Setelah hari mulai gelap, aku kembali ke kamar asramaku. Ketika aku membuka pintu kamar, suara yang tadinya terdengar berisik langsung senyap begitu aku masuk dengan wajah yang masih murung.
Melihat teman sekamarku yang masih melihatku dengan tatapan takut membuatku sedikit tenang karna tidak lagi mendengar umpatan-umpatan dari mereka.
Yah walaupun aku mengharapkan beberapa orang untuk jadi temanku selama di akademi tapi mengingat kalau mereka akan menjadi temanku hanya karna takut padaku membuatku mengurungkan niatku.
Setelah itu, aku mandi dan langsung naik ke ranjangku untuk segera tidur. Sepertinya meraka penasaran tapi tidak berani mencari tahu apa yang membuat wajahku tampak murung.
Keesokan paginya, ketika sudah selesai mengganti pakaianku dengan seragam akademi, suara berisik terdengar dari balik pintu asramaku.
"Wah siapa dia, manis sekali, apakah dia senior tahun ke 3 yang di katakan salah satu bunga kekaisaran ?"
"Tidak aku sangka aku bisa melihatnya langsung dengan mata kepalaku sendiri. Lalu apa yang membuatnya datang ke asrama laki-laki ?" suara keributan itu terdengar dari balik pintu kamar asramaku.
Aku yang sudah penasaran, membuka pintu untuk mencari tahu dan ternyata disana Karin sudah berdiri menungguku.
"Selamat pagi Rui, bagaimna tidurmu ?" Karin menyapaku di depan semua orang yang memperhatikan kami.
Aku melihat dengan jelas wajah terkejut mereka, mereka pasti tidak menyangka bahwa wanita cantik itu akan menemui anak paling di benci di seluruh akademi.
"Ii..iya selamat pagi juga, aku tidur dengan nyenyak. Lalu ada apa kau kemari ?" Aku penasaran apa tujuannya menemuiku di pagi buta begini.
"Haah... kenapa kau masih menanyakan hal yang sudah jelas, sudah tugas kakakmu untuk menunjukkan akademi ini padamu. Jadi ayo bergegas sebelum kelas pagi dimulai" Karin langsung menarik lenganku dan membawaku pergi.
"Iya tapi aku tidak suka terlalu menarik perhatian" aku sedikit mengeluh namun hal itu sama sekali tidak Karin perdulikan.
Aku tidak bisa melawan kata-katanya ataupun membantah , karna apabila Karin sudah memutuskan sesuatu mau tidak mau aku harus mengikuti kemauannya.
Mengingat apa yang terjadi kemarin, sepertinya kakak sudah kembali ceria. Tapi tatapan iri dari para laki-laki kembali ku rasakan. Bahkan aku mendengar makian meraka dengan cukup jelas.
"Si anak gagal itu lagi ?! Dia mencuri perhatian Ririna dan sekarang sampai kakak kelas juga ! Bukankah dia terlalu sombong ?!" suara itu terdengar dari kerumunan orang-orang itu.
"Benar-benar tidak tau diri, harusnya dia tidak berada disini ! Bukankah dia hanya akan mengotori akademi yang terhormat ini ?!" suara lainnya terdengar lagi.
"Iya lagi pula dia hanya menempel pada orang lain layaknya kotoran, benar-benar keberadaan yang memuak kan, atau mungkin senior itu saja yang seleranya sangat buruk ?!" ucap salah satu laki-laki yang menatapku dengan tatapan iri.
Ketika mendengar itu seketika darahku terasa mendidih karna amarah , aku menoleh dan menatap mereka dengan tatapan kebencian.
Aku tidak perduli apapun yang mereka katakan padaku tapi jika itu menyangkut kakakku aku tidak akan tinggal diam.
Melihatku yang berhenti dan menoleh ke arah mereka, kakakku meremas tanganku "Ayo Rui abaikan saja mereka" suara karin terdengar lirih.
"Aku akan mengingat wajah kalian !!" gumamku dalam hati sambil menatap tajam ke arah orang yang mengatakan itu.
Setelah itu aku menurut pada Karin dan kami pun segera pergi dari kerumunan itu. Kakak membawaku ke taman yang sepi, sesampainya di sana kakakku memasang ekspresi sedih.
Aku mulai panik melihat air matanya menetes "Kakak kenapa, apa kata-kata mereka menyakitimu atau karena masih mengingat kejadian kemarin ?"
"Ti..tidak... Ini bukan tentangku, apa kau tidak tau seberapa khawatirnya aku ketika mendengar banyak yang berbicara buruk tentangmu, memaki dirimu, menghinamu dan aku tidak tahu harus melakukan apa ?"
Aku mencoba tertawa untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja "Hahaha, sudahlah kak, jangan sedih karna hal sepele seperti itu, aku sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang mereka katakan kepadaku" aku semakin cemas dan mencoba sebisaku menenangkan Karin.
"Maaf Rui, aku benar-benar kakak yang tidak berguna, aku tidak tau harus melakukan apa ?!" ucapan karin yang terdengar semakin sedih.
Aku meraih tangannya dan memegangnya dengan lembut "Kakak... kumohon jangan berkata begitu. Aku hanya punya kakak dan ibu, kalian berdua benar-benar orang yang paling berharga untukku. Jadi kumohon jangan mengatakan hal-hal seperti ini lagi" aku menatap Karin dengan perasaan sedih.
Lalu tiba-tiba kami mendengar suara seorang wanita di belakang kami.
"Ehhhh... aku tidak masuk dalam hitungan ?" suara itu membuat kami terkejut.
Karin yang berhenti menunduk langsung menyadari bahwa wanita itu adalah Ririna.
"Ah, Ririna sejak kapan kau disini ? Maaf menunjukkan hal yang memalukan" Karin mengusap air matanya.
"Emm.... sejak kalian pergi dari kerumunan para bebek yang berisik itu" jawabnya dengan agak kesal.
"HaHaha bebek ya. kau memang anak yang menarik" Karin yang mulanya sedih mulai tersenyum kembali.
"Aku memang menarik dan aku juga sangat manis jadi kau tidak perlu menghawatirkan Rui karna ada aku yang akan selalu ada untuknya !" Ririna mulai menyanjung dirinya sendiri.
"Haaaah.. memangnya siapa yang butuh bantuanmu ?" ucapku kesal.
Ekspresi di wajah Ririna berubah sedih.
Plak, suara kepalaku yang di pukul kakakku.
"Jangan mengatakan hal kasar begitu ke orang yang baik padamu Rui. Ak mengerti jika kau memiliki pengalaman buruk dengan teman wanitamu tapi aku yakin Ririna bukan orang yang seperti itu, jadi cobalah untuk membuka hatimu untuknya " tegas kakakku.
" I_iya baiklah jika kakak berkata begitu akan kucoba " jawabku panik karena Karin yang marah.
Namun Ririna malah, mengejekku dengan menjulurkan lidahnya. Ternyata dia memang sengaja pura-pura bersedih untuk memancing emosi Karin.
"Wanita iniiii !!!" gumamku dalam hati.
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu karna kelas pagi akan segera dimulai. Rui, bersikap baiklah para Ririna. Aku titip Rui padamu" ucap Karin tersenyum kepada Ririna.
"Serahkan padaku Karin one_sama" jawabnya tegas.
Kamipun berpisah untuk menjalani kegiatan kami masing-masing. Kakakku adalah orang yang cukup disegani di akademi.
Setelah mereka tau aku adalah adiknya Karin, mereka mulai berhenti menghujatku terang-terangan di tempat umum seperti sebelumnya, tapi tetap saja cara mereka menatapku tetap seperti mereka sedang melihat sampah.
Ya aku hanya akan bersabar hingga aku merasa kemampuanku nantinya cukup untuk membungkam mereka.
Walaupun skill-skillku bisa dibilang over power tapi tetap saja tubuhku masih cukup terbebani olehnya dan tidak bisa leluasa menggunakannya.
Jadi aku berfokus untuk memperkuat tubuh dan tenagaku dahulu untuk saat ini.
Ketika kelas selesai aku bersama Ririna pergi ke lapangan latihan, aku melatih fisikku sedangkan Ririna melatih sihirnya.
"Ahhh, capeknya, sepertinya aku akhiri saja untuk hari ini" ucap Ririna yang langsung duduk karna kelelahan.
"Iya kalau begitu kau duluan saja, aku akan berlatih sampai sore"
"Rui, bukannya kau terlalu memaksakan dirimu, bukankah kau sudah terlalu kuat dan tidak perlu berlatih sekeras itu'' Ririna penasaran.
"Tidak Ririna, mungkin aku memang memilki kemampuan yang kuat tapi tidak ada gunanya jika tubuhku tidak bisa mengimbangi skill-skillku"
"Apa maksudmu Rui" tanya Ririna lagi.
"Untuk saat ini batasan tubuhku bila menggunakan manaku terus menerus cuma lebih dari 40 menit sebelum aku tumbang, aku akan berlatih untuk terus melampaui itu" jawabku sambil terus melatih fisikku.
"Tapi bukannya itu sudah cukup ?" Ririna kembali bertanya.
"Tidak... demi untuk melindungi keluarga dan orang-orang yang berharga bagiku, untuk membungkam orang orang yang merendahkanku, juga untuk membuat mereka menyesal telah membuangku. Aku harus menjadi orang terkuat di benua ini !!!" Ririna terkejut mendengar ucapanku dan melihat keseriusan di wajahku.
"Lalu... Apakah aku termasuk orang-orang yang ingin kau lindungi ?" Ririna bertanya dengan ekspresi penuh harap.
"Pikirkan saja sendiri ?"
"Ihhh peliiit" Ririna terlihat kesal.
Aku tertawa melihat tingkahnya, dan dari wajahnya dia senang akan hal itu.
Begitulah kami menghabiskan hari-hari di akdemi, orang yang melihatku bekerja sangat keras untuk melatih fisikku, berfikir aku hanya orang putus asa dalam sihir dan beralih melatih kemampuan tubuhku.
Hingga suatu saat nanti aku merasa kalau aku mampu membuat siapapun yang melawanku bertekuk lutut di bawah kekuatanku aku akan terus berlatih tanpa henti.
...Bersambung...!!?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
tintakering
waktunya tidur rui. jangan latihan terus😁
2022-08-24
0
UniNa
hai kak aku mampir nih☺️
2022-07-30
2