Libur lebaran telah usai, kini tiba waktunya untuk kembali ke pondok pesantren. Setelah kedatangan Pak Lurahku aku jadi semangat untuk kembali ke sana. Rasanya ada rasa rindu dalam hatiku untuk bertemu dengannya.
Sejak kecelakaan itu, Aditya tidak pernah menghubungi aku lagi. Aku sudah anggap bahwa hubungan kami telah berakhir.
Harus aku perjelas hubungan itu, aku mengambil ponselku dan Aku mengetik beberapa pesan untuk Aditya. " Maaf, sebaiknya kita akhiri saja hubungan gak sehat ini, semoga kau bertemu gadis yang sepadan denganmu, lupakan aku" lalu aku kirim dan block nomor dia.
Lega sudah rasanya. Aku segera berkemas dan siap-siap berangkat. Surya sudah berangkat dua hari lalu, bisa dikatakan aku termasuk terlambat. Aku menyesuaikan jadwal kampusku. Jadi baru berangkat hari ini.
Mamah sudah menyiapkan beberapa oleh-oleh yang bisa aku bawa, dia juga menitipkan untuk calon mantunya. Rasanya sangat lucu dan masih tidak percaya. Dalam sekejap saja, aku sekarang sudah memiliki seorang calon suami.
" Jangan lupa oleh-oleh dari mamah untuk calon mantu mamah, harus kamu kasih " aku hanya manggut-manggut saja. Sudah ke empat kalinya mamah berpesan hal yang sama.
Setelah berpamitan pada semuanya aku langsung berangkat dengan sepeda motorku. Melalui jalur favorit yang lebih cepat dan juga ga ribet jalannya. Jalur larangan. Selain simple dan mudah diingat, jalur itu juga sangat cepat. Bebas hambatan. Ibarat jalan di kota mah kaya jalan tol gitu. Lacar dan ga macet.
Saat aku sampai ke Purwokerto, hari sudah Maghrib. Aku langsung memarkir motorku dan langsung masuk kamar. Lelah sekali rasanya. Karena aku mengebut tadi, jadi perut terasa mual saja rasanya. Aku keluar kamar, rencana mau beli makanan untuk makan malam ku.
Belum juga motor aku nyalakan, Pak Lurah ku sudah berdiri di sampingku. " Assalamualaikum, mau kemana malam-malam? " tanyanya tampak tidak suka, wajahnya di tekuk gitu sih.
" Mo keluar sebentar, mo cari makan, laper soalnya. Kenapa memangnya? " tanyaku heran. Masih penasaran dengan raut wajahnya yang kurang enak di pandang .
" Tidak baik wanita keluar malam-malam. Kamu masuk saja, biar aku yang beli keluar. Kamu mau beli apa?" tanyanya sambil melihatku.
" Saya ga mau merepotkan pak Lurah " tolakku
" Kenapa masih panggil Pak Lurah?" dia tampak tidak suka dengan panggilan yang aku sematkan padanya.
" Kenapa memangnya? " tanyaku heran.
" Gak enak dengernya. Panggil Mas saja, lebih mesra" OMG coba cubit tanganku, apa aku sedang bermimpi? Es balok itu minta aku memanggilnya dengan sebutan Mas, aku sungguh gak nyangka. Terasa mimpi saja rasanya.
Cinta memang suatu yang ajaib. Sampai bisa mencairkan es balok yang ada di hadapanku. Aku tersenyum. " Kau menertawakan aku?" tanyanya sambil melotot padaku.
" Tidak, Baiklah, belikan apa saja, karena aku sangat lapar." aku serahkan uang 50.000 padanya, tapi dia menolak.
" Pinjam kunci motormu saja, motorku lagi masuk bengkel soalnya, " setelah menerima kunci motor dia langsung berangkat dengan motorku. Aku disuruh masuk kamar lagi karena katanya takut aku masuk angin.
Setelah perjalanan jauh, memang tubuhku rasanya remuk redam. Saat menunggu kedatangan dia, tanpa terasa aku malah ketiduran. Sangking lelahnya.
Saat dia datang dan melihat aku tertidur, dia hanya meletakan makanan pesananku di depan pintu, di gantung di paku dekat jendela. Saat tengah malam aku terbangun aku membaca pesan SMS yang dia kirimkan.
" Maaf tadi Mas gak bangunkan, gak tega rasanya. Kamu tampak lelah sekali. Makananmu aku taruh di paku dekat pintu, jangan lupa dimakan ya" aku tersenyum membaca pesannya. Ada rasa hangat di hatiku yang tiba-tiba datang. Dia perhatian sekali padaku.
Aku memakan makanan yang dia berikan untukku. Saat aku mencuci tangan di sumur, aku lihat dia melambaikan tangan padaku di depan kamarnya. Aku hanya tersenyum saja dan segera masuk kembali.
Aini masih belum kembali ke pondok, aku kesepian rasanya. Walaupun Aini suka menggodaku, tapi cuma dia temanku di sini. Walaupun banyak temanku di kampus dan koperasi, tapi Aini rasanya sangat special buatku.
Rencananya aku mau mampir sebentar ke kampus dan menyerahkan proposalku, sebentar lagi aku juga harus KKN, banyak yang harus aku persiapkan, kalau mau cepat wisuda memang harus ekstra kerja keras.
Aku ke perpustakaan karena rasanya jenuh sekali, teman-teman masih banyak yang belum kembali, masih berlebaran di kampung halaman mereka.
Di perpustakaan sangat tenang sekali. Sekilas aku melihat Mas Danang, ahhhh lelaki tampan satu itu, dulu sewaktu aku kost di qurata ayun, pemuda itu menjadi idola kami semua. Zaza dan Aku selalu ngintipin dia kalau sedang menjemur pakaian.
Kosnya dia di samping kostanku. Jendela kamar Zaza menghadap langsung bagian belakang kost dia, jadi setiap hari kegiatanku dan Zaza adalah mengintip dia menjemur pakaian.
Aku tersenyum mengingat kelakuan absurd ku bersama Zaza. Sekarang kami berdua sudah sama-sama punya pasangan, Zaza juga sudah punya pacar, kalau Mas Danang aku tidak tahu apakah dia sudah punya pasangan atau tidak.
Aku lihat dia serius sekali membaca bukunya, mungkin dia sadar, kalau ada seseorang yang memperhatikan,jadi dia menoleh padaku. Aku yang tertangkap basah sedang memperhatikan dia jadi merasa malu dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Grogi rasanya.
Aku ingat, aku pernah satu kali pergi berdua dengan dia untuk seminar bisnis, dia mencoba membujuk aku untuk ikut bisnis MLM, Tiensi. Karena aku menolak, akhirnya dia pelan-pelan menjauhiku. Aku juga tidak mau memaksakan perasaan pada orang lain.
Setelah aku rasa cukup, aku memilih untuk pulang saja, rasanya lelah juga. Aku pergi ke belakang kampus, karena motorku aku parkir disana.
Waktu memang sudah siang, jadi tidak heran kalau aku merasakan lapar. Niatnya aku mau beli bakso saja, di jalan Djaelani, aku dengar di sana ada bakso yang enak.
Saat aku keluar dari gerbang, aku seperti melihat Mas Ali sedang berdiri di pinggir jalan. Aku menghampiri dia, yang langsung tersenyum melihat kedatanganku.
" Lagi ngapain disini Mas?" tanyaku heran.
" Menunggu kamu" jawabnya santai. Aku terkejut dan gak nyangka kalau dia jauh-jauh ke kampusku hanya untuk ketemu sama aku.
" Nunggu aku? Kenapa? Kan kita ketemu setiap hari di pondok" aku turun dari motor dan berdiri di sampingnya.
" Ayo kita cari makan siang, kamu lapar kan?" tanyanya, lalu meminta kunci motorku. Aku canggung sih sebenarnya, baru kali ini semotor dengan dia. Dari jauh aku lihat Mas Danang dan juga Mas Adrian keluar kampus. Aku langsung memberikan kunci motorku dan mengajak Mas Ali untuk segera pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments