Aku memulai rutinitas pagi dengan latihan bersama pamanku.
Aku mulai belajar berpedang. Aku berfikir kemampuan tanpa mengandalkan sihir adalah satu-satunya hal yang bisa aku pelajari.
Tapi entah mengapa selama 2 minggu berlatih, aku merasa kurang cocok dengan hal itu. Pamanku mulai bimbang karna aku mulai menunjukkan ekspresi murung karna aku benar-benar tidak cocok dengan tekhnik berpedang.
Paman mulai berfikir lagi, karna waktunya tinggal 2 minggu lagi sampai dia kembali ke akademi. Paman hanya bisa ambil cuti selama 1 bulan dan harus kembali memenuhi kewajibannya untuk mengajar sebagi profesor di sana.
" Baiklah Rui, bagaimna bila kita beralih ke latihan lainnya, bagaimna kalau memanah atau tombak?" usul pamanku.
"Baiklah, aku serahkan pada paman "
Aku hanya menyetujui kemauan pamanku.
Kami beralih menggunakan panah dan tombak, tapi sama saja, aku tidak bisa sampai ke ranah pemula dalam hal tersebut. Bukan hanya karena tidak cocok namun karena pengetahuan manusia pada senjata sangatlah minim dikarenakan rasa haus akan pengetahuan mereka tentang sihir.
Ibuku yg melihat kami dari kejauhan, menunjukkan ekspresi hawatir karena aku mulai agak kecewa dengan diriku.
Melihat hal tersebut, kakekku mengusulkan untuk memilihkan belati sebagai senjataku. Awalnya pamanku merasa agak ragu dengan ide tersebut karena belati cenderung digunakan oleh pembunuh bayaran, bukan kesatria terhormat.
"Ayah, bukankah belati kurang cocok sebagai senjata seorang bangsawan?" tanya pamanku ragu.
"Eliot , senjata apapun itu, bila digunakan untuk hal yang benar, pasti akan mendapatkan kehormatannya sendiri. Bahkan para pemburu di guild petualang yang melindungi desa dari monster banyak yg menggunakan belati sebagai senjatanya" jawab kakek ku.
"Sedangkan dulu, para jendral dan iblis tinggkat tinggi menggunakan sihir untuk menghancurkan umat manusia dan ras demi human lainnya".
"Jadi senjata dan sihir itu di hormati bukan karna bagaimana bentuk dan kekuatannya tapi untuk hal apa senjata dan sihir itu di gunakan" jawab kakekku.
Pamanku yang semula ragu, setelah mendengar ucapan kakekku, akhirnya menyetujui ide tersebut.
Aku diberi dua buah belati. Pamanku cuma melihatku latihan sendiri karna dia tidak tau apapun tekhnik ataupun skill yang menggunakan belati.
Tapi aku mulai menyukai ini, aku teringat dengan sebuah karakter game dulu yang pernah aku mainkan yang menggunakan belati sebagai senjatanya.
Aku mulai konsentrasi dan mengalirkan manaku di belati. Aku mencoba menebas dan menusuk dengan membayangkan kekuatannya akan bertambah dengan mengkombinasikan manaku.
Namun ketika aku mencoba melemparnya dengan menyelubungi manaku, belatinya malah tidak mau terlempar jauh.
"Rui, apa yang kau coba praktekan, bukankah ceroboh jika melemparkan senjatamu sembarangan ketika melawan musuh, jika tidak mengenai sasaran maka kau akan berada dalam bahaya" ucap pamanku ragu.
"Tapi tidak apa jika tepat sasaran kan, jadi tetap akan aku latih lemparanku" jawabku
"Iya terserah kau saja kalau begitu"
Tapi melihat aku yang mencoba melemparkan belati ke arah boneka latihan tapi tidak bisa sampai, pamanku mulai curiga.
"Rui apakah belati itu terlalu berat bagimu, kenapa lemparanmu sangat dekat, bukannya kau cukup kuat dalam mengayunkannya seolah itu cukup ringan ".
"Aku juga kurang mengerti, aku hanya coba-coba menggunakan manaku untuk memperkuat lemparanku ternyata malah sebaliknya, heheh" jawabku dengan senyuman konyol.
"Heeeh?"
" Rui kau... kau punya mana?" tanya pamanku terkejut.
" Ahh, paman sepertinya tidak tau, aku memiliki mana, tapi aku tidak bisa menggunakan sihir, karna ke 3 elemen dasar tidak cocok dengan manaku " jawabku yang melihat pamanku terkejut.
"Tidak Rui, bukan itu. Setelah aku memperhatikan apa yang baru saja kau lakukan, jika kau memang menggunakan manamu untuk melempar dan malah menyulitkan lemparanmu, itu artinya kau memilki mana yang bentuk dan energinya berbeda "
"Apa maksud paman?" tanyaku bingung.
"Ya aku mengerti, mana yang kau miliki lebih kental dan elastis, mana umum para penyihir seperti cahaya dan energi yang ringan yang menyatu dan membentuk unsur api, air dan angin, tapi tidak dengan manamu."
" Lalu ?" tanyaku lagi.
"Manamu seperti sesuatu yang elastis dan lebih kental. Pada umumnya, mana harus diubah dahulu menjadi energi sihir untuk bisa menyatu dengan senjata. Lalu memperkuat senjata itu dari segi ketahanan maupun daya rusaknya."
"Tapi mana mentahmu, bukan hanya bisa mengaliri senjata, tapi bisa memperlambat gerakannya. Dalam hal ini jika kau bisa mengendalikan manamu maka kau bisa dengan bebas mengendalikan senjatamu dan itu pasti akan sangat hebat" ucap pamanku yang semakin antusias.
"Jadi spesialnya dimna?" tanyaku yang tetap saja bingung.
" Rui, coba kau keluarkan sebagian besar manamu dan bayangkan itu sebuah tali yang menyatu dengan belati itu" ujarnya.
"Baiklah"
Lalu aku konsentrasi penuh dan membayangkan gumpalan mana di tanganku sebuah tali elastis.
"Bagus, pertahankan itu. Sekarang coba kau lemparkan ke arah boneka jerami itu dan ingat kau harus melempar sambil terus mengalirkan manamu" perintah pamanku.
Setelah melemparnya, Aku mencoba menyelimuti tubuhku dengan manaku. Aku sangat terkejut karna aku tertarik ke tempat belati yang menembus boneka jerami tersebut.
Aku mengingat kembali ketika dulu aku disuruh Ronal merasakan mana di sekitarku, tubuhku menjadi terasa sangat ringan dan seperti mengambang di udara, sepertinya dia tidak menyadari kalau manaku saat itu menyelimuti tubuhku.
Lalu aku mencoba kembali melemparnya dan membayangkan manaku kembali kepadaku dan tiba-tiba belatiku sudah ada di tanganku.
Pamanku yang melihat itu kaget dan tertawa.
"Hahahaha, akhirnya Rui, aku tau fungsi manamu. Manamu tidak bisa terurai menjadi dasar-dasar elemen karna unsurnya yang padat. Tapi mana milikmu, tidak bisa menghilang dan menyebar karna manamu akan kembali ke dalam tubuhmu" ujar pamanku senang.
"Kalau begitu, aku bisa seperti fany ataupun gusion, menggunakan mana seperti tali elastis dan berpindah ke tempat dimana belatiku berada" ucapku senang.
"Fany, gusion? aku tidak tau siapa yang kau bicarakan namun aku benar-benar bahagia bisa mengetahui bakatmu" ucap pamanku sambil mengusap kepalaku.
" Iya ini semua berkat paman, paman memang hebat, terima kasih " ucapku terharu.
"Hehehehe, pamanmu hebatkan, puji terus aku, banggalah dengan menjadi keponakanku, hahahaha"
Ibu dan kakekku yang memperhatikan kami dari kejauhan ikut bahagia karna aku akhirnya mulai tersenyum kembali.
Setelah saat itu aku menjadi sangat antusias untuk berlatih mengandalikan manaku dan mencoba hal-hal baru dengan manaku.
Aku membuang segala pengetahuan umum tentang sihir di dunia ini dan mencoba hal-hal berbeda dengan mengandalkan pengetahuanku tentang sihir dan skill berbeda dari duniaku sebelumnya.
Dari saat itu, aku melupakan hal-hal tidak penting dan mulai mempelajari apa yang bisa kulakukan dengan manaku. Aku berlatih dengan seluruh kemampuan yang aku punya tanpa melewatkan seharipun tanpa latihan.
...Bersambung...!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
βAkuRyu
wanjay endorse
2022-11-26
1
Mommy QieS
aku nyicil dua bab ya kak, 😊
2022-10-12
1
Mommy QieS
Akhirnya Rui punya Mana😘😘
2022-10-12
0