Aku hari ini akan berkunjung ke rumah Lilik Mas Ali, dalam rangka persiapan lamaran secara resmi dan penetapan tanggal pernikahan kami. Kami kesana sekalian berunding bagaimana nanti teknis acara lamaran kami.
Setelah selesai berdiskusi kami pergi ke luar untuk mencari makan siang. Semotor dengannya sungguh sangat langka. Walaupun kami tinggal di pondok tetapi interval pertemuan kami bisa dibilang sangat jarang, kalaupun ketemu aku selalu lari dan menghindari dia karena rasanya sangat tidak enak kalau sampai ketahuan Pak Kiai ataupun teman yang lain.
Dia seorang lurah di pondokku, bagaimanaoun aku harus menjaga image dia, jangan sampai rusak hanya karena masalah asmara di antara kami.
Dia memintaku untuk memeluk pinggangnya, dia mengelus tanganku dengan lembut, sementara tangan satunya dia gunakan untuk nyetir.
" Nanti gak fokus nyetirnya loh" ucapku padanya.
" Jangan kwatir, aku pastikan semuanya aman "
Setelah sampai di tempat makan, kami langsung pesan yang kami mau. Makanan favoritku adalah Mie ayam, jadi kami pergi ketempat langgananku di warung mie ayam sekitar karang wangkal.
Saat kami sedang makan, ga sengaja bertemu teman kampusku, dia hanya menyapaku saja, bertanya sekitar tugas kampus, tapi aku melihat Mas Ali terus saja melotot ke arahku. Aku jadi merasa tidak enak. Segera saja aku akhiri obrolanku bersama temanku itu, Andre namanya, teman satu angkatan dan juga satu prody denganku.
" Kenapa sih, jutek banget jadi orang" protesku mendekatinya. Dia masih cemberut saja.
" Kan aku sudah bilang, aku gak suka kalau kamu ngobrol sama pria lain" absurd banget deh, alasannya dia itu. Masa iya aku hanya boleh bicara dengan perempuan? Gak asyik banget deh ini orang. lama-lama ngeselin jadinya.
" Janji sama aku, sebisanya, kurangi interaksi kamu sama pria lain, tolong jaga perasaan aku" dia menatapku dengan penuh permohonan.
" Oh Tuhanku, kenapa dia jadi posesif kayak gini sih?" monologku dalam hati.
" Please janji yah.." dia genggam tanganku lalu membawa kepelukannya. Aku grogi saat itu. Jujur saja, jantungku berdetak sangat kencang saat itu. Aku selama ini tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki dewasa, apalagi dengan seseorang yang dalam arti kata memiliki hubungan spesial denganku, calon suamiku.
" Iya, aku janji. Lalu bagaimana denganmu?" tanyaku balik, rasanya gak adil deh, aku di larang bicara dengan pria lain, sementara dia bebas bicara sama perempuan lain.
" Hatiku hanya milik kamu, aku bisa pastikan bahwa aku akan membatasi interaksi bersama perempuan lain" dia tersenyum padaku dan mencium tanganku sekilas. Aku sangat bahagia sekali. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di kepalaku saat ini.
Pesanan kami sudah datang, jadilah kami makan dalam diam, tidak baik kalau makan sambil bicara. Dia tampak sangat menikmati mie ayam langgananku ini. Dahulu, waktu semester satu sampai semester empat, aku memang kost di sekitar daerah sini, jadi aku langganan makan disini. Ibu pemilik warung juga hapal denganku.
" Pacarnya ya Mba?" tanya beliau saat kami sudah selesai makan.
" Bukan Bu, tapi calon suamiku " ucapku tersipu malu sambil melirik sama Mas Ali. Aku lihat dia juga tersenyum sumringah. Setelah membayar makanan kami , kamipun berpamitan, saat aku keluar dari sana, tidak sengaja berpapasan dengan Isna, temanku di kampus.
" Hallo Nur,siapa nih? kok gak mau dikenalin sih?" tanyanya sambil terus melihat ke arah Mas Ali. Saat aku akan mengenalkan Isna padanya, tiba-tiba dia menarik tanganku dan menuntunku untuk naik ke motor, memakaikan helm ku dan menyuruhku naik motor segera.
" Gak usah coba-coba kenalin aku sama teman-teman kamu" dia cemberut tampak tidak suka dengan niatku tadi.
" Dia cuma minta kenalan doang, gak lebih. Gak usah berlebihan deh, aku kan jadi malu sama teman aku tadi. Kok kamu gitu sih, semua temanku kamu perlakukan kaya musuh, aneh deh" protesku gak suka dengan kelakuan dia yang selalu mau menang sendiri dan suka aneh-aneh.
" Aku ga butuh teman-teman kamu. Aku cuma butuh kamu. Sudah cukup buatku, paham tidak?" dia menyuruhku untuk pegangan dan langsung melajukan motor dengan kecepatan sedang.
Aku cuma tersenyum sama Isna dari atas motor, mengkode untuk berpamitan sama dia, aku berharap dia paham maksudku. Begini nih kalau punya calon suami es balok, dimana-mana bikin pusing saja. Besok saat ke kampus aku pasti jadi bahan gunjingan teman-teman, secara gitu.. hari ini calon suamiku ini sudah menyinggung dua temanku, dengan sikap dinginnya dia, sedingin es balok.
" Kita mau kemana? Kenapa gak pulang ke pondok saja?" tanyaku heran, karena dia mengarahkan motor ke arah berlawanan dari jalan yang biasa aku lewati kalau mau pulang ke pondok.
" Lewat jalan muter, aku mau jalan-jalan sebentar ke Ratu" dia nyebutin nama Mall yang terkenal di Purwokerto. Aku hanya diam saja manut maunya apa. Malas berdebat terus sama dia.
Kami sampai di mall, berjalan-jalan cuci mata lah, istilah anak muda mah.. Aku lihat dia beli setangkai bunga mawar dan juga boneka bear.
" Kamu mau beli apa? Ambil saja, nanti aku yang bayarin" tawarnya. Tapi aku rasanya gak tega untuk melakukan itu, jadi aku menggeleng tanda menolak tawaran dia.
Walaupun mahasiswa, aku sangat jarang pergi ke Mall, jadi memang gak hobby, bukan jaim atau lagi gabut dengan nolak tawaran dia. Murni gak tega, aku tidak tahu sih , berapa biasanya dia dapat kiriman bulanan dari orang tuanya, tapi sebagai sesama santri, aku sungguh merasa tidak tega melakukannya.
Aku lihat dia beli banyak makanan ringan dan beberapa aksesoris, aku yang memang gak ada persiapan mau pergi ke mall. Jadi hanya menemani dia saja, gak beli apa-apa.
Setelah puas jalan-jalan, kami memutuskan untuk pulang, selama di mall, aku gak tahu kenapa dia gak mau lepaskan genggaman tangan dia. Aku tuh takut banget kalau ada orang yang kenal kami, lalu nanti jadi omongan orang-orang.
Dia sepertinya cuek sekali. Sungguh bikin pusing sekali. Bagaimana pun juga aku masih ingat ceramah dia waktu dulu menyidang Aini, dilarang pacaran!!! lah ini.. apa namanya kalau sedang pacaran ? Aku frustasi sumpah deh.
" Udah belum, aku cape loh, dari tadi keliling kayak gak ada kerjaan gitu" dia menoleh padaku, lalu tersenyum manis sekali dan mengelus pucuk kepalaku dengan lembut. Aku jadi salah tingkah diperlakukan seperti itu. Jadilah aku sembunyikan wajahku di belakang punggung dia sambil menutup wajahku pakai tangan, malu sekali rasanya. Dia malah menggodaku dengan mencubit pinggangku, aku sontak kaget dan langsung lari dari jangkauan dia. Aku lihat dia kejar aku sampai ke parkiran.
" Sudah ya, please jangan godain lagi. Lemes banget sumpah deh.. " aku memohon sama dia biar stop ulah dia itu, sungguh deh. sudah gak sanggup lagi. Seharian di luar, sungguh sangat melelahkan. Ini adalah hari terpanjang dalam sejarah percintaanku dengannya, kami menghabiskan waktu bersama seharian.
" Kita pulang yuk, aku gak enak loh sama Pak Kiai" bujukku padanya.
" Baiklah, ayo kita pulang" kami akhirnya pulang juga, setelah mampir sebentar ke warung ayam penyet, pesan makanan untuk nanti makan malam. Dia turun di depan masjid SPN, lalu pulang jalan kaki sampai ke pondok. Aku melanjutkan perjalanan dengan naik motorku. Dia memberikan semua belanjaan dia tadi padaku.
Ternyata dia membeli semua itu untukku, dia sendiri tidak beli apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 242 Episodes
Comments
alvika cahyawati
kok ngulang sich ceritanya
2022-09-27
1