Lalu kami mulai memasuki gua. Keadaan di dalam gua tersebut cukup gelap dan lembab.
Lalu aku bertanya kepada mereka "Siapa yang memiliki kapasitas mana tertinggi disini ?!" mereka saling menatap.
"Aku ingin membantu tapi aku sepertinya tidak boleh melakukan itu" jawab senior Alba.
"Aku sudah memasuki fase akhir dari tahap awal penyihir !" jawab Ririna.
"Kalau begitu jika di dalam gua menjadi semakin gelap buat pencahayaan dari sihir api dan fokus untuk mempertahankannya, yang lain jaga Ririna karena cahaya pasti akan menarik perhatina monster di dalam gua !!!"
"Baiklah kami mengerti Rui !" jawab mereka.
"Mulai sekarang panggil aku kapten atau ketua karna dari awal itu memang seharusnya. Ingat itu terutama kau Ririna !" Ucapku tegas.
Ririna hanya terdiam mendengar ucapanku namun akhirnya dia mengikutinya. Setelah beberapa lama di dalam gua, kami akhirnya menemukan Giant spider di dalam gua.
Mereka semua sedikit terkejut, lalu aku segera memberikan intruksi "Baiklah semuanya buat formasi, aku dan Marco akan menyerang dari depan, kalian bertiga tunggu waktu yang tepat dan selesaikan ini !!"
"Siap kapten !" jawab mereka serentak.
Aku menerjang untuk mengalihkan perhatiannya padaku, aku berhasil menebas bagian belakangnya dan menghindari serangan kaki dan taring beracunnya.
"Haaaaaaaa" Marco dengan sekuat tenaganya menebas kaki monster itu ketika perhatiannya tertuju padamu dan akhirnya berhasil memotong salah satu kakinya.
Kesempatan itu tidak mereka sia-siakan dan langsung menyerang dengan sihir mereka "Fire spear, Tornado blast, Flame burst"
"Boom"
"Swiiing"
"Bruuk" serangan sihir mulai mengenai tubuh monster itu.
Kami bertarung cukup lama hingga tenaga kami cukup terkuras, itu pun karena aku tidak ingin menggunakan manaku lagi karena aku ingin mereka meraih kemenangan dengan kemampuan mereka sendri.
Namun kulit monster itu cukup tahan dengan serangan sihir. Hal itu membuat mereka sedikit kesulitan, apalagi fokus mereka yang semakin lama berkurang membuat beberapa serangan meraka mulai melesat.
Aku dan marco terus memancing monster itu agar dia tidak menyerang ke arah rekanku yang menggunakan sihir.
Ketika mereka semua hampir kehabisan mana aku mengubah strategi "Kalian terus pancing dia dengan mana kalian yang tersisa, aku yang akan menuntaskannya !!" ucapku yang langsung maju. Mereka mengangguk dan Marco juga ikut membantu dengan sihirnya.
Ketika perhatiann mereka fokus pada laba-laba itu, aku menyelimuti pedangku dengan mana dan dengan mudah menusukkan pedangku ke kepalanya.
Akhirnya giant spider itu tumbang, kamipun segera menusuk bagian yang menampung racunnya. Akhirnya kami berhasil mengumpulkan salah satu item tersebut.
" Kau berhasil kapten, luar biasa " ucap marco dan refi.
Lalu tiba - tiba aku terkejut karena elia tiba - tiba mendekat.
" Yah, aku salah menilaimu, kerja bagus karena berhasil mengalahkan monster itu " Ucap elia sambil menahan rasa malunya.
Aku cukup kaget mendengar dia memujiku, aku jadi memahami kalau sebenarnya dia anak yang jujur.
" Terima kasih " balasku yang membuat mukanya memerah dan segera menjauh.
Ketika Ririna akan berbicara padaku aku langung mengalihkan pembicaraan.
" Baiklah karna sudah sore, kita lanjutkan besok dan sekarang kembali ke kamp " perintahku.
" Siap kapten " ucap mereka serentak.
Kami semua kembali dan mulai beristihat. Aku keluar tenda untuk mencari angin. Aku bertemu Marco sedang duduk di depan api unggun.
"ka..kapten ada apa?! " Marco terkejut.
"Tidak ada, aku hanya ingin duduk disini dan abaikan saja aku" jawabku singkat
"Kenapa ketua tidak menggunakan sihir kapten dalam pertarungan hari ini ?" tanya Marco ragu-ragu.
" Aku punya alasanku sendiri dan bukankah aku sudah memberitahumu aku tidak mau orang-orang mengetahui kemampuanku "
" Aaaah maafkan aku " Ucapnya terkejut.
"Iyah tidak apa - apa, aku bukan tipe orang yang akan menghajar orang hanya karna itu, santai saja aku tidak marah "
"Ahh... terima kasih kapten, kalau begitu, aku istirahat dulu" ucapnya sambil pergi lagi ke dalam tenda.
Ketika sedang duduk tiba-tiba Ririna datang ke dekatku. Aku berinsiatif untuk langsung pergi tapi dia menghentikanku.
"Tunggu Rui !!" ucapnya dengan ekspresi bingung.
"Ada apa ?! apa ada yang kau butuhkan dariku ?!" jawabku datar.
"Apa cuman perasaanku atau dari kemarin kau selalu menjaga jarak dariku ?! aku selalu mencari kesempatan untuk bicara berdua seperti ini tapi aku tidak bisa" Ririna mulai terlihat sedih.
"Baiklah sekarang katakan apa maumu ?!" tanyaku singkat.
Lalu dengan nada suara yang ragu-ragu dia bertanya "Rui, apakah kau masih marah dengan kejadian kemarin malam ?!"
Aku sedikit terkejut namun berusaha agar tetap tenang "Kenapa aku harus marah, lagi pula aku dan kau cuma teman, memang apa salahnya jika kau punya hubungan spesial dengan orang lain ?!" jawabku sambil menahan emosiku.
"Tidak !! Aku sama sekali tidak punya hubungan apapun dengan senior Alba ! Apa yang kau lihat buk_"
"Cukup Ririna" aku memotong ucapannya "Kenapa aku harus peduli dengan hubungamu dengan orang lain ?! Lagi pula aku juga sudah memutuskan untuk tidak terlibat lagi denganmu, jadi tolong mulai sekarang jangan ganggu aku lagi !!" ucapku yang langsung berdiri untuk beranjak pergi dari sana.
Namun tiba-tiba Ririna merengek dan menangis sangat keras "Rui... ap..apa yang kau katakan ?! Tidak Rui, aku tidak mau itu terjadi, kumohon Rui ini tidak seperti dirimu !"
Aku yang sangat terkejut dan tidak mau menimbulkan keributan dan membuat anggota lain salah paham, tanpa pikir panjang memegang tangan Ririna dan membawanya pergi ke lokasi lain dengan teleport.
Sesampainya di sana "Kenapa kau berteriak seperti itu" tanyaku kaget
"Aku peduliku ?!" Ririna berbalik marah "Kau yang kenapa, kenapa kau berbicara seperti itu ?! aku tidak mau menjauh darimu, apa salahku, yang kau lihat kemarin itu tidak seperti yang kau bayangkan !!!" ucap Ririna masih menangis.
Aku semakin panik karena tangisannya semakin keras dan kami sedang di dalam hutan. Ketika melihat wajahnya yang sedang menangis di sinari oleh cahaya bulan, hal itu membuatku sadar bahwa dia benar-benar merasa tersiksa oleh ucapanku. Melihat dia yang menangis sambil mengusap air matanya benar-benar membuatku sadar betapa bodohnya diriku.
Lalu aku memegang kepalanya dengan lembut "Ku mohon Ririna, berhentilah menangis. Aku tidak memilki niatan untuk membuatmu sedih dan sebagainya, aku juga berfikir kau lebih baik bersama dengan orang-orang seperti senior Alba, bukan orang buangan sepertiku !!!" aku berusaha membuatnya memahami tujuanku.
"Tidaaak... ap..apa aku pernah mengatakan kalau aku menginginkan hal itu padamu ?! Me..memang siapa yang menentukan pantas dan tidaknya kau bersamaku ?! aku tidak mau dengannya, aku cuma butuh kau Rui, apakah kau tidak mengerti hal sesederhana itu ?!!!" tangisannya menjadi lirih disertai kesedihan dalam nada suaranya.
"Ririna tenanglah, kalau kau seperti ini, aku tidak tau harus bagaimna" ucap ku sambil mengusap air mata di wajahnya.
"Ak..aku akan berhenti menangis kalau kau menarik kembali kata - katamu untuk menjauh dariku " ucapnya.
"Baiklah.. baiklah, jadi berhentilah menangis sekarang yah !" jawabku spontan.
"Hhiks..hiks..." Ririna berusaha berhenti menangis "Ya..yang kau lihat kemarin malam itu tidak seperti yang kau bayangkan, a..aku bersama senior Alba karna dia meminta tolong sesuatu dan aku tidak menyangka dia akan melakukan hal itu padaku !" Ucapnya sambil sesunggukan akibat menangis.
"Tapi dia berkata menyukaimu dan aku juga merasa kau cocok dengannya"
"Kau serius berfikir seperti itu ?! Aku benar-benar tidak memilki perasaan apapun padanya !!" Ririna menaikkan nada suaranya.
"Kau pasti bahagia dengan orang seperti senior Alba" ucapku sedikit ragu.
"Kenapa kau berfikir begitu ?! Kebahagiaanku adalah hal yang aku ketahui lebih dari siapapun !! Aku hanya membutuhkanmu, jadi Rui, berhentilah memikiran hal bodoh seperti akan menjauh dariku, aku mohon padamu !!" Ucap Ririna yang meraih tanganku.
Aku merasakan kesungguhan di balik kata-katanya "Baiklah... jika kau tidak masalah dengan orang sepertiku, aku berjanji !!" balasku sambil tersenyum padanya.
Riria langsung memelukku dengan sangat erat dari sana, aku menyadari bahwa Ririna memilki perasaan lebih dari sekedar teman padaku. Tapi aku belum bisa membuat hubungan seperti itu hingga aku memenuhi tujuanku.
Aku yang sudah merasa Ririna memeluk ku terlalu lama, mulai agak risih "Ba..baiklah Ririna, bukannya kita harus kembali sekarang dan bukannya kau memelukku terlalu lama ?!" Tanyaku dengan senyum yang di pakasakan
"Tidaaak... biarkan aku terus seperti ini, apa kau tidak tau betapa syoknya aku mendengar kau mau menjauh dariku, jadi diamlah dan terima saja nasibmu !!" Ucapnya dengan wajah cemberut.
"Hahahhha maaf, kalau begitu baiklah" aku hanya bisa pasrah dengan keinginannya.
Setelah beberapa saat Ririna tertidur dan karna lelah dengan semua yang terjadi hari ini akupun tanpa sadar ikut tertidur bersamanya.
...Bersambung...!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Anggara AL-Fatih
tetep aja bucin, ga konsisten
2023-06-19
0
tintakering
awas ada binatang buas😁
2022-08-27
1