Aku langsung mematikan ponselku. Mulai malas membalas SMS dari Aditya. Aku ga suka aja, dengan kesombongan dia. Gak tahu kenapa.
Aku memutuskan untuk sholat ashar saja, Aku pergi ke tempat wudhu, tanpa sengaja. Aku berpapasan lagi dengan Pak Lurahku. Aku bergegas ambil wudhu dan segera masuk ke kamarku. Aku heran, kenapa jantungku berdebar setiap melihat Dia. Sungguh aneh sekali.
Setelah sholat ashar. Aku tidur di kamarku. Aku lihat Aini tengah mengajar anak-anak TPA di aula.
Aku sangat lelah, setelah seharian di kampus tadi. Biasanya Aku membantu Aini, tapi hari ini. Aku putuskan untuk tidur sebentar karena sangat lelah.
Saat Aku terbangun, sayup Aku dengar suara adzan Maghrib. Aku bergegas ke kamar mandi, saat Aku hendak mandi, sayup Ku dengar seseorang di luar sana yang menimbakan air untuk mandiku. Aku bertanya dalam hatiku, siapa orang tersebut, yang berbaik hati padaku.
Karena buru-buru Aku tak hiraukan dia. Segera Aku mandi lalu mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat Maghrib di masjid bersama Aini juga, Aini gadis yang sangat baik, Aku lihat banyak santri putra yang suka padanya, termasuk temanku Surya.
Surya pernah menitipkan surat padaku, meminta nomor telepon Aini padaku. Aku yang memang tidak punya nomor teleponnya jadi ga bisa memberikan itu. Aku bilang untuk langsung minta sendiri sama Aini. Aku ga enak sama Aini, kalau nanti malah memberi masalah padanya.
Setelah sholat Maghrib Kami mengaji Alquran bersama ibu Nyai. Beliau datang ke kamar Kami dan dengan sabar mengajar Kami berdua. Aku yang memang biasa saja dalam hal keagamaan, mengulang kembali di surat Al-Baqarah. Untuk melancarkan bacaan dengan bimbingan beliau yang seorang hafizah.
Karena beliau, Aku bercita-cita kelak anak-anakku akan Aku didik untuk menjadi hafidz dan hafizah. Semoga terkabul suatu saat nanti.
Setelah mengaji, Kami bercakap-cakap sebentar bersama ibu Nyai.
"Mba Nur, apa sudah memiliki calon suami? " tanya beliau pelan dan hati-hati.
"Alhamdulillah sudah Bu, tapi gak tahu, apa dia termasuk calon suami Saya atau bukan, karena sudah tiga kali dia datang ke rumahku, tapi hanya sekedar berkunjung saja, tak mengatakan apapun"
"Kok bisa?" tanya Bu Nyai heran, Aini hanya diam mendengarkan pembicaraan kami.
"Saya juga tidak tahu Bu, pertemuan Kami juga tanpa sengaja. Di acara Haulan. Waktu itu Dia minta nomor telpon Saya, dan akhirnya Dia meminta Saya untuk saling mengenal lebih jauh, " jawabku datar. Aku lihat Bu Nyai berpikir.
"Sayang sekali, padahal Saya kira Mba Nur ini jodoh yang di siapkan oleh Allah untuk kang Ali," Aku terkejut mendengar ucapan beliau yang aneh menurutku.
" Ahh.. Ibu ada-ada saja, bagaimana mungkin Sia menjadi jodoh Saya? Saya ini hanya orang awam, yang ga paham ilmu agama. Beliau lebih pantas kalau bersanding bersama Aini, sekupu dalam ilmu," ucapku sambil melirik pada Aini.
"Ya gak lah Mba.. masa sama Saya. Orang yang Pak Lurah suka Mba kok," ucap Aini sambil tersenyum padaku.
"Ih.. ngawur deh.. mana ada.. itu pasti salah deh," Aku tersipu karena malu. Aku lihat Bu Nyai juga tersenyum padaku.
"Dari pertama kali Mba Nur datang, Saya mendapat firasat, kalau kalian berjodoh. Ibu sudah sampaikan loh sama Abah Yai, kalau Mba Nur ini jodoh kang Ali," Bu Nyai tersenyum melihatku.
Sayup terdengar suara adzan isya. Kami segera mengakhiri pembicaraan kami dan bergegas ke masjid. Di masjid, saat Aku mengedarkan pandanganku, tanpa sengaja tatapanku bertemu dengan pak Lurahku itu. Ucapan Bu Nyai yang bilang kalau Aku jodoh Dia terngiang di telingaku, membuat Aku jadi salah tingkah.
"Astagfirullah.. " ucapku, sambil maju ke depan, mendekati Aini. Setelah sholat isya, kami ke aula untuk mulai mengaji Safinah. Di sana hanya ada Aku dan Aini, santri putri maksudnya. Kebanyakan santri putra.
Aku terkejut saat mengetahui siapa ustadz yang mengajar Kami, dia Pak Lurahku yang ganteng itu.
Selama proses mengaji ini, Aku hanya menunduk, malu rasanya. Aku mengingat pembicaraan dengan Bu Nyai tadi selepas mengaji.
"Apa benar, dia memang jodohku? Apa mungkin?" bathinku gak mengerti. Aku melirik sesekali, dan saat itu tatapan kami bertemu. Aku langsung menunduk kembali, tanpa terasa pelajaran berakhir. Aku segera ke luar dari Aula bersama Aini. Aku lihat dia masih melihat ke arahku.
Aku saat itu gak mengerti, kenapa dia melihatku terus. Padahal Aini di sampingku, dia lebih cantik dan juga pintar.
"Mba.. Ustadz Ali masih melihat Mba loh.." bisik Aini padaku.
"Hus.. gak mungkin dia lihatin Aku, pasti lihatin Kamu, jangan ngaco deh," ucapku pelan. Tapi dalam hati Aku berdebar, Aku melihat tatapan gak biasa di matanya yang di tujukan kepadaku.
Aku segera masuk ke kamar dan menghidupkan komputer, bersiap menyusun kembali proposalku. Besok mau Aku ajukan ke pembimbingku, agar penelitian segera bisa Aku laksanakan.
Tapi Aku gak bisa fokus, kata-kata Bu Nyai kembali terngiang di telingaku " apa benar, dia jodohku? tapi apa mungkin?" bathinku meragu.
Karena sulit untuk berkonsentrasi, Aku putuskan untuk menutup komputerku, dan bersiap untuk tidur saja, karena percuma juga Aku kerjakan kalau gak fokus begini.
"Nanti tengah malam saja, biar lebih konsentrasi ngerjain," Aku lihat Aini sudah tertidur dengan nyenyak. Aku juga sudah menguap berkali-kali.
Saat akan tidur, ponselku berdering, Aditya menelpon lagi. Dengan malas, Aku angkat telepon itu, " Ya" jawabku singkat.
"Assalamualaikum, lagi apa Neng, Aby kangen?" tanyanya di sebrang sana. Aku sudah ngantuk sekali sebenarnya.
" Waalaikum salam, mo siap-siap tidur, sudah ngantuk sekali," jawabku lesu, sambil menguap.
"Yah.. padahal Aby pengen kita ngobrol semalaman. Aby kangen sama kamu Neng" Dia terdengar kecewa padaku.
"Aby.. nelpon nya besok lagi ya. Benar-benar ngantuk deh, ga bohong, " Aku menguap lagi.
" Ya udah Neng, selamat malam, Mimpiin Aby yah," Aku langsung menutup telponnya tanpa menunggu jawabannya lagi.
Setelah menutup telpon, Aku berbaring di kasurku. Memikirkan jalan hidupku yang aneh menurutku.
Aditya selalu bilang kangen, tapi dia ga pernah bilang cinta padaku. Aku sendiri ga paham dengan hubungan Kami, bagaimana perasaanku padanya, Aku masih ga paham juga. Selama ini, Aku hanya menjalani saja proses perkenalan ini, dalam Islam, namanya Ta'aruf.
Sejujurnya, Aku gak mau pacaran, takut jatuh dalam dosa. Aku ingin bertemu dengan laki-laki yang langsung melamarku pada orang tuaku. Pacaran setelah menikah itu lebih indah dalam benak ku.
"Apa benar? Dia jodohku seperti Bu Nyai bilang? Kalau iya, semoga semuanya di lancarkan tanpa ada yang tersakiti," bathinku sambil berdoa.
Akhirnya Aku tertidur dengan nyenyak. Pada tengah malam Aku terbangun, dan mulai mengetik kembali, karena besok prosposal ini harus Aku serahkan pada pembimbing skripsiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
Defi
Yang sering bilang kangen akan kalah ya Nur dengan langsung bawa lamaran 😅
2023-01-21
0