Shibuya, Tokyo
Luca dan Emi pun menyelesaikan acara minum kopinya di coffee shop tempat Toma bekerja. Keduanya pun berjalan menuju pintu keluar dengan Emi di depan sedangkan Luca.
"Sudah selesai Emi?" tanya Toma ke Emi tanpa melirik ke Luca.
"Sudah. Terima kasih Toma." Emi mengangguk seperti biasa memasang wajah judesnya.
"Apa besok kamu kesini lagi Emi?" tanya Toma lagi. "Biasanya Senin kamu kemari sambil belajar."
"Besok Emi akan pergi denganku untuk menyelesaikan skripsinya. Jadi tidak akan kesini, Toma." Luca yang menjawab.
"Aku bertanya pada Emi bukan padamu!" sergah Toma.
"Aku juru bicaranya" cengir Luca tanpa beban yang membuat Toma semakin kesal.
"Luca, come on." Emi pun menarik tangan Luca agar tidak terjadi keributan.
"Bye Toma. Semoga kita tidak bertemu lagi." Luca pun mengikuti langkah Emi keluar dari coffee shop itu.
Kita lihat saja bule sialan!
***
Emi dan Luca pun berjalan-jalan sembari menikmati Shibuya di waktu malam. Keduanya bahkan memilih membeli takoyaki pinggir jalan, dorayaki dan es krim matcha yang semuanya street food.
Kini keduanya menikmati camilan di dekat patung Hachiko sembari melihat ramainya Shibuya.
"Kamu itu cuek banget ya Luca."
Luca menoleh ke arah Emi yang sedang minum ocha dinginnya.
"Cuek apanya?"
"Kamu itu kan sebenarnya anak orang kaya kan? Cucu Al Jordan dan cucu Bianchi. Jangan dikira aku tidak tahu seberapa kayanya kamu tapi kamu santai saja makan di pinggir jalan. Berkencan seperti layaknya orang-orang biasa."
Luca tersenyum. "Apa kamu keberatan kita berkencan seperti orang biasa?"
Emi menggeleng. "Kukira kamu malah alergi dengan pergi di tempat - tempat seperti ini."
"Eh dengar ya Signora Emi Takara. Meskipun aku dari keluarga kaya raya, aku suka street food! Kalau aku pulang ke Solo Jawa Tengah Indonesia, yang aku cari pasti street food. Aku penggemar teh wasgitel, jadah, nasi bandeng, sate kikil dan sosis solo!" sungut Luca sambil manyun.
"Itu makanan apa?" tanya Emi bingung yang baru kali ini mendengar nama makanan aneh-aneh.
"Makanan yang enak! Tak kalah dengan sushi."
"Dimana belinya?"
"Di Solo lah!"
"Sepertinya menarik" gumam Emi yang pada dasarnya dia suka mencoba makanan baru.
"Kalau kamu mau, Minggu depan bisa ke rumah aku. Omaku pintar membuat nasi liwet Solo. Nanti kamu bisa belajar sama Oma."
Emi menatap Luca. "Kamu bisa masak?"
Luca menatap Emi serius. "Tentu saja bisa!"
"Ohya? Masak apa?"
"Masak air dan ramen!" jawab Luca yakin.
Emi hanya melengos. "Itu bukan masak Lucaaaaa!"
"Tapi kan tetap kegiatannya apa? Masak air itu di kompor kan? Kita pakai kompor buat apa? Buat masak bukan? Jadi intinya tetap memasak. Benar tidak?" Luca menatap Emi sambil tersenyum lebar.
Emi tidak menjawab tapi langsung berdiri dan berjalan menuju tempat parkir motor mereka.
"Lho? Em? Kok nggak dijawab? Benar tidak argumen aku? Emiiii!" Luca pun berdiri dan berjalan mendekati gadis jutek itu.
***
Keesokan harinya di mansion Al Jordan
"Bagaimana dengan kencanmu, Luc?" tanya Marco.
"Menyenangkan! Ohya Oma, boleh tidak Minggu depan Emi kemari?" Luca menatap sang Oma, Miki.
"Mau ngapain?" tanya Marissa.
"Kan biasanya Sabtu kalau kita semua kumpul, Oma pasti masak nasi liwet Solo. Nah Emi itu suka masak jadi aku tawarkan saja belajar masak sama Oma." Luca menatap mommynya lalu bergantian dengan menatap Miki. "Boleh kan Oma?"
"Boleh saja. Lagipula Oma penasaran sama cewek yang membuat cucu Oma jadi lebay begini." Miki tersenyum ke arah Luca.
"Bukannya si Darth Vader ini memang sudah lebay dari lahir?" ledek Joey.
"Lha elu apa tidak sama saja J?" balas Luca.
"Eh menurut awu tetap tua gue, kenapa nggak manggil gue Abang?"
"Awu tua elu tapi usia lahir tetap tua gue meskipun cuma enam bulan!" Luca menatap judes ke Joey.
"Kok malah berantem?" ucap Joshua tenang yang membuat dua cucunya terdiam. "Luca, kata dosen pembimbing kamu, ada data yang salah. Sudah kamu revisi?"
"Sampun Opa."
"Nanti sampai kampus , Opa minta kamu ke ruangan Opa. Biar Opa periksa tesis kamu!"
Luca hanya menatap melas ke Opanya. Bisa dibantai nih aku.
"Good luck, Darth Vader. Master Yoda sudah bertitah jadi dia harus kamu menurut" ledek Joey dengan gaya kata dibalik-balik ala Yoda.
"Jadi kamu menyamakan Opa sama boneka hijau yang ada di Star Wars, Joey?" lirik Joshua ke arah cucunya satu lagi.
Joey hanya nyengir.
***
Tokyo University
Luca menunggu Emi keluar dari gedung kampusnya diatas motornya dengan sabar. Tadi sesampainya di kampus, Luca langsung dibantai oleh Joshua yang melihat ada banyak kelemahan di beberapa penelitian tesisnya.
Yang habis dibantai Opa Joshua
Pria itu mengakui kalau Opanya sangatlah jenius sampai-sampai semua bantahan dan argumennya dibabat habis oleh Joshua.
Jika di kampus, Joshua dikenal dengan dosen killer yang bukan tipe marah-marah tapi dengan nada halus yang nampol. Luca sendiri tak heran jika Oomnya sendiri sudah kena bantai Opanya. Levi Reeves adalah salah satu Oomnya yang cerdas pun pernah bercerita waktu sidang skripsi dulu di MIT, Joshua dengan santainya datang menjadi dosen penguji tamu hanya gara-gara menjadi alumni kebanggaan MIT.
Dan sekarang Luca mengalami apa yang dialami Oom Levi nya. Luca memegang pelipisnya. Benar - benar si opa punya dua kepribadian! Di rumah macam anak kucing kalau sama Oma, eh disini macam macan hendak kawin galaknya!
"Kamu kenapa?"
Luca mendongakkan kepalanya. Tampak Emi berdiri disana dengan wajah dingin.
"Tidak apa-apa." Luca tersenyum manis. "Yuk kemana?"
"Aku mau ke perpustakaan. Skripsiku ada yang harus direvisi."
"Yuk, aku temani. Sekalian aku mau numpang tidur, kepalaku pusing!" keluh Luca sambil mengunci motor Triumphnya.
Keduanya pun berjalan beriringan menuju perpustakaan pusat yang sangat besar dan ramai dengan banyak mahasiswa disana.
***
Ruang Instalasi Jenazah Rumah Sakit Tokyo University
Joey sedang mengikuti kuliah online bidang radiologi dengan serius ketika dokter Daisuke masuk sambil membawa map. Pria paruh baya itu hanya memperhatikan asisten hukumannya serius menatap layar MacBook.
Setengah jam kemudian kuliah online Joey berakhir dan sekarang dia mulai fokus dengan pekerjaannya bersama dengan dokter Daisuke.
"Semoga hari ini tidak ada mayat aneh-aneh ya dokter Dai" ucap Joey sambil memasukkan laporan rutin di ruang jenazah ke pengawasnya di kepolisian.
"Iya. Apakah kamu tahu, Bianchi. Akhirnya si istri ditahan."
Joey menoleh. "Kasus Penikaman 40 itu?"
Dokter Daisuke melirik tajam ke asistennya. "Jangan suka bikin judul kasus! Kamu itu bukan Sir Arthur Conan Doyle!"
"Tapi kan bagus Dok! Daripada kita manyun dan bosan autopsi mayat, harusnya ada sampingan yang membuat mood booster." Joey menyeringai.
"Aku curiga, jangan - jangan kamu berubah haluan menjadi dokter forensik seperti Omamu."
"Hoh tidak, tetap ambil spesialis bedah seperti Opa Mamoru Al Jordan tapi selama 90 eh 87 hari ini ijinkan saya menjadi dokter forensik sementara, sensei." Joey pun berdiri lalu membungkuk hormat ke Dokter Daisuke.
"Bah, tanpa kamu membungkuk pun kamu tetap mengangkat dirimu sebagai dokter forensik kan?" cebik Dokter Daisuke.
Joey meluruskan tubuhnya. "Saya suka jika anda paham maksud saya."
"Kapan hukuman kamu berakhir ya Bianchi..." gumam Dokter Daisuke.
"Nanti kangen sama saya, repot lho" kekeh Joey cuek.
"Haaaiissshhh!"
***
Yuuuhhuuu Up Siang Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
ellyana imutz
senyum" sendiri krn c bianchi gesrek mafia kmaprt...smg aman ...jauh kn dr tanda tilang y alloh.aamiin
2022-07-26
2
za_syfa
cerita nya masih yg bikin senyum2 semoga gak ada yg iris bawang disini
2022-07-26
2
heidiy
Joey...Joey bikin darting
2022-07-26
1