The Bianchis
"JOEY BIANCHI!"
Pria berusia 22 tahun yang sedang memeriksa pasien di IGD hanya menutup telinganya karena tahu siapa yang berteriak memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan ketua senat Fakultas Seni dan Budaya, Keito Murakami, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Semenjak Keito kalah adu kendo di pertandingan antar sekolah, pria itu selalu mencari-cari masalah dengan Joey. Pria keturunan Italia itu pun menanggapinya dengan santai.
Puncaknya adalah ketika keduanya sama-sama diterima di Universitas elit di Jepang, Tokyo University atau biasa disebut Todai. Joey yang memang keturunan cerdas, lolos dengan mudah di fakultas kedokteran dan dia bercita-cita ingin seperti Opa Mamoru dan Oma Ingrid yang menjadi dokter bedah.
Sedangkan Keito, masuk ke kampus yang sama tapi jurusan fakultas Seni dan Budaya. Apakah gegeran mereka berhenti sampai disitu? Tidak! Bahkan Keito semakin menjadi mengerjai Joey yang dianggap bukan orang Jepang. Meskipun Joey bukan Jepang asli, tapi opa buyutnya Akira Al Jordan masih ada keturunan Jepang yang diturunkan ke Opa buyutnya Hiroshi Al Jordan, Daddy Oma Mikinya. ( Baca You're The Only One - Shanum dan Hiroshi ).
Miki menikah dengan pria Korea Indonesia bernama Joshua Akandra dan memiliki anak kembar Josephine dan Marissa yang akhirnya menikah dengan sepasang kembar juga bernama Mario dan Marco Bianchi, putra dari klan mafia Bianchi. Nama Bianchi tidak lah asing bagi keluarga besar klan Pratomo karena memang berteman baik. ( Baca The Detective and The Doctor chapter Dinginnya Gunung Es ).
Josephine dan Mario agak telat saat mendapatkan Joey karena saat kembarannya hamil enam bulan, Jo baru hamil. Josephine dan Marissa sama-sama memiliki satu anak laki-laki yang diberi nama Jeoffree Fransesco Akandra Bianchi dan Luca Alano Akandra Bianchi. Meskipun Luca lebih tua, tapi tetap di urutan keluarga, Joey dianggap paling sulung dari generasi kelima.
Joey hanya menunggu kedatangan Keito ke ruang IGD sedangkan semua teman - teman sejawat Joey hanya senyum-senyum karena tahu ulah jahilnya dokter cerdas itu.
Datanglah seorang pria bertubuh kurus dengan wajah ditekuk datang ke meja Joey dan hendak membentak namun tangan Joey langsung memberikan kode untuk diam.
"Sebentar! Aku ada pasien. Nanti setelah ibu ini selesai, kamu baru boleh marah-marah!" ucap Joey sambil menuliskan resep lalu menyerahkan ke pasiennya.
Setelah selesai, Joey menatap pria kurus itu dengan tatapan tenang. "Well ada apa Mr Keito Murakami?"
"Kamuuu! Ikut aku ke dekan!" bentak Keito marah dan segera menyeret tubuh besar Joey.
Para rekan Joey hanya berteriak. "Ganbatteeee!" yang dibalas Joey dengan memberikan jempolnya sambil nyengir.
***
Dan kini pria bertinggi 188 cm dengan badan fit, masih menggenakan snelli dan stetoskop di sakunya dan memasang wajah datar menatap para dekan baik dari fakultas kedokteran, fakultas seni dan budaya serta perwakilan dari rektor Todai. Joey tidaklah heran jika Opanya juga ada disana.
Mata Joshua Akandra menatap tajam ke arah cucunya yang seolah cuek tidak pedulian dengan apa yang akan terjadi.
"Bianchi-san, ini kenakalan anda yang kesekian kalinya. Bisa-bisanya anda memasukkan cadaver ( jenazah ) ke ruang seni rupa?" ucap salah seorang dari kantor rektor Tokyo University.
Joey hanya tersenyum tipis sedangkan Joshua melotot tidak percaya. Astagaaa! Cucuku!
"Boleh saya berikan alasannya mengapa saya melakukan itu? Membawa cadaver ke ruang seni rupa, adalah balasan dari keusilan pria kurus ceking ini!" Joey menunjuk Keito.
Joshua memegang pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Jangan body shaming kenapa J?
"Pria ini sudah membuat keributan dengan saya sejak SMA hanya gara-gara saya mengalahkan dia di semua bidang termasuk Kendo yang menurut dia, hanya orang Jepang asli yang bisa melakukannya. Look, Opa buyut saya adalah Hiroshi Al Jordan dan dia keturunan Jepang meskipun saya seperti ini karena saya adalah generasi kelima dan papa saya orang Italia, hasilnya ya saya ini."
Joey berdehem. "Jadi setelah kami sama-sama masuk Todai, pria ini, Keito Murakami, semakin iri dengan saya yang bisa masuk fakultas kedokteran." Joey menoleh ke arah Keito. "Kamu tahu kenapa aku bisa masuk fakultas kedokteran? Karena aku belajar!"
"Joey!" suara Joshua membuat Joey terdiam. "Jangan Meleng dari topik. Kamu sudah keluar jauh."
"Maaf Akandra-sensei" senyum Joey ke opanya. "Jadi kemarin pria ini membuat kacau jadwal koas kami di bagian radiologi karena foto Rontgen ditukar olehnya. Maksud hati mau ngeprank saya tapi imbasnya ke semua teman-teman tim koas saya."
Tokyo University memang memiliki rumah sakit yang dibangun dekat dengan kampus. Rumah sakit untuk umum itu biasanya dipakai untuk koas para mahasiswa kedokteran.
"Bagaimana Murakami bisa mengambil foto Rontgen? Padahal disana ketat?" tanya dekan fakultas kedokteran.
"Karena kepala radiologi adalah tantenya Keito." Joey menjatuhkan bomb. "Jadi untuk membalas perbuatannya, saya sengaja meletakkan cadaver untuk saya pajang di tengah-tengah ruang seni rupa untuk dijadikan model lukisan dan patung. Setidaknya tidak merugikan dibandingkan dengan foto Rontgen untuk pasien kan?" seringai Joey.
***
Sidang akademis antara fakultas kedokteran dan fakultas seni dan budaya akhirnya memutuskan bahwa Joey harus berada di instalasi jenazah selama seminggu dan harus membersihkan sana.
Keito sendiri harus diskors selama sebulan tidak boleh masuk kampus akibat sudah diberikan bukti - bukti bahwa memang Keito melakukan kriminal medis. Karena Keito masih ada hubungan kekerabatan dengan rektor, dia masih diberikan satu kali kesempatan di Todai.
Josephine dan Mario Bianchi yang diberitahukan oleh Joshua kalau putra tunggal mereka kena hukuman akademis di instalasi jenazah hanya bisa memegang pelipisnya.
"Astaga anak itu!" omel Josephine. "Lagian bawa-bawa mayat pulak ke ruang seni!"
"Tapi Jo, aku malah dukung Joey seperti itu! Setidaknya mereka tahu kenapa putra kita bandel karena menukar foto Rontgen itu jauh lebih parah dari apa yang dilakukan Joey." Mario menatap istri bar-barnya sambil tersenyum.
"Hadduuhhh aku tidak kebayang harus di instalasi jenazah dan membersihkan pula disana..." Josephine bergidik. "Horor sayang!"
Mario tertawa kecil. "Kamu mirip Oma Vivienne, penakut!"
"Bodo!"
***
Instalasi jenazah Rumah Sakit Tokyo University
Joey bersiul-siul saat datang hari pertama kena hukuman akademis. Semua rekan koasnya malah tidak kasihan dengannya tapi lebih meledek hukumannya sangat horor. Joey memang dikenal supel dan suka bercanda di kalangan para teman-teman seangkatannya. Meskipun Opanya adalah dosen senior di Todai, Joey tidak mengandalkan Joshua. Semua berasal dari otaknya sendiri.
Begitu juga Luca yang sepupunya beda beberapa bulan saja. Luca mengambil kuliah di fakultas science jurusan matematika dimana Joshua mengajar disana. Meskipun Luca cucunya, tapi perlakuan Joshua tetap sama seperti mahasiswa lainnya.
Dan kini Joey sudah sampai di ruang instalasi jenazah untuk menemui dokter Daisuke Naruhito. Oleh dokter Dai, Joey disuruh membersihkan lemari penyimpanan mayat.
Joey sendiri dengan santainya mempersiapkan air disinfektan dan karbol agar lemari penyimpanan jenazah tetap steril dan bersih dari bakteri setelah dipakai untuk jenazah berbagai kondisi.
"Mayat oh mayat...kenapa kamu diam saja... Sebab kalau bangun... berarti kamu zombie..." senandung Joey yang membuat dokter Daisuke menggelengkan kepalanya.
Bianchi sinting!
***
Yuhuuuu launching awal rupanya ... Hahahaha
Habis sudah kebayang plotnya jadi langsung akusisi
Semoga suka dengan cerita mafia rusuh bin reseh ini.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Chintya
haahahha di awal aja udah ngakak parah hahah gimna bisa mooveon dri gen pratomo coba haha
2024-10-02
1
Ita Xiaomi
Nak dikatakan mummy jg bukan😁
2024-09-01
1
🥰Siti Hindun
🤣🤣🤣
2024-01-22
1