Aku perhatikan papah masih lesu setelah bangun tidur. Aku mencoba bertanya lagi, ada apa gerangan dengan papahku.
" Papah baik-baik saja kan? " tanyaku agak kwatir.
" Iya, tadi cuma mimpi kok, ga apa-apa " papah mencoba tersenyum.
" Mimpi apa sih pah, sampe keringetan gitu, ngos-ngosan segala, mimpi buruk yah?" tanya Arin, adikku satu-satunya.
" Papah mimpi di terkam Harimaw dari arah wetan, papah ketakutan sekali, berusaha lari tapi gak bisa " papah sepertinya sedang mengingat kembali mimpinya dan dia bergidik kembali.
" Sudah pah, jangan terlalu dipikirkan. Mimpikan cuma bunga tidur, makanya kalau mau tidur itu berdoa dulu, jangan asal tidur saja. Biar gak mimpi buruk nantinya " ujar ku sambil berlalu dan masuk kamarku.
" Nanti papah mau ke pak Kiai, mo bertanya apa maksudnya dari mimpi papah tadi " papah lalu memutuskan untuk mengambil air wudhu dan sholat sunah dua rakaat, menenangkan pikirannya karena akibat dari mimpi itu tubuh papah masih gemetaran.
" Papah, udah jangan dipikirkan terus mimpinya, nanti papah sakit loh" mamahku masih berusaha menghibur papahku agar lebih tenang.
" Iya mah, terima kasih" papah lalu bersiap untuk pergi ke sawah. Menyiapkan irigasi setiap hari, agar kebun tidak kekeringan.
Setelah pulang dari kebun, papah tampak akan pergi, aku hanya menatapnya. Aku pergi ke warung dan membantu mamahku melayani beberapa pembeli.
Nanti malam adalah malam lebaran, jadi tidak heran kalau warung sedikit ramai dari biasanya. Banyak ibu-ibu yang berbelanja untuk keperluan membuat kue, atau membeli kue kering seperti keripik singkong, keripik pisang dan lain-lain.
Mamahku termasuk orang yang sangat baik dan juga pintar berbisnis. Di pagi hari sampai dhuhur dia sibuk di warung, setelah dhuhur dia sibuk di penggilingan beras bersama papah dan uwa ku, kakak dari papahku.
" Mah, papah mau kemana? ko tadi kelihatan buru-buru gitu " aku tidak bisa menahan rasa penasaran ku lagi. Pembeli sudah pada pulang, sekarang hanya aku dan mamah di warung ini.
" Mau ketemu sama pak Kiai, mo bertanya apa makna mimpinya tadi malam" jawab mamah sambil mencatat siapa saja tadi yang berhutang di warung mamahku.
Begitulah kebiasaan warga di desaku, mereka berhutang untuk keperluan hidup mereka, dibayar nanti kalau mereka panen, dengan gabah hasil panen mereka. Jadi mamahku harus selalu memutar otak untuk mencari modal setiap harinya agar warung terus beroperasi.
Mamahku memang wanita berhati mulia. Dengan caranya itu, banyak warga sekitar yang tidak mampu yang tertolong dan masih mengepul asap dapurnya.
Walaupun demikian masih saja ada orang keterlaluan, kalau sudah panen, masih menahan-nahan hasil panennya untuk bayar hutang. Mereka kalau punya uang belanja ke Alfamart atau Indomaret, kalau tidak punya uang, belanja ke warung mamahku.
Terkadang aku geram sekali, dengan kelakuan mereka yang minim aklak tersebut. Ga tahu diri. Kalau susah cari mamahku kalau banyak duit lupa bayar hutangnya. Oleh karena itu, sampai sekarang aku selalu menyegerakan membayar hutang ku. Aku ingat dengan mamahku yang selalu berjuang setiap hari berusaha mencari modal, untuk warungnya tetap beroperasi.
Aku lihat papah sudah kembali dari keperluannya saat dhuhur. Aku penasaran dengan arti mimpi papahku. Aku menyalami papah dan mencium tangannya. Walaupun kami kurang akur, tapi cium tangan sih harus tetap dilakukan sebagai bentuk sopan santun pada orang tua.
" Bagaimana pah? apa arti dari mimpi papah?" tanyaku penasaran. Mamah dan adikku Arin ikut mendekat, tampak penasaran juga.
" Kata pak Kiai, anak papah akan dilamar oleh orang berilmu, calon ulama besar dari wetan" ucap papahku sambil menatap ke arahku. Aku yang merasa dilihatin dari tadi jadi gak enak sendiri.
" Kenapa papah melihat Nur seperti itu?" aku bertanya sambil takut-takut.
" Kenapa papah bisa mimpi seperti itu? apa ada yang akan kamu sampaikan ?" tanya papah menyelidiki. Aku menatap mamah, memberi kode untuk mamah menjelaskan perihal lurah di pondokku yang akan datang ke rumahku. Dia dalam perjalanan sekarang.
" Itu pah, ece mau dilamar sama Lurahnya di pondok, orangnya sudah dalam perjalanan ke rumah kita" adikku yang menjelaskan, karena dari tadi mamah juga aga ketakutan sama papah.
" Apa? Bukannya kamu lagi ada hubungan sama Aditya? kamu ini bagaimana sih? mempermainkan perasaan laki-laki itu namanya" papah agak geram sambil melihat ke arahku.
" Aku gak tahu bagaimana hubungan ku dengan Aditya pah, gak jelas juga. Katanya dia mau mengenalkanku pada orang tuanya, eh... dia malah nabrakim motorku dan kurang ajarnya, dia ga mau bertanggung jawab, semua papah yang nanggung. Nur ga mau menikah dengan Aditya pah. Ilfell.. belum nikah aja kelakuan dia udah kaya gitu, gimana kalau sudah nikah? " jawabku emosi karena ingat Aditya lagi.
" Kamu itu lancang sekali, Aditya itu anak seorang Kiai, wajar saja kalau seperti itu. Kita sebagai orang awam, harus takzim pada orang berilmu " papah berusaha membujukku.
" Gak pah, Nur gak mau, Nur gak perduli. Pokoknya, siapa yang datang melamar duluan, dialah yang akan jadi suami Nur" aku langsung lari ke kamarku.
" Kamu pikir kamu itu siapa? sampai memperlakukan anak Kiai seperti itu. Dia itu sudah menjadi seorang guru,masa depannya sudah jelas. Luraah kamu itu siapa? Kerjaan saja gak punya, orang gak jelas" papah berteriak karena emosi dengan keputusan yang aku buat.
" Sudah pah, jodohkan Allah yang atur, mamah yakin pasti gak tertukar. Papah temui saja dulu Lurahnya itu, papah nilai sendiri bagaimana anak itu" mamah berusaha meyakinkan papahku
" Itu tuh, kalau anak dimanjakan selalu, jadi egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain" sanggah papahku masih juga emosi.
" Pah, lagian Aditya juga ga benar kok, itu kemarin waktu jalan-jalan dia sayang-sayangan di telpon dengan wanita lain. Apa coba maksudnya? " Adikku mencoba membelaku.
" Bisa sajakan sedang bicara sama adiknya atau sama keponakan dia, kenapa langsung ambil kesimpulan buruk? gak minta penjelasan dulu, cerobah sekali." mamah tampak kecewa dan menggeleng kepalanya.
" Mamah gak enak dengan orang tua Aditya dan juga Pak Kiai Jafar, kalau hubungan kakakmu gak jadi dengan Aditya" mamah mendesah kasar karena pusing memikirkanku
Sejak dulu mamah memang sangat sayang padaku. Aku menutup kupingku, agar tidak mendengarkan Omelan mereka lagi. Aku yang akan menikah kenapa mereka yang jadi repot dan pusing memikirkan. Aku jadi heran.
Sejak kecil aku gak pernah dekat dengan pria. Pernah suka, tapi gak pernah berani mengatakan perasaan pada mereka. Gak berani pacaran. Berbeda dengan adikku, dia mah sudah mulai pacaran sejak dini. Baru SMA saja mantan pacarnya sudah berjejer. Beda denganku, yang memang jombo sejak lahir.
Sejak aku kecil, mamah dan papah memang selalu mewanti-wanti agar aku jangan pacaran. Dan itu selalu aku ingat, terpatri di alam bawah sadar ku.
" Jangan pernah pacaran, kalau tidak papah gak mau kuliahin kamu, suruh menikah saja" ucapan papah selalu terngiang di telingaku. Setiap ada laki-laki yang mendekatiku selalu aku tolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments