Hari ini adalah hari pertamaku menghadiri kelas.
Kami dibagi menjadi 3 kelas untuk siswa tahun pertama. Kebetulan aku melihat ada 2 anak yang 1 kamar di asramaku berada di kelas yang sama denganku.
Ketika masuk ruangan, tatapan-tatapan jijik dari teman sekelasku membuatku agak kurang nyaman.
"Hahhh, menjadi orang terkenal itu ternyata merepotkan" gumamku dalam hati.
Ketika duduk di bangku paling belakang, aku melihat seseorng yang familiar di samping tempat dudukku.
Ternyata dia memang Elia, gadis yang pernah di jodohkan denganku. Dia hanya diam saja dan tiba-tiba para cewek di sampingku mulai menanyakan tentang hubungan kami pada Elia.
"Hei Elia, bukankah dia putra Baron yang pernah di jodohkan denganmu" ucapan wanita itu terdengar seperti mengejek Elia.
"Ooh iya, dulu memang aku sempat bertemu dengannya karna perjodohan dari orang tua kami, tapi setelah ayahku tau dia anak gagal yang tidak bisa menggunakan sihir, ayahku langsung membatalkannya" Elia tersenyum menjawab pertanyaan wanita di sampingnya.
"Waahh, pasti kau cukup dekat dengannya bukan?" gadis itu dengan jelas memancing amarah dari Elia.
"Tentu tidak, kami hanya beberapa kali bertemu dan mengingat bahwa dia pernah di sandingkan denganku benar-benar membuatku muak hingga ingin muntah" Elia menjawab pertanyaan itu sambil menatapku seperti melihat sampah yang menjijikan.
Aku yang mendengar itu langsung tertegun.
dan tidak berani menoleh ke arah mereka entah karena merasa malu atau sadar diri. Tidak aku sangka, mendengar hal itu dari teman masa kecilku begitu menyanyat hati. Aku terus terdiam merenungkan diriku yang pernah di hianati wanita-wanita yang sangat aku sayangi.
Dia membuatku mengingat beberapa wanita di masa laluku yang pernah dekat denganku, lalu membuangku ketika menemukan pria yang lebih baik dariku.
Aku merenungkan kembali hal-hal bodoh yang pernah aku lakukan di masa lalu. Seperti terlalu berharap kepada seorang wanita dan juga terlalu mempercayai ucapan manis mereka. Di saat aku sedang merenung, profesor Fredrin tiba.
"Harap tenang" perintah profesor yang masuk ke ruang kelas.
Lalu setelah meletakkan buku besar yang berisi nama-nama siswa di kelas ini, dia memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan para murid baru. Namaku Fredrin Olifer, profesor yang akan menjadi wali kelas kalian hingga tahun pertama kalian selesai."
"Kalian yang membuat masalah dan tidak aku anggap pantas di kelas ini akan langsung aku keluarkan dari kelasku. Sebaiknya camkan itu!" ucapnya tegas.
"Hari ini kita akan belajar di ruang terbuka. Jadi dalam waktu 10 menit, aku tidak ingin mendengar ada siswa yang belum siap di lapangan" ujar profesor.
Kamipun pergi ke lapangan latihan akademi. Aku melihat anak yang 1 kamar asrama denganku diam saja ketika yang lain mencibirku di lapangan.
"Hah, kenpa dia ikut ke lapangan juga"
Suara siswa yang membicarakanku di belakangku.
"Memang apa yang bisa dilakukan anak sepertinya disini yang bahkan tidak memiki energi sihir "
"Apakah dia berkhayal bahwa keajaiban akan datang dan tiba-tiba dia bisa menggunakan sihir? lucu sekali."
Ucap anak dibelakangku yang di sambut tawa oleh anak-anak yang lain.
Namun tiba-tiba seorang anak perempuan mulai menghentikan suara-suara itu.
"Hei kalian semua, kalian kesini untuk berlatih atau membicarakan orang, kalau kalian punya waktu mencibir seseorang lebih baik gunakan itu untuk memperhatikan intruksi profesor".
Ujar wanita itu.
Murid yang lain diam dengan tatapan jengkel pada gadis itu.
"Baiklah, aku akan memperlihatkan sihir dasar dan memperlihatkan cara pelafalan mantranya" ucap profesor yang menyodorkan tangannya dan mulai merapal mantra.
"Fire ball" mana di sekitar tangannya mulai memadat dan membentuk sebuah bola yang terbakar.
Para murid tidak terkejut dengan semua itu, karena mereka semua sudah mempelajari sihir dasar. Mereka sama sepertiku dahulu yang memilki pembimbing sihir saat mana di dalam tubuh mereka sudah stabil.
Profesor menyuruh mereka semua berbaris dan menyuruh kami mempraktekkannya.
Beberapa murid dengan mudah mempraktekannya namun kebanyakan dari mereka mengeluarkan sihir yang lebih menakjubkan dari Fire ball hanya untuk pamer.
"Hah, membosankan" ucap seorang siswa yang mengeluarkan fire ball yang sangat besar.
Ketika jam pelajaran hampir usai aku masih belum bisa membuat fire ballku sendiri.
Profesor terus memperhatikan diriku yang berusaha keras namun tetap tidak mampu. Lalu kepala sekolah memanggil profesor Oliver untuk segera datang ke ruangannya.
"Maaf mengganggu waktu mengajarmu profesor, namun kepala akademi memanggilmu untuk mengatakan sesuatu yang penting" ucap seorang siswa senior kepada profesor oliver.
Setelah profesor meninggalkan kami, sebuah bola api melesat ke arahku dan mengenai punggungku. Akupun tersungkur dan punggungku terbakar.
"Upsss, maaf..." ucap seorang pria yang mendekat ke arahku.
"Aku pikir kau adalah boneka kayu yang sengaja di letakkan sebagai alat latihan" kata seorang anak laki-laki yang terlihat begitu angkuh dan memandangiku dengan tatapan yang sangat menyebalkan.
Para siwa tertawa dengan ucapan laki-laki itu. Siswa perempuan mulai berbisik kegirangan melihat lelaki tampan itu merendahkanku.
"Waaah, itu tuan Dominas. Putra kedua dari Count Shaman" bisik salah satu perempuan.
"Iya dia adalah siswa paling jenius di angkatan kita, apalagi penampilannya sangat menawan. Beruntung sekali Elia bisa mendapatkannya" bisik wanita itu.
Akupun sedikit terkejut mengetahui bahwa lelaki di depanku adalah kekasihnya Elia. Namun mengapa dia menyerangku tidak dapat aku pahami.
Elia memperhatikan kami dari kejauhan. Dia hanya tersenyum sinis melihat kekasihnya merendahkanku.
Namun seorang wanita berdiri di hadapanku dan menatap Dominas dengan sangat kesal.
"Kau pikir, apa yang sedang kau lakukan. Menyerang orang lain dengan sihir itu melanggar aturan, jika profesor mengetahui ini kau akan di keluarkan" ancam gadis di depanku.
Namun tanpa merasa bersalah, dia malah mencoba menghindari pernyataan gadis itu.
"Haahh, apa yang kau katakan. Aku sudah bilang kalau aku tidak sengaja bukan?" ucap Dominas dengan senyum sombongnya.
"Iya benar, dia tidak sengaja. Lagi pula, salah si bodoh itu yang berdiri di sana" ucap gadis-gadis yang pernah menanyakan hubungan Elia dan diriku di kelas tadi.
Mendengar hal itu, gadis itu hanya diam dengan wajah kesal. Lalu ia berbalik dan mengulurkan tangannya padaku.
"Kau, baik-baik saja?" ucapnya mengulurkan tangannya.
Namun aku menepis uluran tangan tersebut karena aku sudah memutuskan tidak akan mempercayai wanita manapun lagi.
"Urus urusanmu sendiri, jangan sok ikut campur" ucapku dengan tatapan jengkel.
Selang beberapa saat, Profesor datang dan terkejut melihat seragamku terbakar. Namun seperti dugaanku, dia tidak peduli pada diriku dan tidak mencari tahu lebih lanjut tentang masalah itu.
"Kalau begitu, sekarang giliranmu Rui" ucap profesor yang menyuruhku mempraktekan fire ball.
Lalu aku mencobanya kembali dan sebuah bola api kecil muncul di depanku.
Seketika mereka terkejut aku bisa menggunakan sihir. Tapi mereka mulai tertawa lagi karna fire ball ku terlihat sangat lemah dibandingkan milik mereka.
Tentu saja itu terlihat lemah karena itu adalah sisa-sisa dari fire ball yang mengenai punggungku. Aku reflek mehap sihir itu dengan mana predatorku dan menyimpannya tanpa menyerapnya.
Jadi, fire ball yang di lihat mereka semua bukanlah sihirku namun sihir milik Dominas. Aku sedikit beruntung karena tanpa sadar Dominas membantuku lolos ujian ini.
Aku hanya lega aku bisa selamat di tes kali ini walau menjadi bahan tertawaan siswa yang lain. Tapi tiba-tiba suara seorang wanita mulai terdengar lagi.
"Hei diamlah, kalian terlalu berisik. Berhentilah menertawakan kekurangan orang lain, kalian sangat menjengkelkan"
Ucap wanita yang tadi pernah menghentikan mereka merundungku.
Seketika mereka terdiam, namun kini aku merasakan tatapan amarah dan dendam dari para gadis yang mengejekku kepada gadis yang membelaku.
"Baiklah karna jam pelajaran hari ini usai, kalian punya waktu 4 jam bebas hingga makan malam dan pergi tidur "
Setelah Profesor mengatakan itu para siswa mulai pergi dari lapangan tersebut.
Aku yang merasa sedikit lelah karna benar-benar berusaha keras mengeluarkan sihir dasar tapi tetap tidak bisa menggunakan fire ball hingga akhir dan terpaksa menggunakan cara curang.
Aku duduk sejenak menyeka keringat yang membasahi bajuku, tanpa menyadari seorang wanita sudah berdiri di belakangku dan menyapaku.
...Bersambung...!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Inru
Duh
2022-10-12
0
Inru
Kok aku sad ya rasanya dengan sebutan 'anak gagal'
2022-10-12
1
Indah MB
makin seru
saya sudah mampir
semangat terus
2022-10-03
1