Aku membuka bungkusan yang Aini serahkan padaku. Penasaran apa isinya. Ternyata sebuah jilbab dan ada tulisan juga di sana " Nanti malam di pakai ya" aku tersenyum membaca pesan itu.
" Cie Cie Cie.. yang dapat kado dari calon suaminya, dunia serasa miliknya yang lain ngontrak deh" dasar memang teman gak ada akhlak, dari semalam godain Mulu.
" Kalau syirik cari calon suami sana, biar ada yang kirimkan kado juga" aku meletin lidahku dan menggodanya juga.
" Gak mau ah, aku kan masih kecil, gak mau nikah muda. Enak juga sendiri, jomblo happy" Aini akhirnya kembali ke ruang depan meninggalkan aku sendirian di kamar.
Aku menyimpan bungkusan itu di lemariku. " Aini, memang nanti malam ada acara apa?" aku menyusul Aini ke depan, aku lihat dia juga sedang membaca kitabnya, sedang menghafal kayanya.
" Ada pengajian di pondok sebelah, nanti kita semua ke sana, ada lomba marawis juga kayanya" aku mengangguk dan kembali masuk ke kamar, aku mau selesaikan tugas dulu biar besok bisa aku serahkan ke dosen pembimbing skripsiku.
Pondok sebelah memang lebih besar dari pondok pesantren tempatku, disana banyak santri putra maupun putri. Tempatnya juga sudah permanen. Kami disini sangat sederhana, santri putri saja hanya aku dan Aini. Kalau santri putra banyak.
Sebelum kedatanganku dan Aini, di pondok ini hanya ada santri putra, dahulu sekali, entah berapa tahun yang lalu, katanya pernah ada santri putri disini, tapi kemudian pada keluar entah karena menikah, entah karena melanjutkan sekolah ke luar kota, mereka keluar dengan berbagai alasan mereka. Sehingga akhirnya pondok ini yang tersisa hanya santri putra saja.
Pak Kiai dan Bu Nyai sangat baik, tidak banyak peraturan disini, semua nyaman dan tidak terlalu banyak tekanan juga. pada akhirnya banyak santri dari pondok sebelah yang pindah kesini, karena gak tahan dengan peraturan disana yang ketat dan mencekik kenyamanan mereka.
Di pondok itu ternyata ada teman sekampung denganku, Endah namanya. Dia disini mondok sekaligus sekolah di SMK, jurusan tepatnya aku gak terlalu paham, karena memang tidak pernah aku tanyakan.
Setelah selesai mengerjakan tugas, aku dan Aini bersiap untuk pergi ke lapangan desa, di sana akan ada banyak lomba-lomba Agustusan. Saat aku mau ke luar, aku lihat bubur ayam tadi lagi masih utuh di meja. Aini melihatku melirik ke sana
" Di makan dulu Mba , nanti disana panas banget loh, kalau Mba tidak sarapan nanti sakit" bujuk Aini padaku, aku mempertimbangkan apa yang dia katakan. Benar juga kata dia, bathinku.
Dengan cepat aku habiskan sarapanku yang tadi di bayarin calon suamiku. Mengingat kejadian tadi pagi, hatiku terasa menghangat. Dia selalu punya cara untuk memperlihatkan rasa cintanya padaku.
Walaupun pada akhirnya aku jadi sasaran godaan Aini dan juga teman-temannya. Menyebabkan! Setelah selesai aku keluar kamar untuk mencuci mangkok kotor bekas kami sarapan. Di sumur, Mas Ali mendatangiku lagi, dia membawa topi dan menyerahkan padaku.
" Ya Allah mau apa lagi dia?" bathinku sambil melihat ke sekeliling, Untung sepi. teman-teman kayanya sudah pada pergi ke lapangan untuk mengikuti lomba Agustusan.
" Pakai yah, nanti di lapangan sangat panas" dia langsung pergi saja kaya jelangkung pokoknya dia itu, datang dan pergi sesuka hatinya. Gemes deh.
Aku aja belum jawab mau atau gak, dia udah main pergi aja dan meletakkan topi itu di pinggir sumur. Gimana kalau jatuh coba? Menyebalkan sekali.
Aku langsung masuk ke kamar dan menaruh mangkuk-mangkuk ke tempatnya. Aini tampak heran melihat wajahku yang kusut. " Kenapa sih Mba?" tanyanya penasaran.
Aku melempar topi yang tadi Mas Ali kasih buat aku ke Aini. Aini tampak bingung.
" Apaan nih? " tanyanya masih ora mudeng.
" Dia minta aku pakai itu , katanya kwatir aku kepanasan di lapangan " demi mendengar itu, Aini langsung meluk aku gitu, ya ampun ini anak lama-lama nyebelin juga pikirku.
" Apaan sih, meluk-meluk segala" aku berontak mencoba lepas dari pelukan Aini.
" So sweet banget sih Mba .. Pak jendral ku ternyata romantis banget" Aini tersenyum bahagia sekali.
" Jendralku yah, bukan jenderalmu" sungutku sewot.
" Iya iya, Ih.. pelit banget" gerutu Aini, kami lalu tertawa terbahak-bahak karena memang membahas calon suamiku itu gak pernah ada habisnya. Setiap hari dia selalu sukses membuatku sport jantung dengan tingkahnya yang absurd.
Gimana gak absurd coba? ini tuh pondok pesantren, dan dia itu Lurahnya, harusnya kasih contoh yang benar sama anggota nya, ini dia malah tebar keromantisan di mana-mana, siapa yang gak sport jantung coba? Tadi pagi di depan Bu Nyai saja dia berani kaya gitu, ya ampun benar-benar bikin malu sekali.
Aku lihat pondok sudah sepi, santri putra sudah ke lapangan semua kayanya, tinggal kami berdua yang tersisa. Aku dan Aini segera pergi ke lapangan dengan motorku.
Saat sampai disana, aku lihat sangat ramai sekali. Aku lihat Mas Ali langsung mendatangi ku dan mukanya masam.
" Kenapa gak di pakai topinya?" aku terkejut dengan teguran itu, tanpa aku sadar aku melihat kepalaku , aku lupa pakai topi pemberiannya tadi.
" Maaf aku lupa, sebentar aku ambil di motor" dia mengikuti langkahku ke motor lalu menggamit tanganku dan menggenggamnya, meremasnya sebentar. Ada sengatan listrik disana, aku langsung menarik tanganku, mengedarkan pandanganku ke sekeliling, takut ada yang lihatin.
" Aku kangen sama kamu" ucapnya sambil terus melihat ke arahku.
" Mas, kamu kok disini sih, emang gak ikut lomba yah?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan yang membuat jantungku gak sehat ini, kenapa sih dia selalu membuatku sport jantung kaya gini . Dasar menyebalkan.
" Kamu gak kangen sama aku?" tanyanya sambil nunjukin muka cemberut, aku cuma nyengir saja.
" Padahal aku kangen banget loh.. Kamu ternyata gak kangen sama aku, ya udah aku pergi dulu" dia tampak kecewa dan pergi menjauh dariku.
Melihat dia seperti itu, perasaanku jadi gak enak, dia menoleh lagi" Topinya di pakai, ini panas sekali, nanti kamu pusing loh" pesannya lagi dan segera pergi ke rombongan santri yang lain.
Aku memakai topi yang dia kasih tadi pagi, aku lihat dia tersenyum dari jauh ke arahku. Ada apa sih sama dia, perasaan sejak dia datang ke rumahku dia jadi agresif sekali. Gak tahu tempat gak tahu situasi. selalu saja datang mendekatiku aku jadi malu selalu jadi pusat perhatian dan godaan teman-teman satu pondok.
Kalau sudah begitu rasanya aku ingin menyembunyikan wajahku ke laut aja deh, biar bertemu dengan ikan-ikan cantik di sana. Tuh kan, gara-gara dia bikin otakku jadi error, padahal masih pagi kaya gini,menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments