Joey hanya menghela nafas panjang berulang kali karena dia merasa pusing harus menghitung jumlah luka tusukan yang diperoleh korban. Dirinya memang ingin menjadi dokter bedah tapi menjalani hukuman membantu dokter Daisuke di ruang jenazah yang terkadang diperbantukan pihak kepolisian, lebih mengasyikkan.
"Empat puluh tusukan" komentar Joey setelah menghitung dua kali.
"Apa yang terjadi pada wanita muda ini? Ditusuk hingga begitu banyak" gumam Dokter Daisuke.
"Permisi dokter" sebuah suara terdengar di depan pintu ruang autopsi.
"Ada apa?" tanya Dokter Daisuke ke pegawai administrasi yang bekerja di pintu depan.
"Dokter kedatangan satu jenazah lagi. Korban tembak."
Joey mengerenyitkan dahinya. Di Jepang jarang orang memiliki senjata dan hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki ijin seperti keluarganya, para Yakuza itupun hanya pemimpinnya dan aparat kepolisian serta tentara. Tapi korban tembakan?
"Apakah orang itu penjahat?" tanya Dokter Daisuke bingung.
"Bukan dokter Naruhito. Tapi ada kaitannya dengan jenazah yang anda autopsi sekarang" suara bariton di belakang pegawai administrasi terdengar.
"Hideaki Yamamoto." Dokter Daisuke mendengus kesal.
"Daisuke Naruhito."
Joey melihat kedua pria itu menatap tajam satu sama lain. Whoah! What's going on here?
***
Kediaman Takara
Luca tersenyum lebar ketika mengetahui dirinya duduk bersebalahan dengan Emi yang membuat Takeshi ingin mencolok mata coklat pria Italia itu dengan sumpit yang dipegangnya.
Pria tampan itu tanpa malu-malu menoleh ke arah Emi yang sibuk mengambilkan makanan untuk ayahnya.
"Aku sekalian Em" pintanya sambil tersenyum.
"Maaf, kamu ambil sendiri ya. Kan punya tangan. Lagian, aku tidak tahu selera kamu" sahut Emi cuek.
"Makanya mulai belajar tahu selera aku" cengir Luca.
"EHEM!" Takeshi berdehem agak keras membuat kedua orang di hadapannya terdiam. "Makan dengan tenang!"
Menu makan siang kali ini adalah Unagi ( belut ) yang dimasak dengan Soyu ( kecap Jepang ). Rupanya Takeshi tahu kalau Luca memang tidak makan daging haram karena tahu siapa rekan bisnisnya. Takeshi sendiri lebih penggemar ikan dibandingkan daging merah.
"Itadakimasu" ucap Luca sambil membuka sumpit nya.
"Itadakimasu." Emi pun mengucapkan kata yang sama, kata yang selalu diucapkan orang Jepang sebelum makan yang artinya 'mari makan'.
"Unagi ini sangat enak, Mr Takara" puji Luca yang tidak bisa diam di meja makan.
Takeshi dan Emi hanya melirik tajam ke Luca yang seolah tidak tahu bahwa ada aturan tidak boleh ada yang berbicara di meja makan.
"Hhhmmm" sahut Takeshi.
Luca melanjutkan makannya lagi tapi lima meiit kemudian... "Ini yang masak siapa? Kamu Em?"
Emi melotot. "Would you just shut up?" desis gadis itu.
"Lho di meja makan tidak ada acara ngobrol gitu?" Luca menatap Takeshi dan Emi bergantian. "Kalau di rumah, kami bertiga biasa untuk mengobrol di meja makan karena kami semua pada sibuk jadi kesempatan untuk mengobrol itu di meja makan, baik saat sarapan dan makan malam."
"Itu kan di rumah kamu. Beda dengan disini!" ucap Takeshi dingin.
"Padahal seru lho, Mr Takara. Bahkan semua rahasia keluarga diumbar di meja makan."
Takeshi menyipitkan matanya. "Rahasia keluarga?"
Luca mengangguk. "Seperti saya, baru saja mengatakan pada mom dan dad kalau saya serius dengan putri anda Mr Takara. Dan itu saya ungkapkan di meja makan, seperti saat ini."
Takeshi tersedak. Emi segera memberikan segelas air putih.
"Kalau sedang makan, jangan sambil judes-judes Mr Takara. Tersedak kan?" senyum Luca tanpa ada rasa bersalah.
Takeshi menetralisir nafasnya setelah tersedak.
"BIANCHIIII!"
***
Joey tampak serius saat mengautopsi jenazah pria yang tewas ditembak. Sebuah tembakan tunggal di pelipis yang secara sekilas bisa dibilang sebagai bunuh diri tapi menurut kapten Hideaki Yamamoto, itu bukan bunuh diri.
"Apa latar belakangnya kapten Yamamoto?" tanya Joey sambil mengikur diameter lubang tembakan di pelipis. Sesuai dengan hukum fisika, jarak tembakan itu bisa dihitung dengan diameter lubang peluru dan dari situ bisa dilihat apakah murni bunuh diri atau pembunuhan yang ditutupi sebagai suicide.
"Cinta segitiga."
Dokter Daisuke dan Joey mendongak. "Haaahhh?"
"Wanita itu adalah selingkuhan pria ini dan pria ini sudah menikah punya dua anak. Dan pria minus akhlak itu membawa selingkuhannya ke rumahnya tinggal bersama dengan istri sah dan kedua anaknya."
Dokter Daisuke dan Joey semakin melongo.
"Gila!" umpat Joey. "Lalu apa yang terjadi?"
"Istri sah melaporkan bahwa terjadi kasus pembunuhan - bunuh diri yang dilakukan oleh suaminya ke selingkuhannya." Kapten Hideaki Yamamoto menatap datar ke arah jenazah si pria.
"Anda sama sekali tidak mempercayai jawaban sang istri, Kapten?" celetuk Joey. Jiwa kepopersnya semakin berkobar mendengar ada seorang pria yang tega berbuat seperti itu kepada istri yang sudah memberikan dua anak. Lu tuh baji*Ngan juga ya! Joey menatap ke sosok tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
"Tentu saja tidak, Bianchi. Dan kamu tugasnya hanya mencari tahu apakah pria itu dibunuh atau bunuh diri! Jangan seperti kemarin!" hardik Kapten Hideaki Yamamoto.
Joey hanya nyengir. "Dia dibunuh" jawabnya tenang.
Kapten Hideaki Yamamoto menatap Joey serius. "Yakin kamu, Bianchi?"
"100%! Bahkan bisa dibuktikan secara ilmiah."
Joey lalu menunjukkan bedanya diameter lubang peluru jika jarak dekat seperti bunuh diri dan dibunuh. Ada jarak yang berbeda.
"Siapa menurut kamu, Hideaki?" tanya Dokter Daisuke.
"Istrinya."
Joey tidak heran. Siapa juga yang betah sama suami minus akhlak ini? Kalau sampai dicincang itu pelakor dan si suami di fitnah, Yaaaa gue cuma bisa bilang makan tuh mata pencaharian kau!
"Tapi menusuk wanita ini sampai empat puluh tusukan itu apa bukannya out of rage?" gumam dokter Daisuke.
"Wanita kalau marah itu memang mengerikan bahkan kaum pria bisa kalah jika wanita itu disakiti. Mereka akan memiliki kekuatan lebih dan kemampuan diluar nalar jika hatinya sudah benar-benar sakit" ucap Joey.
"Tapi pria juga bisa berbuat kejam" sahut Kapten Hideaki Yamamoto.
"Tidak separah wanita" cengir Joey.
"Contohnya?"
"Tante saya, Kaia Blair O'Grady, mampu membuat orang gosong. Harafiah!"
Kapten Hideaki Yamamoto dan Dokter Daisuke Naruhito melongo.
"Naniii ( apaaa )?!" seru keduanya.
"Yup! Makanya jangan membuat wanita marah karena kalau sudah marah, dunia bisa jungkir balik!" gelak Joey.
Dokter Daisuke dan Kapten Hideaki hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat wajah pria berdarah Italia itu tertawa usil.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaa
Gaeesss, aku mau minta tolong. Biasakan membaca dulu sampai habis baru like, komen dan kasih hadiah. Karena jika kalian langsung like tanpa membaca sampai selesai, akan dianggap buzzer atau bot, dan itu akan mempengaruhi rating novel aku. So, Tulung ya dibaca sampai selesai biar kita sama-sama nyaman.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Samalah di keluarga ku. Kangen ama Emak&bpk.
2024-01-03
2
Ita Xiaomi
Ngakak 🤣🤣🤣. Makan sekalian interview.
2024-01-03
1
mamahe Lana
kalau aku baca dulu baru kasih like ma kome...cemunnguut y kak💪💪💪😘😘😘👍👍
2022-08-03
1