Kediaman Takara
Luca berjalan menuju motor hitamnya yang terparkir gagah di halaman rumah keluarga Takara didampingi oleh Emi dan lima pengawal di belakang mereka.
"Kok ada buntut ya Em" komentar Luca sambil melirik ke arah belakang.
"Biar kamu nggak macam-macam!" sahut Emi cuek.
Luca menatap Emi dengan tatapan sok terkejut. "Memang aku mau macam-macam ngapain? Wong aku cuma mau semacam aja dulu."
"Memang apa yang semacam itu?" tanya Emi.
"Kencan denganmu lah!" cengir Luca. "So, kamu tidak mau kita berboncengan dengan ini?" Pria itu menunjukkan Ducatinya. "Keren lho Em."
"No! Aku tidak mau naik motor ini!"
Luca tampak berpikir. "Berarti motor lain boleh ya?"
Emi menatap Luca dingin. "Selama bukan ini, bisa dipertimbangkan."
"Oke sip!" Luca pun memakai helmnya. "Sampai nanti jam tujuh malam."
"Hhhmmm."
***
Kapten Hideaki Yamamoto akhirnya mendapatkan laporan autopsi lengkap dari dokter Daisuke dan Joey bahkan kapten itu membelikan bento untuk dua dokter Senior dan junior yang harus bertugas di hari Minggu.
Bahkan Joey sempat menyindir dokter Daisuke yang hanya mau membelikan onigiri saja bukannya Bento.
"Ini nih harusnya yang bener, bukan onigiri" ucap Joey sambil memakan bento.
"Cerewet kau Bianchi!" umpat dokter Daisuke.
"Dih siapa yang mau datang hari Minggu untuk autopsi kalau bukan aku."
"Karena kamu dalam kondisi dihukum, Bianchi!"
"Tapi tanpa bantuan aku, dokter Dai pasti pusing menghitung jumlah tusukan. Aku saja pusing" balas Joey cuek.
"Apakah kalian selalu seperti ini?" tanya Kapten Hideaki Yamamoto.
"Ah tidak, malah kadang lebih parah" sahut Joey cuek.
"Astagaaa."
***
Mansion Al Jordan
Semua keluarga berkumpul termasuk Marissa dan Marco yang memang memutuskan untuk menginap disana seminggu karena Miki kangen kumpul ramai-ramai. Marissa dan Marco memang tinggal di apartemen yang dekat dengan toko pastry milik Marissa tapi karena sang mommy ingin semua kumpul, duo M itu menyanggupi permintaan Oma cantik putri Shanum Pratomo dan Hiroshi Al Jordan.
"Lho kamu mau kemana?" tanya Miki melihat cucunya sudah ganteng.
"Kencan lah Oma." Luca mencium pipi omanya itu.
"Sama siapa?"
"Emi Takara" suara Joshua membuat Miki menoleh ke arah suaminya.
"Takara? Anaknya Takeshi Takara, bang?" tanya Miki meyakinkan.
"Hu um. Cucu kamu itu lagi jatuh cinta sama anak Yakuza reseh itu." Joshua duduk di sebelah Miki yang masih menatap Luca dengan tatapan tidak percaya.
"Serius kamu, Luca?" Miki memandangi cucu gantengnya.
"Dua rius Omaku yang cantik. Luca kan sama seperti Opa Joshua, kalau sudah suka...Pepet terus!" gelak Luca yang mendapatkan pelototan Joshua.
"Kamu sebentar lagi sidang lho Luc!" ucap Joshua.
"Iya tahu Opa."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam. Baru pulang kamu, Joey?" sapa Miki.
"Opa, Oma, Joey nggak cium tangan dulu ya."
"Bedah mayat berapa J?" tanya Luca.
"Dua dan lebih parah dari kemarin." Joey meletakkan tas ranselnya. "Eh Darth Vader mau kemana? Ketemu Star Trooper? Rapih amat!"
"Kencan J, kencan. Sudah ah, nanti aku terlambat. Pergi dulu Opa, Oma." Luca mencium punggung tangan Joshua dan Miki dan khusus untuk Miki ada tambahan cium pipi. "Assalamualaikum semua."
"Wa'alaikum salam. Luca, kamu naik apa?" tanya Joshua yang melihat cucunya mengambil helm.
"Pinjam Vespanya Opa lah!" jawab Luca sambil lalu. "Pinjam dulu!"
Joshua menoleh ke arah Miki. "Makin lama anak itu makin kacau deh Mi-chan."
"Bukannya si Darth Vader emang sudah kacau, Opa?" kekeh Joey
"Kamu! Mandi!" Miki mendelik ke arah Joey. "Habis itu cerita sama Oma, kasus apa yang kamu temui hari ini."
***
Kediaman Takara
Luca tiba jam tujuh tepat dan tampak Emi sudah siap dengan jaket warna hijau army, choker hitam dan...rok hitam.
Dalam hati Luca bersyukur dirinya memilih mengendarai Vespa milik Opanya dibandingkan Ducatinya atau Triumphnya. Bisa ribet dan ribut urusannya. Luca sendiri malam ini memakai jaket kulit, sweater turtle neck dan celana kotak-kotak kecil.
"Aku pamit Otousan kamu dulu." Luca hendak masuk tapi ditahan Emi.
"Otousan ada pertemuan tapi dia tahu kamu datang jadi tidak harus berpamitan." Emi sendiri menghargai sikap Luca yang masih menghormati Otousan nya meskipun kalau bertemu live sering ribut.
"Bener nggak papa?" Luca menatap Emi lagi. Dirinya memang diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk selalu berpamitan kepada orang tua temannya baik pria maupun wanita.
"Daijōbudeshita ( benar tidak apa-apa ). Ayo berangkat!" Emi berjalan mendahului Luca.
Luca pun mengambilkan helm dari bagasi Vespanya dan memberikan pada Emi.
"Tenang, helmnya bersih kok" ucap Luca sambil menyerahkan helm bewarna biru navy.
"Helm siapa ini?" tanya Emi sambil memakainya.
"Helm Omaku tapi jarang dipakai dan baru dilaundry seminggu lalu" jawab Luca lembut sambil memakai helmnya.
Emi tersenyum tipis ketika mendengar penjelasan Luca. Pria ini tampak sangat mencintai Omanya.
"Aku duduk menyamping ya, kan tidak mungkin aku menyingkapkan rok aku" ucap Emi ketika Luca sudah siap diatas Vespanya.
"Boleh tapi kamu peluk pinggangku agar tidak jatuh." Emi pun menurut dan memeluk pinggang Luca.
Ya ampun, padahal pakai sweater tapi perutnya keras banget! Emi baka! Kan kamu sudah lihat badan pria ini pada saat tanding Kendo dengan Otousan. Perut dia kan terpahat sempurna!
Wajah Emi pun memerah membayangkan bentuk tubuh Luca.
"Kita ke Shibuya saja ya Em. Nanti tinggal jalan-jalan disana, makan apa gitu" ajak Luca sedikit berteriak.
"Bo...Boleh!" balas Emi sedikit tergagap takut ketahuan otaknya traveling kemana-mana membayangkan bentuk tubuh pria ini.
***
Shibuya, Tokyo
Luca berhasil mendapatkan parkir motor di area parkir khusus yang dekat dengan area patung Hachiko lalu dengan menggandeng Emi, keduanya keluar dari area parkir.
"Mau jalan-jalan atau mau nongkrong?" tanya Luca.
"Ke cafe situ. Kopinya enak bahkan lebih enak dari Starbucks menurut ku." Emi menunjuk sebuah coffee shop kecil dan keduanya pun masuk.
Pemilik cafe tersenyum saat melihat Emi namun senyumnya memudar saat tahu gadis itu tidak sendiri.
"Hai, Toma" sapa Emi ke pria itu.
"Hai Emi. Siapa itu?" Toma mengedikkan dagunya ke arah Luca.
"Teman kencanku" sahut Emi cuek. "Kamu mau pesan apa?" Emi menoleh ke arah Luca yang masih melihat - lihat coffee shop kecil itu.
"Aku ikut saja lah. Kamu mau pesan apa?" Luca menatap daftar menu.
"Aku biasa coffee latte" jawab Emi. "Dan brownies."
"Sama kan saja pesanannya" senyum Luca. "Aku yang bayar."
"Kamu tuh bule kok fasih bahasa Jepang" ucap Toma yang Luca bisa mendengar suara pria cemburu.
"Aku anak Tokyo. Aku lahir dan besar disini jadi kalau aku fasih bahasa Jepang, wajar lah, meskipun pasport Italia sih." Luca tersenyum smirk.
Emi hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Luca. "Dua caffee latte dan dua brownies seperti biasa ya Toma."
"Aku yang bayar." Luca lalu membuka dompetnya dan Toma melirik banyaknya uang yang dimiliki pria bule yang fasih berbahasa Jepang itu.
"Kamu kaya juga ya!" sindir Toma.
"Rejeki anak Soleh" balas Luca cuek.
"Hah?" Toma menatap Luca bingung.
"Never mind. Berapa habisnya?" tanya Luca.
"¥10,500."
Luca pun membayarnya. "Nanti aku ambil atau diantar?"
"Diantar."
"Oke. Yuk Em" ajak Luca sambil menghela punggung gadis itu menuju tempat duduk di pojok.
Wajah Toma tampak kesal luar biasa.
***
Yuhuu Up Sore Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
wonder mom
jeles3x
2022-07-25
1
za_syfa
ada saingan ya Luca makin semangat dong ya ngejar Emi nya
2022-07-25
2
🍭ͪ ͩ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ꍏꋪꀤ_💜❄
saingannya Luca itu si tom tom
2022-07-25
2