Episode 14 Pertemuan kembali

Aku yang sudah di ambang batas langsung berjalan perlahan untuk kembali ke asrama Ririna terus mengikutiku dari belakang. Penasaran dengan kemampuanku dan terus menanyakan bagaimana aku bisa melakukan hal-hal yang mustahil bagi penyihir. Tapi aku menyuruhnya diam dan melupakan apa yang telah ia lihat.

Aku kemudian memperingatinya agar tidak dekat-dekat lagi denganku dan berhenti ikut campur dengan urusanku. Aku memang sudah muak berurusan dengan wanita mengingat wanita-wanita yang aku anggap baik tapi pada akhirnya menghianatiku.

"Sebaiknya kau lupakan apa yang terjadi hari ini dan jangan pernah terlibat lagi denganku" aku kesal dengan dirinya yang terus mengikutiku.

"Tidak mau !" jawabnya spontan.

"Aku memperingatimu Ririna, aku tidak sedang bercanda" tegasku lagi.

"Apa aku juga terdengar seperti bercanda?" raut wajah Ririna malah lebih kesal dariku.

"Pokoknya tidak, walaupun kau mencoba menghindariku aku akan tetap mengikutimu kemanapun sampai kau mengakui keberadaanku sebagai temanmu "

Ririna terus tida memperdulikan bagaimana sikapku kepadanya.

"Kenapa kau sangat keras kepala, aku tidak suka ada rumor-rumor bodoh nantinya dan aku juga tidak mau menambah musuh dari laki-laki yang cemburu melihatku bersamamu " aku semakin lelah menghadapai Ririna yang keras kepala.

"Iya itu resikomu karna sudah membuat gadis manis sepertiku tertarik padamu" dia membanggakan dirinya dengan ekspresi sok manis di depanku.

"Kalau begitu sampai jumpa" aku sudah benar-benar kesal dengan wanita ini.

"Aaaaaaaah maaf..maaf, aku bercanda hanya bercanda" Ririna panik dan berusaha menghentikan langkahku.

"Tapi kalau masalah tidak terlibat lagi denganmu aku benar-benar tidak akan menyetujuinya" wajah Ririna benar-benar serius ketika mengatakan itu.

"Tapi aku benar-benar tidak tertarik dengan menjadi teman ataupun lebih dari itu denganmu" aku berusaha membuatnya mengerti.

"Iya baiklah" wajahnya terlihat murung.

Aku mulai tenang dengan ucapannya yang akhirnya mengerti. Namun dirinya kembali terlihat kesal dan malah lebih kesal dari sebelumnya.

"Apa kau berfikir aku akan mengatakan itu? jangan harap bodoh. Aku Ririna Consta tidak akan menarik kata-kata yang sudah keluar dari mulutku, lagi pula wanita semanis diriku pasti akan membuka hati pria keras kepala sepertimu" Ririna menepuk dadanya dan menyombongkan dirinya.

"Kau yang keras kepala" ucapku kesal.

"Kaulah yang keras kepala dan tidak sadar diri" Ririna tidak mau kalah.

Lalu dari kejauhan seorang wanita yang baru pulang dari ekspedisi memperhatikan keributan yang kami buat. Setelah memperhatikan cukup lama, dia akhirnya mengetahui siapa anak yang sedang bertengkar tersebut. Wanita itu berlari sekuat tenaga dan langsung memeluk tubuhku.

Ririna yang melihat itu langsung kaget dan bingung dengan apa yang terjadi.

"Ka..kau... kau menolak punya hubungan denganku tapi ternyata punya hubungan spesial dengan wanita lain, dasar laki-laki tidak puny..." Ririna tiba-tiba terdiam melihat wanita yang memeluk Rui menangis dengan wajah yang teramat sedih.

"Lama tidak bertemu Rui"

Suara lirih yang keluar dari wanita itu membuatku langsung teringat dengan sosok gadis yang selalu menjagaku ketika aku masih kecil dan tanpa sadar aku mulai meneteskan air mataku juga.

"Iya lama tidak bertemu kakak" aku menangis karena rasa bahagia bertemu saudaraku kembali setelah berpisah bertahun-tahun.

Ririna yang mendengar ucapanku sangat terkejut, karna dia tidak menyangka wanita itu adalah kakak perempuanku.

Ririnapun tidak tau mau berkata apa dan dia hanya diam memperhatikan kami.

"Bagaimna kabarmu dan ibu, maaf aku tidak bisa segera menemuimu di akademi ini, karna aku baru pulang dari tugas ekspedisiku" Karin melepaskan pelukannya dan mulai menenangkan diri.

"Iya aku baik dan ibu juga baik-baik saja, kakak tidak perlu hawatir, malah aku selalu menghawatirkan keadaan kakak yang bersama laki-laki itu" Aku memegang tangan Karin yang sudah lama tidak aku lihat.

" Iya aku baik - baik saja Rui, maaf ya aku tidak bisa menjengukmu dan ibu karna ayah melarang keras aku menemui kalian "

" Iya aku mengerti bagaimana posisi kakak, lagipula ibu pasti akan senang mendengar kakak baik - baik saja, kalau kakak mau di akhir pekan kakak bisa ikut ke rumah kakek untuk menemui ibu"

" Iya baiklah kedengarannya ide yang bagus" jawab karin.

" Lalu siapa wanita ini" Karin sedikit penasaran dengan gadis di dekat Rui.

Mendengar hal itu aku mengingat kembali g

Ririna yang sempat aku abaikan ketika Karin memelukku.

Melihat aku yang menangis, Ririna dengan raut wajah yang menyebalkan cengengesan dan menertawakanku.

" Hehehe..., seorang dengan hati sedingin es tetaplah seorang adik di depan kakaknya. Uuhhhh... apakah kau ingin lebih di manjakan lagi, anak cengeng" Ririna menertawaiku hingga wajahku memerah karena malu.

"Aku tidak tau kak, aku tidak mengenalnya. Sebaiknya kita cari tempat lain saja. Ayoo.." aku ingin segera meninggalkan tempat itu dan pergi dari Ririna.

"Ihhhh, jahat" Ririna kesal.

Karena penasaran Karin menolak untuk pergi dan menolak meninggalkan Ririna.

"Eheem, salam kenal kakaknya Rui, namaku Ririna Consta, putri dari Viscount Emanuel Consta" Ririna memperkenalkan dirinya dengan sedikit angkuh kepada Karin.

"Wah dia manis sekali, apakah dia kekasihmu Rui " Karin penasaran dengan kedekatan kami

"Iya anggaplah begitu" Ririna spontan menjawab.

"Hentikan lelucon itu"

"Plak" aku menjitak kepala Ririna.

Karin hanya terseyum melihat tingkah Ririna yang polos.

"Sepertinya kakak lelah dari ekspedisi, kakak sebaiknya istirahat dulu, aku juga mau pergi mandi karna bauku benar-benar buruk karena keringatku" aku memperlihatkan tubuhku yang perlu mandi.

"Ya sudah kalau begitu, Ririna tolong berteman baiklah dengan adikku" ucap Karin.

"Ya tentu saja serahkan padaku kak Karin" katanya dengan penuh senyuman.

Setelah itu kami bertiga berpisah ke asrama masing - masing.

Ketika akhir pekan kami berdua sepakat untuk menemui ibu kami. Sebenarnya Ririna merengek ingin ikut tapi karna dia disuruh pulang oleh orang tuanya jadi dia mengurungkan niatnya.

Pada pagi hari di hari minggu, kami akhirnya berangkat untuk pulang.

Di tengah perjalanan, aku merasa Karin agak tegang. Hal itu membuatku sedikit khawatir, jadi aku menanyakan bagaimana keadaanya.

"Kakak, apa kau baik - baik saja" tanyaku sambil memegang tangannya yang dari tadi gemetar.

"Ah maaf Rui, aku hanya merasa sedikit tegang bagaimana menghadapi ibu nanti setelah sekian lama kami tidak bertemu" jawabnya

"Maksud kakak" aku bingung.

"Bagaimana jika ibu tidak merindukanku, bagaimna jika aku hanya merepotkan ibu dengan kedatanganku, bagaimna jika aku hanya menjadi masalah buat ibu nanti" Karin tertunduk dengan wajah yang kacau dan sedikit was-was.

"Kakak, kenapa kakak berkata begitu ?, kakak harusnya tau bagaimna ibu sangat menyayangi kita berdua"

"Apakah kakak tau kalau ibu terus-terusan menangis saat aku akan ke akademi, jadi aku yakin ibu pasti akan sangat bahagia melihat kakak nanti, percayalah padaku"

Jawabku meyakinkan Karin.

"Ahh, maaf Rui, sudah mengatakan hal yang tidak-tidak, aku hanya gugup sehingga aku memikirkan omong kosong barusan, terima kasih Rui" Karin terseyum kembali.

Sesampainya disana, kami melihat sebuah kereta kuda yang cukup mewah di depan mansion kakek.

"Sepertinya ada bangsawan yang sedang berkunjung" pikirku.

Aku menanyakan siapa yang datang kepada penjaga keamanan dan dia berkata kalau Viscount Armin Ronald sedang mengunjungi ibuku.

"Mengunjungi ibu ?, bukan kakek ?" aku mulai curiga.

Kami langsung memasuki mansion dan berjalan ke ruang tamu. Langkah kami terhenti ketika melihat Viscount Armin duduk menempel dengan ibuku.

Pikiranku langsung kacau dan geram melihat pemandangan itu.

"Apa maksudnya ini ?" tanyaku dengan menahan emosiku.

Ibuku yang kaget langsung berdiri dan melihat ke arah kami.

"Ah... Rui kau sudah pulang nak" jawab ibuku terkejut dengan kedatangan kami.

Ketika melihat Karin ibuku langsung berlari ke arah kami karna sangat senang bertemu dengannya.

"Ahhh Karin, ibu sungguh merindukanmu " Ibuku berlari ingin memeluk Karin.

"Hentikan itu !" ucapku sambil menghalangi ibuku yang ingin memeluk Karin.

"Jelaskan dulu apa yang yang sedang terjadi di sini " jawabku dengan ekspresi serius.

"Ahh... beliau adalah Viscount Armin yang datang berkunjung" jawab ibuku tenang.

"Aku tidak menanyakan itu, apa yang ibu lakukan dengan dia tadi" jawabku mulai marah.

"Rui, itu tidak sopan, ibu hanya sedang berbincang dengannya" ibuku kesal melihat aku yang tidak sopan pada Viscount.

"Oh begitu, ibu yang tidak pernah memarahiku, sekarang membentakku karena orang itu. Sepertinya dia memang sosok yang lebih berharga dari pada kami"

"Maaf atas kelancangku dan maaf sudah mengganggu kalian berdua, ku pikir ibu akan kesepian karna aku yang tinggal di akademi "

"Tapi ternyata aku salah, sepertinya kau tidak membutuhkan kami dan sudah punya orang lain untuk menghibur rasa kesepianmu, maaf sudah mengganggu waktu kalian, kalau begitu kami permisi" aku pergi sambil menarik tangan Karin.

Rui, aku minta maaf, ibu tidak bermaksud membentakmu, ibu mohon jangan pergi" Julia menarik lenganku untuk mencegahku beranjak pergi.

"Maaf, tapi sebaiknya kau melepaskan lenganku sekarang, aku harus pergi sekarang jadi lanjutkan saja urusan pentingmu disini. kalau begitu kami permisi" Aku benar-benar kecewa pada ibuku saat ini.

"Tidak Rui, Karin, kembali , ibu mohon jangan pergi, kumohon dengarkan penjelasan ibu"

Tangisan ibuku semakin menjadi.

Tapi aku tidak menghiraukannya dan langsung keluar dari sana.

Ketika akan keluar dari gerbang mansion, kami berpapasan dengan kakek dan nenek yang baru pulang dari memantau keadaan desa sekitar.

"Ah Rui, Karin, nenek sangat bahagia melihat kalian berdua pulang" Nenek memeluk kami berdua.

Kami tidak membalas pelukannya dan masih dalam kondisi marah, kakek yang curiga langsung menanyakan apa yang terjadi.

"Ada apa Rui, apakah ada masalah ?" kakek penasaran dengan raut wajahku.

Ketika ingin berbicara ibu membuka pintu mengejar kami sambil masih dalam kondisi menangis.

"Tidak Rui, kumohon jangan pergi"

"Maaf kakek kami harus pergi, kami sebenarnya ingin bertemu ibu tapi sepertinya ibu sedang sibuk dengan urusannya, jadi kami permisi dulu"

Sebelum ibu sampai untuk menghentikanku aku menggunakan skill teleport dan langsung berpindah ke dekat akademi.

Sebenarnya aku belum ingin memberitahu Karin tentang kemampuanku tapi karna pikiranku sedang kacau, aku langsung melakakukannya tanpa berfikir.

Sesampainya di akademi, aku langsung duduk diam dan meratapi kembali apa yang telah aku lakukan.

"Maaf kakak, karna keegoisanku, kakak jadi tidak bisa melepas kerinduan dengan ibu" tanpa sadar air mataku menetes.

"Tidak apa-apa Rui. Jangankan dirimu, akupun merasa kecewa dan takut. Dirimu yang trauma karena di buang oleh ayah, pasti merasa ketakutan jika ibu pergi meninggalkanmu bukan ?" Ririna mengelus kepalaku.

Aku benar-benar merasa sangat terbantu hanya dengan kata-kata dari wanita ini. Aku benar-benar beruntung memilki kakak seperti dirinya.

"Maaf... aku sungguh minta maaf, aku memang masih bocah dan egois, hanya memikirkan diriku sendiri dan tidak memikirkan bagaimna perasaan ibu, aku hanya tidak ketakutan jika dirinya pergi meninggalkanku seperti yang di lakukan ayah" aku meminta maaf dan menunduk di depan Karin.

"Tidak apa Rui, aku mengerti, tapi bagaimana kita bisa langsung kesini dalam hitungan menit bukankah ini area akdemi" Karin kebingungan.

"Aaah, maaf ini salah satu kemampuan manaku, aku bisa berpindah dalam sekejap ke tempat aku menandai lokasi dengan manaku"

"Ah , bagaimna caranya, apakah ini benar-benar sihir" Karin terlihat sangat penasaran.

"Mmm, agak rumit menjelaskannya tapi kerja manaku memang sangat berbeda dengan mana penyihir pada umumnya dan aku juga tidak bisa menggunakan sihir seperti penyihir lain" jawabku.

"Ahh, aku masih tidak percaya kau mempunyai kemampuan seperti itu. Aku bangga padamu rui, jadi apakah kau mempunyai kemampuan lainnya ?" Karin semakin penasaran.

"Iya... tapi maaf aku sedang tidak bisa menceritakan semuanya kepada kakak" aku benar-benar dalam keadaan yang tidak mood untuk bercerita.

"Aku mengerti Rui, kau pasti syok dengan kejadian tadi, aku juga sangat kaget melihat ibu bermesraan dengan laki-laki yang tidak aku kenal" Karin terlihat murung.

"Ahh... kalau begitu aku permisi kak, aku akan pergi berlatih saja" aku izin pamit dari tempat itu.

"Baiklah Rui, sepertinya aku dan kau juga membutuhkan waktu untuk sendiri, kalau kau butuh apa-apa langsung saja temui aku" ucap Karin padaku.

Setelah itu kami berpisah, aku ke lapangan latihan untuk menenangkan pikiranku dan kakak kembali ke asramanya.

Aku ingin menghiburnya tapi aku benar-benar dalam pikiran yang kacau. Jadi aku melampiaskan amarahku dengan berlatih menyerang boneka kayu dengan pedangku.

...Bersambung...!!!...

Terpopuler

Comments

Lanz D Kenzy

Lanz D Kenzy

bagus, kekuatannya sangat berguna.

2022-10-30

1

Inru

Inru

Ririna, kamu pantang menyerah yah

2022-10-12

1

Blue

Blue

Skil nya hebat tpi sifat jelek

2022-10-09

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 0
2 Episode 1 Reingkarnasi
3 Episode 2 Guru sihir
4 Episode 3 Awal tragedi
5 Episode 4 Kehancuran rumah tangga
6 Episode 5 Terpuruk
7 Episode 6 Menemukan tujuan baru
8 Episode 7 Mana yang berbeda
9 Episode 8 Mencoba
10 Episode 9 Keberangkatan ke akademi
11 Episode 10 Ujian masuk
12 Episode 11 Hari pertama kelas akademi
13 Episode 12 Perkenalan
14 Episode 13 Karma
15 Episode 14 Pertemuan kembali
16 Episode 15 Rasa hawatir
17 Episode 16 kecewa
18 Episode 17 Peringatan keras
19 Episode 18 Ketulusan
20 Episode 19 Dendam
21 Episode 20 Kembali pulang
22 Episode 21 Rasa bersalah
23 Episode 22 Bandit
24 episode 23 Tak tahu diri
25 Episode 24 Teror
26 Episode 25 Kembali ke akademi
27 Episode 26 Risiya
28 Episode 27 Serangan monster
29 Episode 28 Frost dragon lord
30 Episode 29 Pertemuan dengan para pahlawan
31 Episode 30 Curiga
32 episode 31 Pasukan penumpas
33 Episode 32 Dragon Lord yang sesungguhnya
34 Episode 33 Penguasa sebenarnya
35 Episode 34 Risiya dan Rui
36 Episode 35 Kroco banyak tingkah
37 Episode 36 Kaisar tunduk di depan pahlawan
38 Episode 37 Kebenaran identitas pahlawan
39 Episode 38 Putri yang hilang
40 Episode 39 Misi penyelamatan putri
41 Episode 40 Para sekutu iblis
42 Episode 41 Pertempuran Rui dengan iblis tingkat tinggi
43 Episode 42 Duke penghianat
44 Episode 43 Uji coba senjata pahlawan
45 Episode 44 Misteri darah iblis
46 Episode 45 Putri dan masa lalu Rui
47 Pesan author
48 Episode 46 Kejadian Sebenarnya
49 Episode 47 Kekasih yang terpisah
50 Epidose 48 Tragedi kekaisaran
51 Episode 49 Pemimpin menara sihir
52 Epidode 50 Pahlawan arogan
53 Episode 51 Pedang suci Rignit yang sebenarnya
54 Episode 52 Menuju akademi sihir
55 Episode 53 Kematian Eizan
56 Episode 54 Mantan Jendral Dracule
57 Episode 55 Cerberus
58 Episode 56 Pertarungan dua Saudari
59 Episode 57 Tombak Kerakusan
60 Episode 58 Siapa yang dulu kalian hina
61 Episode 59 Warga arogan yang memandang rendah Rui dahulu
62 Episode 60 Kasih sayang seorang ibu
63 Episode 61 Peresmian pahlawan
64 Episode 62 Fitnah
65 Episode 63 Aziel dan Rui
66 Episode 64 Arti keluarga
67 Episode 65 Manusia dan penjahat
68 Episode 66 Cinta pertama
69 Episode 67 Para Raja naga
70 Episode 68 Evolusi naga badai
71 Episode 69 Misi khusus
72 Episode 70 Shiromi dan Kuromi
73 Episode 71 Dark elf
74 Episode 72 4 pilar kerajaan elf
75 Episode 73 Rui vs Horn
76 Episode 74 Pertemuan mengharukan para keluarga elf
77 Episode 75 Pahlawan terpilih
78 Episode 76 Serangan Orc
79 Episode 77 High Orc
80 Episode 78 Ancaman mendekat
81 Episode 79 Pasukan tempur tiba di medan perang
82 Episode 80 Bentrokan pasukan
83 Episode 81 Jirniv dan General Orc
84 Episode 82 Ras peri
85 Episode 83 Warior vs Pilar
86 Episode 84 Lepas kendali
87 Episode 85 Naga badai Terada
88 Episode 86 Titan pemusnah naga
89 Episode 87 Amarah raja naga api
90 Episode 88 Raja musim dingin
91 Episode 89 Pedang pembantai ras peri
92 Episode 90 Para leluhur
93 Episode 91 Rahasia besar ras iblis
94 Episode 92 Penyesalan
95 Episode 93 Masa terpuruk
96 Episode 94 "Kabar buruk"
97 Episode 95 "Buku Rahasia Dunia"
98 Episode 96 "Cecilia"
99 Bab review
100 Bab Review
101 bab review beast vs elf
102 bab review
103 Pengumuman author
104 Bab review
105 bab review
106 Bab review
107 Bab review
108 Season 1 selesai
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Episode 0
2
Episode 1 Reingkarnasi
3
Episode 2 Guru sihir
4
Episode 3 Awal tragedi
5
Episode 4 Kehancuran rumah tangga
6
Episode 5 Terpuruk
7
Episode 6 Menemukan tujuan baru
8
Episode 7 Mana yang berbeda
9
Episode 8 Mencoba
10
Episode 9 Keberangkatan ke akademi
11
Episode 10 Ujian masuk
12
Episode 11 Hari pertama kelas akademi
13
Episode 12 Perkenalan
14
Episode 13 Karma
15
Episode 14 Pertemuan kembali
16
Episode 15 Rasa hawatir
17
Episode 16 kecewa
18
Episode 17 Peringatan keras
19
Episode 18 Ketulusan
20
Episode 19 Dendam
21
Episode 20 Kembali pulang
22
Episode 21 Rasa bersalah
23
Episode 22 Bandit
24
episode 23 Tak tahu diri
25
Episode 24 Teror
26
Episode 25 Kembali ke akademi
27
Episode 26 Risiya
28
Episode 27 Serangan monster
29
Episode 28 Frost dragon lord
30
Episode 29 Pertemuan dengan para pahlawan
31
Episode 30 Curiga
32
episode 31 Pasukan penumpas
33
Episode 32 Dragon Lord yang sesungguhnya
34
Episode 33 Penguasa sebenarnya
35
Episode 34 Risiya dan Rui
36
Episode 35 Kroco banyak tingkah
37
Episode 36 Kaisar tunduk di depan pahlawan
38
Episode 37 Kebenaran identitas pahlawan
39
Episode 38 Putri yang hilang
40
Episode 39 Misi penyelamatan putri
41
Episode 40 Para sekutu iblis
42
Episode 41 Pertempuran Rui dengan iblis tingkat tinggi
43
Episode 42 Duke penghianat
44
Episode 43 Uji coba senjata pahlawan
45
Episode 44 Misteri darah iblis
46
Episode 45 Putri dan masa lalu Rui
47
Pesan author
48
Episode 46 Kejadian Sebenarnya
49
Episode 47 Kekasih yang terpisah
50
Epidose 48 Tragedi kekaisaran
51
Episode 49 Pemimpin menara sihir
52
Epidode 50 Pahlawan arogan
53
Episode 51 Pedang suci Rignit yang sebenarnya
54
Episode 52 Menuju akademi sihir
55
Episode 53 Kematian Eizan
56
Episode 54 Mantan Jendral Dracule
57
Episode 55 Cerberus
58
Episode 56 Pertarungan dua Saudari
59
Episode 57 Tombak Kerakusan
60
Episode 58 Siapa yang dulu kalian hina
61
Episode 59 Warga arogan yang memandang rendah Rui dahulu
62
Episode 60 Kasih sayang seorang ibu
63
Episode 61 Peresmian pahlawan
64
Episode 62 Fitnah
65
Episode 63 Aziel dan Rui
66
Episode 64 Arti keluarga
67
Episode 65 Manusia dan penjahat
68
Episode 66 Cinta pertama
69
Episode 67 Para Raja naga
70
Episode 68 Evolusi naga badai
71
Episode 69 Misi khusus
72
Episode 70 Shiromi dan Kuromi
73
Episode 71 Dark elf
74
Episode 72 4 pilar kerajaan elf
75
Episode 73 Rui vs Horn
76
Episode 74 Pertemuan mengharukan para keluarga elf
77
Episode 75 Pahlawan terpilih
78
Episode 76 Serangan Orc
79
Episode 77 High Orc
80
Episode 78 Ancaman mendekat
81
Episode 79 Pasukan tempur tiba di medan perang
82
Episode 80 Bentrokan pasukan
83
Episode 81 Jirniv dan General Orc
84
Episode 82 Ras peri
85
Episode 83 Warior vs Pilar
86
Episode 84 Lepas kendali
87
Episode 85 Naga badai Terada
88
Episode 86 Titan pemusnah naga
89
Episode 87 Amarah raja naga api
90
Episode 88 Raja musim dingin
91
Episode 89 Pedang pembantai ras peri
92
Episode 90 Para leluhur
93
Episode 91 Rahasia besar ras iblis
94
Episode 92 Penyesalan
95
Episode 93 Masa terpuruk
96
Episode 94 "Kabar buruk"
97
Episode 95 "Buku Rahasia Dunia"
98
Episode 96 "Cecilia"
99
Bab review
100
Bab Review
101
bab review beast vs elf
102
bab review
103
Pengumuman author
104
Bab review
105
bab review
106
Bab review
107
Bab review
108
Season 1 selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!