Marissa menatap gadis cantik di hadapannya yang sekarang menjadi teman kencan putranya. Boleh dibilang pacar sebulannya lah. Ada aura tersendiri yang membuat Marissa menyukai gadis berwajah jutek dan dingin itu.
"So, Emi. Kabarnya sedang skripsi?" tanya Marissa sambil menyesap teh wasgitelnya. Hampir semua keluarga Pratomo menyukai teh wasgitel meskipun banyak orang luar Solo tidak menyukai teh yang kesannya kental dan sepat.
"Iya Tante. Oh, kalau Emi boleh tahu, itu teh apa ya yang Tante minum?" tanya Emi penasaran karena harum tehnya berbeda dengan banyak teh di pasaran.
"Oh, ini namanya teh wasgitel khas kota Solo Indonesia" senyum Marissa. "Kamu mau mencoba?"
Emi mengangguk semangat. "Saya mau mencobanya, Tante."
Marissa lalu memanggil salah seorang pegawainya untuk membuatkan teh buat Emi. Tak lama teh itu pun datang lengkap dengan poci dan dua cangkir yang satu kosong sedangkan satunya ada gula batu. Marissa mengajarkan Emi tata cara minum teh wasgitel yang benar.
Emi pun menyesap teh itu dan wajahnya tampak terkejut. "Whoah...ini berbeda dengan ocha atau matcha ataupun oolong."
Marissa tersenyum. "Gimana rasanya?"
"Pekat tapi aku suka Tante" senyum Emi yang menyesap tehnya lagi.
"Dan satu lagi korban teh wasgitel" kekeh Luca.
"Kapan kamu sidang skripsi?" tanya Marissa.
"Awal bulan depan Tante."
"Kamu kapan anak nakal? Kemarin habis ya dibantai Opa?" cengir Marissa ke putranya.
"Aku sidang akhir bulan mom dan ya... bilang sama your dad, mom, kalau bantai cucunya jangan sadis-sadis kenapa?" jawab Luca sambil manyun.
"My Dad itu Opa kamu juga Lucaaaaa!" ucap Marissa sambil menjewer kuping Luca gemas.
"Iiissshhh, lama-lama kuping aku putus ini dijewer mom terus!" sungut Luca sambil mengusap-usap kupingnya.
"Habis kamu seenaknya saja manggil opa kamu!"
Luca cemberut sedangkan Emi tertawa melihat keributan ibu dan anak itu.
"Em, memang tadi kamu ngomong apa saja sama Haruto?" tanya Luca.
"Siapa itu Haruto?" tanya Marissa bingung.
"Mantan anak buah klan Yakuza Takara, mom."
"Dia hanya meminta maaf, Luca dan meminta untuk membantu aborsi dua gadis lainnya."
Marissa dan Luca melongo. "What the hell? Aborsi?" desis Marissa tertahan. "What's going on in here?"
Emi menceritakan apa yang dilakukan oleh anak buahnya dan wajah Marissa mengeras mendengar penuturan gadis itu.
"Coba kalau Tante disana, sudah habis itu dia punya bu*rung!" omel Marissa gemas.
"Mom..." Luca merangkul ibunya sambi mengelus bahunya.
"Habis mommy gemes, boy. Orang kok nggak punya otak! Yang dipikirkan hanya selang###kangan saja!"
"Karena itulah saya langsung serahkan kepada yang berwajib, Tante karena saya tidak yakin akan bisa mengontrol emosi saya untuk tidak mencincang dia." Wajah Emi tampak semakin judes.
***
Mansion Al Jordan Tokyo
"Assalamualaikum!" sapa Joey saat masuk ke dalam rumah. Dirinya memang dipulangkan oleh dokter Diasuke lebih awal karena mereka berdua dalam kondisi lelah fisik, psikis dan otak.
Joey rasanya ingin berendam dengan air hangat lengkap dengan sabun lavender.
"Wa'alaikum salam. Sudah pulang... Eeeeuuuwwww! Mandi sana Joey! Bau darah!" protes Miki sambil menutup hidungnya.
"Iya Oma, aku mandi dulu baru nanti turun."
"Bajumu direndam disinfektan sekalian J. Kasih tahu sama bibik biar segera dieksekusi."
"Njih Oma." Joey dengan cueknya membuka jaket, kemejanya dan hendak melepaskan celana jeans nya sebelum Miki berteriak.
"Astaghfirullah! Cucu nggak ada akhlak! Nggak disini juga buka bajunya Joeeyyyy!"
"Bukannya tadi disuruh buka baju ya?" gumam Joey sambil berjalan menuju kamarnya.
Miki menggelengkan kepalanya. "Ampun deh Gusti! Kalau Daddy masih ada pasti sama sintingnya!"
***
Semua keluarga Akandra dan Bianchi berada di ruang tengah sembari menonton tv minus Marco, Marissa dan Luca yang masih belum pulang. Mario sengaja pulang lebih awal bersama Josephine karena ingin di rumah cepat.
Setelah menikmati makan malam, kelimanya menyaksikan berita tv yang menyiarkan wajah Kawaguchi yang kabur dan merupakan pembunuh berantai yang modus operandi nya memutilasi korban wanita yang sedang hamil dua bulan.
"Kok makin mengerikan sih?" celetuk Miki yang hanya bisa mengelus dada tidak percaya ada orang psycho seperti itu.
Joshua hanya memeluk istrinya sambil mencium pelipis Miki. "Kalau kata Oom Abi, otaknya sudah kuwalik."
Josephine tertawa mengingat Ogan Abi yang super julid itu. "Tapi bener sih yang dibilang Ogan Abi. Otaknya memang kebalik."
"Bener kan Jo?" kekeh Joshua.
"Aku tadi autopsi korbannya" sahut Joey.
"HAAAAHH?" Keempat orang disana berseru tidak percaya.
"Serius! Aku yang bisa memberitahukan ke kapten Hideaki Yamamoto ciri khas apa saja yang aku temui disana dan ternyata itu korban Kawaguchi." Joey menatap ke empat orang yang masih bengong.
"Sebentar, Kawaguchi kabur seminggu lalu dan langsung beraksi? Kemana saja kepolisian Jepang? Kok bisa pembunuh berantai itu kabur? Gimana sih pengaman di penjara Jepang?" omel Josephine.
"Itu juga yang dimaki-maki dokter Daisuke ke kapten Brengsek" kekeh Joey.
"Kapten brengsek?" Mario mendelik ke arah daddynya.
"Itu panggilannya Dokter Dai ke kapten Hideaki, Dad. Aku hanya meniru saja" cengir Joey.
"Joey, mommy dan Daddy melarang kamu ikut-ikutan mencari tahu si pembunuh berantai ini!" Josephine menatap galak ke putranya. "Kamu sudah telat satu semester dan masih dalam hukuman jadi jangan macam-macam!"
Ih mommy kok tahu sih aku kepo?
****
Kediaman Takara
Luca mengantarkan Emi sampai di rumahnya dengan mengikutinya dengan motor nya. Setelah masuk ke halaman depan rumah keluarga Takara dan Emi sudah turun dari mobilnya, Luca hanya mengangguk ke gadis itu yang memberikan senyum tipis. Tak lama kemudian, Luca pun memacu motornya dan pulang ke rumah.
Emi pun masuk ke dalam rumah dan tampak Shiki sudah menunggunya. Emi tidak heran jika Otousan nya menunggu dirinya untuk bercerita apa yang sedang terjadi.
"Nona Emi, ditunggu tuan besar di ruang kerjanya" ucap Shiki sambil membungkuk hormat.
"Baik." Emi pun masuk ke ruang kerja Takeshi Takara.
Tampak Takeshi sedang membaca berkas-berkas bisnisnya dan hanya mengangkat matanya sekilas ketika melihat siapa yang masuk.
"Otousan" sapa Emi sambil membungkuk hormat ke arah ayahnya. Di meja makan, Emi bisa santai dengan Takeshi tapi tidak di ruang kerja ayahnya. Almarhum ibunya, Rin, yang mengajari bahwa semua harus dibicarakan di meja makan untuk urusan non formal. Tapi Takeshi menegaskan jika di luar ruang makan, semua harus formal.
"Bagaimana skripsi mu?" tanya Takeshi.
"Sudah selesai Otousan. Awal bulan aku sidangnya."
"Lalu Sono gaki ( anak nakal ) itu?"
"Luca? Akhir bulan sidang tesis."
"Bagaimana pertemuan kamu dengan Haruto?" Takeshi menatap wajah putrinya.
"Boleh kah aku mencincang Haruto dan dilempar ke kolam piranha milik keluarga Bianchi?"
Wajah Takeshi terkejut. "Mereka punya kolam piranha?"
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Ita Xiaomi
Iya pak makanya hati2x ama duo bersaudara yg suka usil tuh 😁
2024-09-02
1
🍭ͪ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ꍏꋪꀤ_💜❄
enaknya maraton ulang gini nih bisa nemu vitamin mata lagi😁😁😁😁
2022-12-09
0
Ratna Sari
padahal 20 eps tapi kok berasa cepet abis ya
2022-07-29
1