Luca Bianchi tiba di kediaman Takara, sebuah rumah model lama, khas rumah Jepang jaman dulu. Luca melirik jam tag Heuer nya yang menunjukkan pukul 9.45.
"Silahkan Bianchi-san. Lewat sini." Seorang pelayan membawa Luca menuju ruang pertemuan setelah dirinya tadi memarkirkan motor Ducatinya.
Luca pun diantarkan ke halaman belakang dan sepanjang perjalanan, dia melihat banyaknya pengawal yang berjaga. Tidak heran karena dia Yakuza meskipun kata Daddy yakuza kampret.
"Takara-sama, Bianchi-san sudah tiba."
Luca membungkuk hormat ke Takeshi yang sedang membawa pedang kayu yang biasa dipakai oleh para samurai berlatih.
You've got be kidding me! Luca melihat bagaimana Takeshi Takara sudah siap dengan seragam latihannya.
"Ganti bajumu Bianchi! Kita bertanding sekarang!"
Luca melongo. Seriously?
***
Hari Minggu ini harusnya jadwal Joey libur tapi dokter Daisuke memintanya datang karena mereka kedatangan jenazah yang harus membutuhkan autopsi secepatnya.
"Apa yang terjadi dokter Dai?" tanya Joey yang segera memacu motornya ke rumah sakit demi tiba secepatnya.
"Kasus pembunuhan dan pihak koroner Tokyo kekurangan orang karena entah kenapa nyawa orang mulai murah."
"Apa maksudnya kekurangan orang?" tanya Joey lagi.
"Para koroner kehabisan tenaga akibat kasus tawuran kemarin, Joey. Jadi pihak komisaris kepolisian memberikan libur dua hari."
"Dan kita deh yang kena" kekeh Joey.
"Sebagai bagian dari hukumanmu, Bianchi! Dan kamu tidak dibayar lembur ya" balas Dokter Daisuke durjana.
"Setidaknya saya dibelikan makan siang lah dok. Pelit amat jadi mentor!" sungut Joey sambil manyun.
"Onigiri satu sama teh oolong ya."
Joey melongo. "Seriously? Itu cuma memenuhi seperempat isi lambung saya dok!"
"Take it or leave it Bianchi? Kan kamu kaya, kenapa mengemis dengan dokter pas-pasan macam aku?" cengir Dokter Daisuke.
"Daddy saya menahan tabungan dan kartu kredit saya selama tiga bulan jadi saya harus berhemat dok."
"Deritamu, Bianchi" gelak Dokter Daisuke semakin durjana.
"Harusnya nama dokter itu dokter Die bukan Dai" gumam Joey sambil cemberut.
"Aku dengar itu Bianchi!" seru Dokter Daisuke sambil memulai autopsinya.
Kupingnya tajam amat ya?
***
Emi melihat sebuah motor Ducati Diavel bewarna hitam terparkir di halaman rumahnya dan dirinya mengerenyitkan dahinya.
Motor siapa itu? Rasanya pengawal otousan tidak ada yang punya motor itu deh!
Emi turun dari mobil Honda S660 putih convertible miliknya dan melihat-lihat motor garang itu.
"Ini motor siapa?" tanya Emi ke salah seorang pengawal yang berjaga disana.
"Milik Luca Bianchi, nona."
Emi mendelik. "Luca Bianchi disini?"
"Iya nona. Takara-sama meminta Bianchi-san untuk datang kemari."
Emi yang pagi itu mengenakan kaus rajutan warna oranye terang hanya tertegun. Ngapain otousan memanggil pria menyebalkan itu?
"Dimana sekarang otousan dan pria brengsek itu?" tanya Emi judes.
"Di halaman belakang nona."
"Ngapain?"
"Bertanding Kendo katanya."
Emi tersenyum smirk. "Baiklah, aku kesana sekarang."
Dengan langkah anggun, Emi pun berjalan menuju halaman belakang dan terdengar lah suara pedang kayu saling beradu. Dan betapa terkejutnya gadis itu melihat ayahnya sedikit kewalahan melawan Luca.
Mata coklat tua Emi mendelik melihat keduanya hanya mengenakan hakama ( celana Kendo ) tanpa memakai kendogi ( baju Kendo ). Dan Emi dengan susah payah menelan salivanya melihat bagaimana badan Luca yang benar-benar berotot dan six pack terpampang jelas ditambah kulit tan nya berkilat karena keringat, semakin menunjukkan kemaskulinannya.
Benar-benar Kami-sama ( Tuhan ) lagi niat waktu buat pria brengsek itu.
Luca sedikit Meleng saat tahu Emi berdiri di sana melihat dirinya dan ayahnya bertanding.
TUK!
"Aduuuhh!" Luca mengusap kepalanya yang kena pukul oleh Takeshi.
"Jangan Meleng!" bentak Takeshi.
"Gimana mau tidak Meleng, Mr Takara. Obyek paling indah di muka bumi ada di hadapan saya" ucap Luca sambil tersenyum melihat ke arah Emi yang berdiri sambil bersedekap dan memasang wajah dingin. "Hai Emi Amore Mio."
TUK!
Lagi-lagi pedang kayu itu mendarat di kepala Luca yang sekali lagi mengusap-usap sambil mengerenyit kesakitan.
"Jangan panggil - panggil Amore Mio! Saya tidak mengijinkan!" hardik Takeshi kesal melihat pria berdarah Italia itu memasang wajah menyebalkan menggoda putri preciousnya.
"Kalau begitu... Emi sayang, Anata ( sayang dalam bahasa Jepang ), honey ... kita jadi berkencan kan?" rayu Luca semakin menjadi.
TUK!
Untuk ketiga kalinya pedang kayu itu mendarat di kepala Luca dan pria itu meringis kesakitan.
"Astagaaa! Kan yang penting tidak Amore Mio panggil ke Emi. Salahnya dimana coba Mr Takara?" sungut Luca sambil mengusap kepalanya. Mata coklat Luca melirik ke arah Emi yang menyembunyikan senyumannya di balik tangannya.
"Emi, kalau mau tertawa, tertawa saja tidak usah ditahan! Ini aku lakukan demi bisa berkencan denganmu" teriak Luca cuek.
Pedang kayu itu hendak mendarat ke kepala Luca lagi tapi ditahan oleh pria itu.
"Stop Mr Takara. Ini sudah cukup benjol. Anda sebenarnya kalah tadi kalau saya tidak teralihkan dengan putri anda. Fair lah" seringai Luca yang membuat Takeshi ingin menghajar pria tampan itu habis-habisan.
"Kamu..." Takeshi mendengus kesal karena memang itu kenyataannya. Dirinya tadi memang kalah dengan Luca yang jauh lebih gesit dan cepat. Pria Italia satu ini memang tidak bisa dianggap remeh!
"Deal is Deal, Mr Takara. Saya bisa menahan tiga ronde Kendo dan dua saya menang jadi anda tidak bisa melarang saya untuk berkencan dengan Emi."
Emi melotot ke arah ayahnya. "Otousan kalah sama anak brengsek itu?"
"Otousan hanya terlalu meremehkan, precious." Takeshi memakai kembali kendoginya. "Kamu! Pakai kendogi kamu! Apa kamu mau pamer kemana-mana itu badan?"
Luca tersenyum. "Badan saya bagus kan?"
"Warugaki! ( anak nakal )" umpat Takeshi.
"I'm a good boy" senyum Luca.
"Konoyarou! ( Brengsek )"
Luca hanya mengangguk hormat ke arah Takeshi Takara.
"Domo arigato gozaimasu atas pertandingan hari ini."
Takeshi hanya mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Luca yang masih membungkuk hormat.
"Kamu! Mandi!" perintah Takeshi.
"Haik!"
***
Emi mencari Luca yang sedang berada di paviliun sayap kanan yang memang disediakan untuk para tamu.
Ayahnya tadi menyuruh dirinya untuk memanggil Luca guna makan siang bersama. Bahkan Takeshi sendiri tadi mengatakan pada Emi kalau dia mengijinkan keduanya berkencan.
Emi celingukan mencari Luca yang tidak ada di paviliun.
Kemana pria brengsek itu?
Gadis itu pun mencari di sekitar paviliun.
"Mencari aku, nona Emi Takara?"
Emi pun berbalik dan tampak Luca sudah mandi dan segar mengenakan kemeja dan jeans hitam. Wajahnya yang tampan tersenyum ke arah gadis itu.
"Ehem. Kamu ditunggu Otousan untuk makan siang bersama" ucap Emi dingin.
Luca menghampiri gadis itu. "Kenapa bukan pelayan yang mengatakan padaku? Bukankah ini suatu kehormatan bagiku, nona rumah mencari aku?"
"Aku melakukan ini karena tugasku sebagai nona rumah yang baik" jawab Emi sambil mendongak karena Luca memang lebih tinggi.
"Nona Emi, apakah kamu siap untuk berkencan nanti malam?" goda Luca.
"Tidak dengan motor besarmu."
"Bukankah tampak mesra jika kita berboncengan?"
"Itu hanya modusmu saja, tuan Bianchi. Saya tidak akan menempelkan dada saya ke punggung anda."
Luca terbahak.
Duh Luca ... Luca
Nona Emi Takara
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
wonder mom
emi bkl.an jd makmum yg taat sm Luca n
2022-07-24
1
za_syfa
ini mereka 1 keyakinan gak?apa nanti harus kayak Hideo?
2022-07-24
2
🍭ͪ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ꍏꋪꀤ_💜❄
kata2 V😂😂😂
2022-07-24
1