Emi menunggu di markas Klan Takara dan Luca beserta Joey pun masih menemani gadis yang sejak tadi membawa tongkat kendonya sambil memukul-mukul pelan bahunya, tanda dirinya sedang gelisah dan jengkel menjadi satu.
Bunyi ponselnya membuat Emi memencet bluetooth earphone nya. "Bagaimana? Dimana? Bawa dia ke basement!" Emi mematikan panggilannya.
"Kalian bisa pulang boys" ucap Emi ke arah Luca dan Joey.
"No, Emi. Aku datang bersama kamu dan aku yang akan mengantarkan kamu pulang ke rumah" jawab Luca tegas.
"Tapi aku masih ada urusan dengan anak buahku dan itu internal."
"Aku saja yang pulang, Em. Luca biar disini bersamamu sebab dirinya akan bisa insomnia memikirkan kamu" timpal Joey. "Kamu temani Emi, Luc. Jangan sampai dia kenapa-kenapa." Joey menepuk bahu adik sepupunya.
"Tapi Bianchi satu..." Emi menatap Joey.
"Look Em, kami pria-pria bertanggung jawab jadi kamu sekarang dalam tanggung jawab Luca dan adikku satu itu bisa dihajar Daddy dan Opa Joshua kalau gentleman padamu." Joey tersenyum ke arah Emi. "Lagipula, Luca mana mau meninggalkan kamu dalam kondisi marah."
***
Joey pun memilih pulang ke mansion Al Jordan sedangkan Luca mengikuti Emi menemui Haruto di basement. Luca sendiri tidak terkejut melihat basement yang biasa dipakai untuk menyiksa orang karena almarhum il nonno nya ( kakek - bahasa Italia ) memiliki tempat yang sama. Hanya Daddy dan Oom Mario yang berbeda, memilih memakai kolam ikan piranha untuk menghilangkan orang.
Emi berjalan sambil memegang tongkat kendo yang diletakkan di bahunya. Wajahnya berubah super judes hingga aura nya hendak memakan orang terasa dari radius 100 meter.
Lima anak buah Emi berjaga di depan pintu besi yang tampak sudah karatan dan salah seorang membuka pintu itu dan tampak sebuah ruangan berukuran 3x4 yang hanya diberi penerangan satu dengan lampu kuning.
Emi dan Luca pun masuk ke dalam yang terdapat empat orang anggota Yakuza yang berdiri di setiap sudut ruangan lengkap dengan membawa tongkat kendo dari kayu.
Luca melihat seorang pria yang duduk di sebuah kursi dengan tangan terikat di belakang dan wajahnya tidak tampak babak belur tapi Luca yakin tubuhnya sudah kena gebuk.
"Nona Emi..." bisik Haruto lemah. Emi mengangkat tangannya seolah memberi kode diam.
"Kamu tahu apa kesalahan kamu?" suara Emi dingin sambil memutar - mutar tongkat kendonya.
"Soal ... apa?" tanya Haruto bingung.
"Berapa anak SMA yang sudah kamu lecehkan?" Emi menatap tajam ke arah Haruto yang memucat. "Shin, kalian menemukan dia dimana?" Emi bertanya kepada pengawalnya yang berdiri di belakang Luca.
"Kami menemukan dia di rumah Maya."
"Maya itu sedang hamil kan?" Emi menatap tajam ke Haruto. "Dan kamu juga melecehkan teman-temannya?"
BUGH!
Emi melayangkan tongkat kendonya ke bahu kiri Haruto yang membuat pria itu menjerit kesakitan. "Pria tidak berguna kamu! Yang berguna hanya barang tengah mu yang kamu umbar kemana-mana!" bentak Emi.
Haruto meringis kesakitan.
"Jangan dikira aku tidak tahu! Semua korbanmu sudah menemui aku!"
BUGH!
Sekali lagi Emi melayangkan tongkat kendonya ke bahu kanan Haruto. "Rasanya aku ingin mengebiri sendiri barang mu!"
Emi lalu menghajar Haruto membabi buta hingga pria itu pingsan dan gadis itu mengehentikan kegiatannya.
"Guyur wajahnya dengan air es!" perintah Emi kepada pengawalnya.
Luca yang hanya bersender di tembok sambil bersedekap, hanya menatap gadis yang disukainya tampak out of rage.
Seorang pengawal mengguyur Haruto dengan air es satu ember lengkap dengan es batu membuat pria itu terbangun dari pingsannya.
"Luca, siapa kapten yang mengurus kasus Bianchi satu?" Emi menatap Luca dengan tatapan tajam.
"Kapten Hideaki Yamamoto."
"Hubungi dia!"
***
Kediaman Takara
Takeshi Takara mendapatkan informasi dari tangan kanannya bahwa putri precious nya menghajar salah seorang pengawal nya yang melakukan pelecehan, pemer*ko*saan dan menghamili gadis SMA.
"Apa yang dilakukan Emi setelah menghajarnya?"
"Teman nona Emi memanggil kapten Hideaki Yamamoto untuk melaporkan Haruto dengan pasal berlapis" jawab tangan kanan Takeshi yang bernama Shiki.
Shiki Matsumoto
"Teman Emi?" Takeshi melirik ke arah tangan kanannya yang berusia empat puluhan.
"Iya tuan. Mr Luca Bianchi."
"Haaaaahhh, masih kencan itu berdua?" pendelik Takeshi.
"Masih tuan. Kan masih ada 28 hari lagi jatah mereka berkencan." Shiki Matsumoto menatap tenang ke bossnya.
"Shiki..."
"Ya tuan?"
"Tidak perlu kamu ingatkan berapa hari lagi sisa mereka bersama!" sungut Takeshi kesal.
"Baik tuan."
***
Markas Yakuza klan Takara
Kapten Hideaki Yamamoto menatap Emi Takara dengan tatapan menyelidik mengingat gadis itu adalah putri Yakuza Takeshi Takara. Tidak ada angin tidak ada hujan, another Bianchi menelponnya dan memintanya untuk datang ke markas Yakuza.
Sempat berpikir akan ada gegeran disana dengan perang antar Yakuza di Ikebukuro, semua bayangan kerusuhan itu menghilang.
"Jadi anda akan menyerahkan salah satu anggota anda ke polisi karena terbukti sebagai pelaku pelecehan dan pemer**kosa beberapa anak SMA bahkan hingga menghamilinya?" Kapten Hideaki Yamamoto memastikan kembali.
"Betul. Sebenarnya saya bisa saja melakukan hukuman yang berlaku di klan kami tapi karena korban banyak, saya hanya bisa menyerahkan kepada pihak berwajib." Emi menatap tenang ke arah Kapten yang usianya sama dengan Dokter Daisuke Naruhito.
"Apa anda sudah mencatat semua nama-nama korban?" tanya Kapten Hideaki.
Emi menyerahkan dua lembar kertas ke Kapten Hideaki. "Saya sudah mencatatnya dan sudah mengkopinya jadi anda bisa melakukan penyelidikan."
"Bagaimana anda...?"
"Para korban datang ke saya. Meskipun Haruto adalah anak buah saya tapi dia sudah mencoreng nama klan kami. Sejak lima menit lalu, klan Takara tidak ada kaitannya dengan kejahatan sek***sual yang dilakukan oleh Haruto Kawaji." Emi berkata ke kapten Hideaki. "Ini surat pemecatan anggota klan Yakuza Takara kepada Haruto Kawaji." Emi menyerahkan surat kedua.
"Kenapa anda melakukan ini nona Takara?"
"Karena saya seorang wanita, Kapten" jawab Emi dingin.
***
Luca memboncengkan Emi untuk pulang ke kediaman Takara dan sepanjang jalan, Emi meletakkan kepalanya di punggung pria itu dengan memeluk erat pinggang pria Italia itu.
Luca tahu hati Emi sedang tidak baik-baik saja karena harus kehilangan salah satu pengawal terbaiknya yang digelandang oleh polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Are you okay Em?" tanya Luca.
"No..."
"Kamu mau minum? Biasanya kalau suntuk sukanya minum."
"Aku tidak suka alkohol. Bisa minum tapi tidak terlalu menyukainya."
"Lalu, mau kamu apa? Makan?" Luca menoleh ke arah Emi yang masih menyenderkan kepalanya.
"Aku hanya ingin pulang, Luca."
Luca tersenyum. "Oke Amore Mio."
Dalam waktu kurang dari setengah jam, motor Luca tiba di kediaman Takara yang berada di pinggiran kota Tokyo. Pengawal yang mulai hapal Luca pun membukakan pintu pagar besar itu.
Luca pun memarkirkan motornya lalu menoleh ke belakang dan dirinya terkejut Emi tertidur sambil memeluknya.
"Duh Emiiii... kok malah tidur sih? Gimana ini?"
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
The Way
baca like n komen
2023-11-27
1
za_syfa
saking nyamannya Emi sampai tertidur
2022-07-27
1
Yuli Budi
baru nemu ceritanya Thor ... up
2022-07-27
1