"Apa?" ucap Goro saat mendengar ucapan Joey yang dengan santainya mengatakan bahwa dirinya Captain America.
"Kan kamu tadi tanya aku siapa? Ya aku jawab itulah!" seringai Joey.
"Kamu! Apa urusan kamu dengan membawa-bawa Yuki hah? Dia sudah mampus! Istri tidak berguna itu!"
"Istri tidak berguna yang kamu gunakan jadi samsak? Seriously! Kamu itu harusnya tidak menjadi polisi dengan pangkat letnan pulak! Heran, kok bisa lolos psikotes ya? Atau jangan-jangan otak psycho mu yang main ya?" gumam Joey dengan wajah dingin menatap Goro.
"Brengsek kau!" Goro pun maju hendak memukul Joey namun tangannya menahan tangan Goro.
"Tangan ini yang memukul Yuki!" Joey lalu memiting tangan Goro hingga berbunyi 'krak' membuat pria itu menjerit kesakitan. "Kaki ini yang buat menendang Yuki!" Joey tanpa ampun menginjak kaki kiri Goro hingga berbunyi sama dengan tangan kanannya.
Victor hanya berdiri bersedekap membiarkan bossnya menghajar pria tukang memukul wanita itu. Bagi Victor, memukul wanita memang perbuatan banci.
"Apa perlu aku buat kamu lumpuh seumur hidup agar kamu tidak memukul wanita manapun?" seringai Joey di depan wajah Goro yang meringis kesakitan dan ketakutan.
"Ja.. jangan..." bisik Goro.
"Apa? Aku tidak dengar."
"Jangan... buat... aku lumpuh..."
"Apa saat Yuki memohon ampun, kamu mendengarkan? Bagaimana Yuki memohon? Apa kamu mendengarkan? Kamu lemah! Baru aku hajar seperti ini saja sudah minta ampun?"
Goro berteriak kencang ketika pergelangan tangannya yang sebelah kiri dipatahkan Joey.
"Kamu tahu? Akulah yang mengautopsi Yuki Hamada! Akulah yang mencatat berapa luka lebam di tubuh Yuki, berapa tulang patah dan retak akibat ulahmu! Ini belum seberapa!"
Goro menjerit lagi saat Joey mematahkan pergelangan kakinya.
"Badan kecil saja kamu belagu! Kalau memang nyali kamu besar, hadapi orang yang lebih besar dari kamu! Aku sudah tahu kamu impoten ya jadi menyalurkannya dengan menghajar istri dan wanita bayaran..."
Goro menatap horor ke Joey.
"Kawaisou ni... ( kasihan sekali )" gelak Joey.
"Shut up! Aku...tidak ... impoten!" cicit Goro.
"Dengar, aku sudah menyelidiki kamu setelah aku tahu siapa yang menghajar Yuki dari memory card yang ditelan."
Goro terkejut.
"Makanya aku bilang istrimu itu cerdas. Dia tahu tidak bisa melawan dirimu karena kamu pasti akan membawa ayahmu jadi dua hari sebelum kamu menghabisi dirinya, Yuki menyimpan memori card itu dan sebelum kesadarannya hilang, Yuki menelannya dan bukti itu sudah aku serahkan melalui pengacara yang aku sewa atas nama Yuki. Dan bersiap - siap saja, semua keluarga mu akan menanggung aib karena aku akan menyebarkan kondisi kamu sebenarnya."
"J, aku rasa cukup kamu menghajarnya. Dia sudah patah di berbagai lokasi" ucap Victor.
"Itu belum seberapa dibandingkan apa yang dialami Yuki. Dia jauh lebih kuat dari kamu karena bisa bertahan setahun dengan kondisi babak belur sedangkan kamu? Baru segitu saja sudah nangis! Banci kamu!" Joey pun berdiri.
Suara ketukan membuat Victor membukanya dan tampak Mario Bianchi dan kepala kepolisian Tokyo disana.
"Dad?" Joey hanya tersenyum tipis.
***
"Apa-apaan sih kamu! Bisa-bisanya jadi detektif patikelir dan main hakim sendiri! Apa kamu sudah jadi cadaver whisperer sekarang? Sudah tidak minat jadi dokter bedah? Ya ampuuunnn Joeeyyyy!" omel Mario sambil mondar mandir di ruang kerjanya.
"Dad, jangan mondar mandir dong... Aku pusing lihatnya" ucap Joey cuek.
"Oh astagfirullah!" Mario beristighfar banyak-banyak.
Kalau tadi James tidak memberitahukan bahwa putranya meminta tolong padanya untuk melakukan tuntutan kepada keluarga Hamada, Mario tidak akan tahu Joey akan berbuat nekad seperti itu.
"Yang penting aku sudah membuat dia patah tulang di berbagai tempat meskipun belum sebanyak yang dialami Yuki."
Mario melotot ke arah Joey. "Son, kamu itu bukan polisi, bukan detektif, bukan apapun! Kamu adalah Jeoffree Fransesco Akandra Bianchi, seorang mahasiswa kedokteran!"
"Tapi aku adalah keturunan Bianchi. Dan sekali Mafioso Tetap Mafioso."
"Tapi tidak menghajar orang sampai nyaris lumpuh begitu bambaaannggg!" teriak Mario.
Joey menggaruk telinganya. "Duh Dad, bisa budeg nih!"
"Sudah! Pokoknya sebulan kamu dihukum tidak boleh bawa black card, platinum dan gold!"
"Dad!"
"Kamu sudah dewasa jadi cari uang sendiri!" Mario meminta dompet Joey yang kemudian diambil semua kartu kredit milik anaknya dan hanya menyisakan satu kartu kredit silver. "Oh tabungan kamu yang mendapatkan bagi hasil dari keluarga Pratomo, Daddy blokir!"
Joey melongo. Alamat cuma pakai tabungan pribadi yang tidak seberapa isinya dong!
***
Joey pun dipanggil oleh pihak kepolisian dan harus menjalani hukuman kerja sosial karena main hakim sendiri. James Blair bernegosiasi dengan pihak kepolisian agar Joey tidak dipenjara dan akhirnya diputuskan untuk kerja sosial.
Ketika hakim bertanya dirinya mau kerja sosial dimana, Joey hanya menyeringai.
***
Dokter Daisuke melotot tidak percaya ketika petugas dari kehakiman memberikan surat keputusan untuk mengawasi Joey selama melakukan hukuman kerja sosial di kamar jenazah Tokyo University.
Di surat itu tertulis bahwa Joey harus memenuhi syarat bekerja selama 90 hari. Membaca surat keputusan itu seketika membuat tensi Dokter Daisuke agak naik sedikit.
***
Sekali lagi Joey harus menjalani hukumannya yang mengakibatkan kuliahnya harus mundur setengah tahun tapi Joey tidak perduli karena yang penting dia sudah menghajar Goro.
Tentang Goro, akhirnya pria itu dihukum penjara 30 tahun karena adanya laporan dari para wanita panggilan dan Geisha yang tidak sedikit mendapatkan kekerasan fisik darinya. Semuanya pun mengajukan tuntutan kepada pria yang harus duduk di kursi roda dengan gips disana sini akibat ulah Joey.
Secara anonymous, Joey menyebarkan kondisi Goro yang membuat keluarga Hamada malu dan mengundurkan diri dari parlemen Jepang.
"Kenapa nggak sekalian harakiri saja? Dasar orang tua tidak berguna! Anaknya melakukan kekerasan malah dibiarkan!" sungut Joey sambil mengautopsi bersama Dokter Diasuke. Keduanya sengaja sambil menyetel televisi untuk mengetahui perkembangan kasus Goro Hamada.
"Kamu juga sama Joey! Orang tua kamu itu sudah mendidik kamu bener tapi kamunya yang nggak benar."
Joey menatap dokter Daisuke. "Orang tuaku mengajar benar kok. Hormati dan sayangi wanita karena kita sebagai pria seharusnya melindungi mereka."
"Jadi itu alasan kamu menghajar si Hamada sampai patah di pergelangan, bahu dan tungkai?"
"Itu masih belum seberapa dokter Die ... eh Dai. Baru aku patahkan pergelangannya dia sudah mewek! Apa kabar Yuki?"
Dokter Daisuke hanya menggelengkan kepalanya. "Tapi aku salut dengan Yuki. Di sisa waktu dirinya hidup, dia menelan memory card dengan tempatnya hingga tidak terkontaminasi di usus."
"Kalau yang mengautopsi pihak kepolisian, aku tidak yakin mereka akan memberikan barang bukti itu mengingat siapa pelakunya."
"Joey, apakah kamu tidak takut apapun?"
Joey tersenyum. "Hanya tiga di dunia ini yang aku takutkan."
"Apa itu?"
"Pertama aku takut Allah SWT, kedua aku takut kedua orangtuaku dan ketiga aku takut jika seorang wanita bisa menghajarku."
"Kenapa bisa begitu? Kenapa kamu takut jika seorang wanita bisa menghajarmu?" tanya dokter Daisuke.
"Karena aku bisa jatuh cinta dengannya" cengir Joey.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Ninik Rochaini
ancen sinting Joey....ya ampun ngakak aq mbk....jatuh cinta sm wanita yg menghajar ny...emang beda sih Joey...ini novel ke belasan sekian yg aq bc...sambil nunggu up ny Shea si detektif hantu...
2024-07-30
1
Ita Xiaomi
Ada niat menginterview mayat. Bakalan darting dokter Daisuke 😁
2024-01-02
1
senja
🤣🤣🤣🤣,frutasi g tu?
2023-08-10
1