kemudi padaku. " Semangat, ini adalah awal perjuangan demi cintaku padamu" Bathinku sambil tersenyum ke arah Nur.
Tidak ada pembicaraan diantara kami, selama perjalanan ini. Masing-masing sibuk dengan isi pikiran masing-masing. Entah keberanian dari mana, aku hingga sampai ke desa ini. Demi meminta seseorang gadis untuk aku pinang kepada kedua orangtuanya. Masih terasa mimpi bagiku. Tapi ini nyata, dan Nur kini ada dibelakang ku, semotor denganku.
Tidak butuh waktu lama, kamipun sampai di rumah Nur. Rumahnya sederhana tapi lumayan besar bagi rumah yang ada di pedesaan.
Kedatanganku di sambut hangat oleh mamah dan papah Nur. Aku segera mencium tangan beliau , orang tua yang akan aku minta anak gadisnya sebagai calon istriku, ibu bagi anak-anak ku kelak.
Pak Kiai sudah mewanti-wanti padaku agar aku harus lamgsung pulang hari ini juga, tidak boleh menginap disini. Apapun yang terjadi nantinya, aku harus pegang teguh amanah pak Kiai.
" Assalamualaikum pak, perkenalan, nama saya Alimudin, saya anak perantauan, yang jauh dari orang tua. Datang ke pulau Jawa dalam rangka mondok, menimba ilmu agama" aku diam sesaat lalu ku lanjutkan kembali apa maksud kedatangan ku ke rumah ini.
" Maafkan saya pak, apabila kedatangan saya ini mengganggu bapak. Adapun maksud saya, saya datang untuk meminta anak gadis bapak, untuk saya jadikan calon istri saya. Apabila dikemudian hari, ada laki-laki lain yang meminta Nur, tolong sampaikan bahwa saya sudah menghitbah Nur sebagai calon istri saya, saya mencintai Nur, sejak pertama saya melihat dia, berkunjung ke pondok saya" plong rasanya, setelah mengatakan apa yang harus saya katakan. Apapun hasilnya aku serahkan kepada Allah.
" Sudah berapa lama, kamu kenal anak saya?" aku tidak melihat kegarangan dimatanya beliau. Aku lihat beliau menyambut kedatangan ku dengan tangan terbuka. Surya bilang bahwa papahnya Nur itu galak dan tegas, terpatahkan olehku hari ini. Beliau sangat ramah dan menerima ku dengan tangan terbuka.
" Belum lama pak, saat hari pertama Nur menginjakkan kaki di pondok pesantren tempat saya menimba ilmu, itulah waktu saya pertama bertemu dia" jawab ku apa adanya.
Aku lihat beliau mengangguk tanda paham dengan apa yang aku sampaikan.
"Saya tidak tahu, apa yang membuat kamu mencintai Putri saya, tapi saya menyerahkan semuanya kepada dia. Saya tidak mau memaksakan kehendak" saya mengangguk dan setuju dengan apa yang beliau sampaikan.
" Alhamdulillah saya datang ke sini adalah atas permintaan Nur" lalu saya menyerahkan surat yang diberikan Nur waktu itu kepada beliau.
Beliau membuka dan membaca isi surat tersebut dan percaya apa yang saya sampaikan.
" Lalu bagaimana kelanjutan yang Nak Ali inginkan dari pertemuan ini sekarang? " tanya beliau sambil terus melihat ke arahku.
" Sebulan lagi, saya akan mengajak keluarga saya untuk melamar Nur dan menentukan tanggal pernikahan kami" aku melihat beliau terkejut. Tapit kemudian bersikap biasa kembali.
" Apa tidak terlalu terburu-buru? Kalian juga kan baru saling mengenal, saya rasa lebih bagus kalau ada waktu yang cukup untuk bisa saling memahami satu sama lain." aku setuju dengan yang beliau sampaikan.
" Menikah adalah sebagian dari ibadah, apabila sudah ada calon dan kesanggupan, maka disegerakan adalah Wajid hukumnya. Hal ini untuk mencegah adanya fitnah dan zina hati" ujar ku yakin dan mantap.
" Dalam Islam tidak ada istilah pacaran, haram hukumnya. Nur juga bilang kepada saya, bahwa dia tidak mencari pacar, tapi mencari suami. Itulah hal yang saya Kagumi dari dia, satu pemahaman dengan saya." aku masih berusaha meyakinkan beliau agar pernikahan kami tidak perlu menunggu waktu yang terlalu lama.
" Baiklah saya terima maksud baik Nak Ali, saya dan keluarga besar saya, menunggu kedatangan keluargamu untuk menindak lanjuti pertemuan kita hari ini" setelah urusan resmi selesai. aku merasa sangat lega.
sejak kedatangan ku di rumah ini sampai waktu kepulangan ku aku tidak melihat Nur sama sekali. Dia baru keluar dari kamarnya setelah aku berpamitan pulang. Dia tampak sedih karena aku langsung pulang begitu saja, setelah urusan selesai. Dia berusaha membujukku untuk menginap dengan alasan waktu yang sudah terlalu malam untuk pulang.
Tapi aku ingat dengan pesan Abah Kiai bahwa aku harus pulang malam ini, apapun yang terjadi.
" Baik-baik di rumah ya, tunggu aku datang bersama keluarga untuk melamarmu, ok?" aku lihat dia berbeda hari ini, manja aku rasakan.
Dia memegang tanganku dan merajuk,memintaku agaremginap, tapi aku gak bisa untuk melanggar apa yang sudah diamanahkan oleh Abah Kiai bahwa aku harus pulang.
Dengan berat hati, aku pulang dengan diantara oleh calon ayah mertuaku sampai ke pasar gebang. Beliau menunggu sampai aku mendapatkan bus menuju kota Purwokerto, berulang kali saya sampaikan agar beliau pulang saja. karena waktu yang sudah sangat malam. tapi beliau bersikeras untuk menemani aku sampai dapat bus.
Setelah dapat bus, aku mencium telapak tangan beliau dan berpamitan pulang. Aku lihat beliau juga pulang dengan motornya.
Aku mengucap syukur yang tiada habisnya, karena urusan ku terbilang sangat lancar. Walaupun hanya bermodalkan bismillahirrahmanirrahim, akhirnya aku akan melanjutkan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Sungguh sangat membahagiakan sekali.
Besok aku akan menyampaikan ke orang tuaku yang ada di Sulawesi bahwa pinanganku sudah diterima, tinggal menunggu lamaran resmi dari pihak keluarga dan membahas masalah waktu dan tata cara pernikahan nantinya.
Karena sangat lelah akhirnya aku tertidur di bus, dan sampai ke Purwokerto saat menjelang subuh. Lebaran idul Fitri tahun ini terasa sangat berbeda, karena aku kini sudah menjadi seorang calon suami dari seorang gadis yang aku sukai sejak pertama melihatnya .
Walaupun gadis yang sederhana namun dia termasuk dalam kriteria idamanku, gadis yang bisa menjaga Marwah nya sebagai seorang wanita dengan tidak bergaul dengan lain jenis. Selama tinggal di pondok, aku perhatikan dia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sangat jarang keluar di malam hari. Sungguh jarang untuk seorang mahasiswi seperti dia, yang pasti teman-teman banyak yang biasa keluar malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Nur hapidoh
baca sampai akhir Kak, biar ga penasaran
2022-09-28
0
alvika cahyawati
lanjut seru nich kyknya moga tidak ada pelakor and pembinor ya
2022-09-27
2