Shibuya, Tokyo
Luca dan Emi duduk berhadapan di sudut coffee shop. Keduanya langsung meletakkan ponsel masing-masing diatas meja.
"Kita belum kenalan yang bener." Luca menatap Emi serius.
"Memang kenalan yang benar gimana? Bukannya di gym udah kemarin?" tanya Emi bingung.
Luca mengulurkan tangannya yang disambut Emi dengan wajah bingung.
"Luca Alano Akandra Bianchi. Usia 22 tahun, tinggi 187, berat proposional, mahasiswa S2 fakultas science jurusan matematika Tokyo University, anak tunggal. Hobi olahraga, koleksi pernak-pernik Star Wars. Film favorit Star Wars' Saga. Karakter favorit, BB8."
Emi melongo. "Emi Takara. Usia 21 tahun, tinggi 172 cm, berat cukupan, mahasiswa bisnis Tokyo University, sedang skripsi, anak tunggal Yakuza klan Takara. Hobi masak."
Luca tersenyum. "Kapan-kapan aku ingin mencoba masakanmu, Em" ucapnya sambil melepaskan salamannya.
"Star Wars?" Emi menatap pria tampan itu bingung. "BB8?"
"Iya robot bundar warna orange putih itu" senyum Luca sambil memperlihatkan gambar robot droid di ponselnya.
"Kenapa kamu suka Star Wars?" tanya Emi.
"Aku jatuh cinta dengan lightsaber nya dulu baru aku nonton dari episode 1 the attack of the clones dan sejak itu aku suka ceritanya. Love story yang dibungkus dengan perang antar galaxy. Dan kalau besok aku dikaruniai anak kembar laki-laki dan perempuan, bakalan aku kasih nama Luke Skywalker Bianchi dan Leia Skywalker Bianchi" jawab Luca yakin.
Emi memegang pelipisnya. "Segitunya ya?"
"Semoga doaku dijabah. Aamiin" senyum Luca.
Brak!
Luca dan Emi menoleh ketika Toma mengantarkan pesanan Emi dengan sedikit kasar meletakkan nampannya.
"Gomen. Tanganku agak licin" ucap Toma dengan nada tak bersalah.
"Masih bagus tidak ada yang tumpah. Kalau ada, aku akan minta ganti gratis. " Luca menatap dingin ke arah Toma.
Emi tersenyum tipis. "Arigato, Toma."
Toma pun pergi meninggalkan meja Luca dan Emi.
"Dia ada masalah hidup apa sih? Sama pelanggan kok seperti itu?" gerutu Luca sebal.
"Dia tidak pernah seperti itu kok" ucap Emi dengan nada bingung.
Luca menatap Emi. "Jangan-jangan dia naksir kamu Em."
Emi mengerjapkan matanya. "Masa sih?"
"Jangan polos-polos lah Em. Lihat saja bagaimana wajahnya ditekuk sepuluh melihat kita disini."
Emi menatap Luca. "Kamu tidak cemburu?"
"Aku bakalan cemburu jika kamu sudah menjadi kekasihku dan sekarang kita belum jadian dan ini baru kencan pertama, Em. Hei, I'm a gentleman kalau sebulan kita berkencan tapi kamu tidak ada rasa sama aku, tetap aku akan berusaha agar kamu jatuh cinta padaku."
Emi melongo. "Sama saja itu Lucaaaaa! Kamu tetap saja tidak akan melepaskan aku!"
"Paham kan maksud aku?" cengir Luca. "Look, Emi, aku sudah jatuh cinta padamu pada pandangan pertama dan aku akan tetap berusaha untuk membuat kamu mencintaiku walaupun aku harus bertarung lagi dengan papamu yang super ngeyel itu!"
"Kamu tahu Luca. Aku tahu bagaimana pria Italia itu mudah jatuh cinta dan perayu ulung. Apakah kamu seperti itu?"
"Aku memang keturunan Italia tapi apakah aku seperti Casanova. No, Emi. Aku bukan Casanova. Aku memang slengean, usil dan duo pengacau dengan kakakku, Joey, tapi soal cinta, aku mirip dengan Daddyku."
"Maksudnya?"
"Daddyku adalah orang yang memiliki prinsip jika kamu sudah mencintai seseorang, pupuklah perasaan itu apalagi jika love at first sight."
Emi menopang dagunya di kedua tangannya. "Apakah kedua orang tuamu itu saling jatuh cinta pada pandangan pertama?"
"Daddy ku iya, mommyku tidak. Bahkan cerita mereka mirip seperti kisah kita. Kami para pria keturunan Pratomo sangat menyukai wanita yang tidak lembek."
"Dan daddymu mengejar - ngejar mommymu?"
"Of course lah! Pria itu pemburu bukan diburu dan aku adalah pria apa adanya. Suka bilang suka, tidak ya tidak. Aku bukan orang yang suka basa basi kecuali mungkin saat melakukan bisnis karena kita harus mampu bersosialisasi dan beretika. Tapi kalau sekarang ini, situasi non formal, aku bisa saja tadi mengajukan komplain tapi aku masih menghormati kamu, Em, karena kamu yang mengajak kemari dan dia teman kamu."
"Dan kamu menyindir Toma seperti itu?"
"Wajar, kita pelanggan, tamu. Jadi kita berhak komplain jika pelayanan dan jasa yang diberikan tidak memuaskan."
"Apakah kamu yakin akan mampu meluluhkan hatiku, Luca?" tanya Emi dengan tatapan dingin.
"Gunanya berkencan itu untuk ini. Saling menjajaki satu sama lain. Oke, kamu sudah cukup tahu aku. Sekarang, bagaimana dengan mu?"
"Bagaimana denganku?" tanya Emi sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Iya, bagaimana rasanya menjadi putri Yakuza?"
"Well, Otousan itu pria yang sulit apalagi aku putri satu-satunya karena okāsan ku tidak bisa memiliki anak lagi setelah aku lahir."
"Why?"
"Pada saat aku berusia delapan tahun, Okāsan mengalami kecelakaan lalu lintas saat menyetir mobil hendak menjemput aku di sekolah. Akibatnya, organ reproduksi okāsan rusak hingga mengalami keguguran bahkan ginjal nya satu rusak berat. Okāsan terselamatkan nyawanya tapi dia tidak bisa hamil lagi dan hidup hanya dengan satu ginjal." Emi tampak menerawang. "Kondisi okāsan pasca kecelakaan itu semakin memburuk dan puncaknya saat aku masuk Todai, okāsan meninggal."
"Apakah kena serangan jantung?" tanya Luca sambil menggenggam tangan Emi.
Emi mengangguk. "Tubuh okāsan cukup lelah jadi jantungnya tidak kuat."
"I'm so sorry, Emi."
"Tak apa. Aku sudah bisa menerima kepergian okāsan."
Luca semakin erat menggenggam kedua tangan Emi. "Tapi okāsan mu itu mewariskan banyak kepadamu."
"Apa itu?" Emi menatap Luca serius.
"Aku yakin okāsan mu pasti wanita yang cantik dan kamu mirip dengannya. Aku percaya itu."
"Why?"
"Karena kamu tidak mirip dengan Otousan mu."
Emi terkejut dan langsung memukul bahu Luca. "Enak saja!"
Luca terbahak namun mata coklatnya melirik ke arah Toma yang menatapnya tajam.
Jadi serius kamu cemburu nya? Kita lihat saja, Emi pasti akan menjadi milikku.
***
Mansion Al Jordan
Semua orang di meja makan melongo mendengar cerita Joey yang seharian ini berada di ruang instalasi jenazah Tokyo University membantu dokter Daisuke dan Kapten Hideaki Yamamoto.
"40 tusukan?" seru Mario dengan wajah tidak percaya.
"Serius Dad. 40 luka tusuk! Aku sampai menghitung dua kali!"
"Kok bisa ya menusuk sebanyak itu..." gumam Miki.
"Wajar, sayang. Orang kalau sudah rage, seperti apa. Contoh tuh Kaia" kekeh Joshua. "Atau Alexandra."
"Alexandra itu berbeda, bang. Dia membela diri" kekeh Miki.
"Joey, apa kamu berubah haluan menjadi dokter forensik?" tanya Josephine.
"No mom, masih dokter bedah tapi aku kan masih dalam hukuman 90 hari plus pemblokiran kartu dan tabungan dari Daddy. Jadi aku menikmati sajalah. Lagipula, sepertinya aku ketularan Opa Ghani dan Opa Raymond" cengir Joey.
"Apa itu?" tanya Joshua.
"Jiwa kepopers aku berkobar - kobar."
Joshua hanya menghela nafas panjang. Oh boy!
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
wonder mom
mbak, crita the bianchis bnr2 beda. lucu, fresh. nyegerin bgt tp bukan sprite. 😍😉
2022-07-26
2
za_syfa
saingannya Luca kayaknya pasti nyari cara supaya bisa ngalahin Luca
2022-07-26
2
🍭ͪ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ꍏꋪꀤ_💜❄
aku kog curiga sama tom tom......
aku suka gayamu L....
klo iya IYA.... klo enggak ya ENGGAK....
2022-07-25
2