Luluhnya Hati

setelah mengadakan kesepakatan ingin bertemu.

Rena pagi ini harus bolos kuliah lagi. entahlah, mungkin akalnya sudah tidak terkontrol. yang ada hanya Bernard. sakit hati atas berita yang diterimanya dari Anju bercampur dengan cinta yang gila.

"aku harus bertemu Bernard hari ini. aku harus mendengarnya langsung dari Bernard" ucap Rena dengan hati yang sakit dan sangat geram.

"pantas saja Ia me-nonaktifkan semua akses komunikasi. ternyata Ia sering kepelacuran." ucap Rena dengan hati yang menggeram. kini jantungnya berdetak lebih kencang, karena bercampur emosi.

Rena mempersiapkan segala keperluannya. bahkan mempersiapkan segala rangkaian kata-kata bohong terhadap keluarga agar dapat bertemu Bernard.

"Assallamualaikum paman." ucap Rena kepada Paman Rasyid yang sedang menikmati sarapan paginya.

Rena mengulurkan tangan kanannya hendak salim.

"wa'alaikum salam Ren." ucap paman Rasyid, lalu menyambut uluran tangan Rena.

"tante Marti. mana Paman?" ucap Rena bertanya. karena tidak menemukan tantenya pagi ini.

"sedang jogging di gang kompleks." ucap Paman menjelaskan.

"kamu mau berangkat kuliah sepagi ini?" ucap Paman lagi. karena sepertinya Rena sedang terburu-buru.

"iya. ada kelas tambahan pagi ini." ucap Rena berbohong. sementara didalam hatinya ada rasa bersalah terhadap pamannya.

"ehmmmm. Rena boleh mengatakan sesuatu gak?" ucap Rena ragu.

"katakan saja, usah sungkan." balas paman seraya mengunyah sarapannya.

Ia tampak begitu beribawa. pembawaannya yang tenang membuatnya begitu dikagumi. bahkan disekitar kompleks Paman Rasyid sering dijadikan sebagai orang yang berpengaruh dalam menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dikomplek, untuk dimintai pendapatnya.

"emmmm. Rena butuh uang buat tambahan pengerjaan tugas mata kuliah." ucap Rena berbohong.

"oh..perlu berapa rupanya?" ucap paman Rena tulus, tanpa curiga sedikitpun.

"satu juta saja." ucap Rena penuh hati-hati. takut aksinya ketahuan.

"ya sudah, paman ambil dulu dikamar." ucap paman Rasyid yang sudah selesai sarapan. lalu meminum susu formula yang dkhususkan untuk para orang dewasa, demi menjaga kesehatan tulangnya.

Rena juga melanjutkan sarapannya. dia harus punya tenaga untuk menginterogasi Bernard.

tak lama, Paman Rasyid sudah berada didebelakang Rena, yang sedang asyik menguyah makanannya.

"ini uangnya, kuliah yang bener ya. jangan kecewakan paman dan ibumu." ucap paman Rasyid menegaskan, lalu menyerahkan sejumlah uang yang diminta ponakannya itu.

"terimakasih paman. ucap Rena, dengan senyum yang dipaksa. karena Ia merasa berdosa telah membohongi pamannya.

paman Rasyid menjawab dengan anggukan kepala, seraya berlalu, masuk kedalam kamarnya.

"syukurlah. untung saja paman memberikan uang ini tanpa banyak bertanya." ucap Rena lirih. agar tak didengar yang lain.

"waah...waaah.. pagi-pagi tanpa bekerja sudah seenaknya meminta uang." ucap tante Aning menyindir, dengan nada sinis.

"untuk keperluan kuliah koq tante". ucap Rena dengan nada ramah.

"hellleh." paling juga buat foya-foya. anak zaman sekarangkan taunya cuma minta uang." balas tante Aning dengan bibir dimiringkan kesamping kiri.

"pinter banget ya kamu moroti bang Rasyid." ucap tante Aning dengan nada iri.

"tuh, piring jangan lupa cuci." ucap tante Aning lagi, dengan nada perintah. seraya berlalu kedapur.

Rena tak ingin berdebat dengan tantenya, adik dari ibunya. bagaimanapun juga, apa yang diucapkan tantenya ada benarnya, meski bukan sepenuhnya benar.

selesai sarapan. Ia mencuci piring bekas sarapan paman Rasyid dan dirinya. untuk menghindari ocehan sinis tantenya.

"aku harus segera ke loket bus." ucap Rena dalam hatinya.

"aku tidak ingin terlambat." ucap Rena lagi membatin.

setelah menyelesaikan ritual mencuci piringnya, Rena bergegas mengambil tas sandangnya, memasukkan uang pemberian pamannya, lima ratus ribu dan yang lima ratus lagi Ia simpan didalam lemari. tak lupa handphonenya juga ia bawa.

Rena keluar rumah dengan terburu-buru. lalu mengirim pesan kepada Amy agar tak menjemputnya hari ini.

"Mi, jangan jemput aku hari ini ya, aku ada urusan sedikit. nanti kalau pamanku ada bertanya, tolong katakan kalau aku sedang kuliah. please."tulis pesan itu kepada Amy.

"ok. tapi kamu mau kemana?" balasan dari Amy.

"aku belum bisa katakan sekarang" balas Rena.

"okelan. hati-hati ya? kabari aku jika kamu menemukan masalah." balasan dari Amy.

"ok. makasih ya my best friend". balas Rena.

"ok.." balasan Amy.

saat sedang berjalan digang komplek, tanpa sengaja Rena berpapasan dengan tante Marti.

dadanya kian bergemuruh. Rena berusaha tenang. mengatur nafasnya.

"Tante." ucap Rena, kikuk seperti seseorang yang akan tertangkap basah melakukan kesalahan.

"iya, kok, kamu sepagi ini sudah berangkat kuliah?" ucap Tante Marti, seraya melihat arloji ditangannya yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.

"i...iyaa. tante, ada kelas tambah pagi ini, untuk mata kuliah psikologi pendidikan." ucap Rena ber-alibi.

"Amy, temen kamu mana? biasanya dia jemput kamu?" ucap Tante Marti penasaran.

"emmm..dia sedang keluar kota dengan keluarganya tante. jadi tidak masuk kuliah." jawab Rena sedikit gemetar. takut ketahuan jika sedang berbohong.

"oh..ya sudah, tante kira kamu ada masalah dengan dia." ucap Tante Marti seraya tersenyum.

" gak ada kok tante. hubungan pertemanan kami baik-baik saja." ucap Rena seraya mengulurkan tangannya ingin salim.

tante Marti menyambut uluran tangan tangan Rena.

"saya berangkat kuliah dulu ya tante."ucap Rena. seakan ingin segera menghilang dari hadapan tante Marti. karena ia takut keceplosan ngomong, jika berlama-lama meladeni tante Marti.

"ya sudah. hati-hati dijalan" balas tante Marti singkat. lalu melanjutkan joggingnya.

Rena segera berlalu, ia sedang terburu-buru. lalu menyetop sebuah Betor yang melintas. meminta kepada abang Betor untuk mengantarnya keloket bus.

****

Rena sudah berada didalam bus, sekitar setengah jam lagi Ia akan sampai di Tebing Tinggi.

"sayang.. aku sebentar lagi sampai. kamu harus sudah berada disimpang saat aku sampai." Rena mengirim pesan kepada Bernard.

"oke" balasan singkat dari Bernard.

**

Rena telah sampai di simpang Medan, simpang masuknya kota Tebing tinggi.

Rena meminta kondektur bus menghentikan busnya.

"pinggiiir bang." teriak Rena kepada sang kondektur.

"pinggiiiiir" teriak sang kondektur kepada pak sopir, seraya mengetuk badan bus dengan batu kerikil sebanyak tiga kali.

ketukan batu kerikil adalah kode antara kondektur dan sang sopir pada bus mini.

sopir menghentikan laju busnya. Rena segera beranjak dari kursi penumpang.

"terimakasih bang." ucap Rena seraya menuruni badan bus.

"maaaaajuuuu.."teriak kondektur, dan pak sopir bergerak melajukan busnya.

Rena melihat Bernard telah berada disimpang, bersama para ojek dan abang betor yang akan menjemput rezeki dengan setiap penumpang yang turun dari angkutan umum.

"diiiik..sini dik..mau kemana?" teriak para ojek dan abang betor yang mangkal di simpang.

Rena menggelengkan kepalanya, seraya melempar senyum kepada para abang ojek dan abang betor.

"sudah ada yang jemput bang, maaf ya?" ucap Rena sopan.

para abang ojek dan abang betor merasa kecewa, karena gagal mendapatkan sewa penumpang

"ayo, jawab Bernard" seraya menghidupkan mesin motor bututnya. yang diikuti tatapan para abang betor dan tukang ojek.

tatapan mereka seperti tanda tanya yang tidak dapat diartikan. bisa jadi mereka sedang berfikir, apakah Rena Bernard sepasang kekasih atau hanya hubungan adik dan kakak.

"iya."jawab Rena singkat. hatinya sudah geram ingin menanyakan hal yang sudah dirangkainya sejak kemarin.

Rena naik ke boncengan belakang. kali ini Ia tak ingin memeluk pinggang Bernard.

motor Bernard melaju membawa kesebuah alun-alun kota Tebing tinggi. disana banyak terdapat penjual makanan.

"kita disini saja." ucap Bernard. lalu memarkirkan motornya.

"iya." jawab Rena datar.

Bernard mencari kursi yang sudah disediakan oleh pedagang makanan. tepatnya dibawah pohon nan rindang. lalu mereka duduk dikursi itu.

"pesan apa mbak?" sapa seorang pedagang, yang lapaknya mereka pilih sebagai tempat duduk.

"mie cup dua bang, sekalian teh botol dua, yang dingin ya bang"ucap Rena. kepada pedagang wanita tersebut. perkiraan umur empat puluhan tahun.

"baik mbak. ditunggu pesanannya ya mbak." ucap pedagang itu. seraya berlalu pergi, menyiapkan pesanan.

"kamu mau bicara apa?" sepertinya ada hal yang penting". ucap Bernard santai.

tak tampak sedikitpun dimatanya rasa bersalah karena sudah mengabaikan Rena selama seminggu ini.

"apa kamu tidak sadar sudah berbuat salah?" ucap Rena sedikit meninggi.

"emang aku salah apa?" balas Bernard tanpa wajah bersalah.

"kamu bilang apa? sudah seminggu kamu mengabaikanku. dan kamu tanya apa kesalahan kamu?" ucap Rena sedikit berang. namun mengontrol nada suaranya, agar tak didengar yang lain.

"kan sudah kujelaskan, hp ku rusak. baru selesai diperbaiki."ucap Berbard meyakinkan.

"bukan karena kamu main perempuan?" ucap Rena sinis.

"kamu sengaja mengabaikanku karena kamu ketempat pelacurankan? ucap Rena meluncur saja, tanpa bisa Ia kontrol. air matanya ikut jatuh bersamaan kalimat terakhirnya.

Bernard menatap tajam Rena, matanya tak berkedip.

"trus. kamu dapat info darimana? dari Anju?"jawabnya santai.

Rena terdiam. lidahnya tiba-tiba keluh. tak mampu menjawab pertanyaan Bernard.

"Dia itu hanya iri dengaku. sepertinya Ia menyukaimu saat pertama bertemu, maka Ia mencoba mempengaruhimu." ucap Bernad balik menuding Anju.

"tapi, sebenarnya yang Ia ucapkan itu benar adanya." ucap Bernard tanpa beban.

"a...a..apaa..? ucap Rena seakan tak percaya. matanya kembali mengalirkan bulir-bulir bening dipipinya.

"terus apa? " kamu ingin menjauhiku?" ucap Bernard. dengan tatapan yang begitu tajam, menembus bola mata Rena.

seketika Rena merasakan desiran-desiran darahnya, membelai hatinya yang panas dengan penuh amarah, menjadi serpihan-serpihan rindu dan cinta yang menggebu.

"emmmm...aku memaafkannmu koq. asalkan kamu janji berubah dan tak mengulanginya lagi." kini ucapan Rena berbalik.

sesaat Rena melupakan amarahnya, yang tersisa kini hanyalah cinta, kerinduan, dan ingin berlama-lama dengan kekasihnya. Ia dengan sekejap melupakan rencana awalnya. kini hatinya luluh dengan tatapan mata Bernard.

sehingga tanpa sadar, Rena menyandarkan kepalanya dipundak Bernard.

kini hatinya berganti dengan bunga-bunga cinta yang menghiasi setiap relung hatinya yang tengah berbahagia.

"mbak, ini pesanannya ya?" ucap pedagang wanita itu. lalu meletakkannya diatas meja plastik.

matanya memperhatikan tingkah Rena, yang tengah menyandarkan kepalanya di pundak Bernard. pedagang itu memastikan Bernard dan Rena adalah sepasang kekasih.

tampak dimata pedagang itu ada perasaan heran. mengapa Rena mau menerima pria seperti itu.

"terimakasih bu." ucap Rena, seraya mengangkat kepalanya dan memperbaiki duduknya.

"ini nota Bon-nya ya mbak." ucap pedagang wajita, menyerahkan secarik kertas yamg bertuliskan harga pesanan mereka.

"biar aku yang bayar ya sayang." ucap Bernard mengambil nota bon, dan membayarnya kepada pedagang wanita tersebut.

"terimakasih mas" ucap pedagang itu seraya berlalu meninggalkan mereka, untuk melayani pesanan yang lain.

Bernard membalas dengan mengangguk.

"tumben, kamu yang bayar?" ucap Rena penasaran.

"sebagai bentuk terimakasihku padamu, atas kiriman paket itu." ucap Bernard.

Rena melirik pergelangan tangan Bernard.

"kemana arloji yang aku berikan ke kamu?" ucap Rena menyelidik, karena Ia tak melihat Bernard memakainnya.

"emmmm..diminta ibuku, katanya cantik. jadi ya aku berikan. apa kamu marah sayang?" ucap Bernard yang masih terus menatap mata Rena.

"ya..ya.. enggaklah sayang, masa iya aku marah. jika ibumu senang aku akan sangat merasa tersanjung." ucap Rena sumringah.

"iya, ibu bilang terimakasih." ucap Bernard lagi.

"iya." jawab Rena. kini iya semakin yakin jika Bernard benar-benar mencintainya.

"sudah kembang ne mie-nya, kita makan yuk?" ucap Rena.

Bernard mengangguk menyetujui. lalu menyantap pesanannya.

"oh, ya sayang, mengapa kamu belum membawaku kerumah orangtuamu? ucap Rena.

karena sudah dua kali bertemu, Bernard belum juga mengajaknya bertemu dengan orang tuanya. setidaknya Rena bisa tau dimana tempat tinggal Bernard.

Bernard hampir tersedak mendengar ucapan Rena.

"belum saatnya sayang, nanti jika waktunya tepat, aku akan mengajakmu menemui orangtuaku." ucap Bernard meyakinkan.

setelah menyelesaikan santapannya. Bernard meraih jemari tangan Rena. mengusapnya lembut. sehingga Rena merasa dicintai.

usapan tangan Bernard dijemarinya, membawa desiran-desiran cinta yang begitu syahdu. melupakan segala kesalahan yang telah dilakukan Bernard terhadapnya.

"aku menerima kamu apa adanya, sayang. meskipun kamu seorang penjahat sekalipun. cintaku hanya untukmu." ucap Rena dengan mantab.

Terpopuler

Comments

Bunda Silvia

Bunda Silvia

maaf ya aq jade's males sama kelakuan rena yang tipis iman sama munafiq

2024-12-08

0

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-05-15

1

yamink oi

yamink oi

uweekkk

2022-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 episode 1 ke kota Medan
2 episode 2 Paman Rasyid
3 episode 3 laptop baru
4 episode 4 kosongnya hati
5 episode 5 Pov Bernard foto profil
6 episode 6 seperti hilang
7 episode 7 senyum kemenangan
8 episode 8 Amy
9 episode 9 awal petaka
10 episode 10 Layar kaca
11 episode 11 Pertemuan
12 episode 12 Cinta buta
13 episode 13 cafe
14 episode 14 Permen dan Tisu
15 episode 15 Ancaman
16 episode 16 Oleh-Oleh
17 episode 17 Gemasnya Ariel
18 Mati Rasa
19 Berita dari Anju ***
20 Luluhnya Hati
21 Toni
22 kangen ibu dan Toni
23 episode 23 Hancurnya IPK
24 episide 24 Mencari Rumah Bernard
25 episode 26 Kata Putus
26 episode 27 Hilang Arah
27 Ke Khawatiran
28 Misteri hati Rena
29 Budak Cinta
30 Perangai Buruk
31 Curhat Pertama Rena
32 Rehan
33 Amy dan Arman
34 kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35 kecurigaan Toni
36 Satu Tindakan Pertama
37 Pertemuan Dua Raga
38 Safri Saragih
39 Rekasaya Kehamilan
40 Mandi Peluntur dan 85%
41 Samar
42 Hambar POV Rena
43 Ridwan dan Rehan
44 Gagal Ginjal
45 Buah Tangan
46 Pengejaran Pov Bernard
47 Hai...
48 Bertemunya Dua Hati
49 Dress hijau silky
50 Luka Itu Pov Hanif
51 Sang Malaikat
52 Sang Malaikat
53 Kekasih Amy POV Rena
54 Galau
55 Bertamu
56 Tak Rela
57 pulang kampung
58 Gelap Mata
59 Teror Ghaib
60 lamaran
61 Paman Rasyid koma
62 pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63 Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64 Mereka yang Terluka
65 Kejutan Indah
66 Teror
67 Tak Mampu Menembus Masuk
68 Honey moon dan Wanita Beruntung
69 Bertemu Anju
70 Persaingan Bisnis & Teror
71 Kak Hanan dan Dana
72 Kiriman Boneka Santet
73 Penemuan Boneka Santet
74 Karma berbalik
75 Jebakan
76 Tak tersentuh
77 Diam
78 lahirnya bayi khanza
79 Sofia..si Bayi malang
80 Merahasiakan
81 ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82 Kecurigaan Hanif
83 Terkaman Harimau
84 Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85 Rasa yang melegakan
86 Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87 Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88 Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89 pertemuan tanpa sengaja
90 Tanda Ajal seseorang
91 Pov Paman Rasyid
92 Bernard Berniat Mencari Rena
93 Bernard mengirimkan Santet
94 Merasa Sial
95 Gangguan
96 Ujian
97 Sasaran Baru
98 Rasa Yang Tak Biasa
99 Pencarian Pemungut Sofia
100 Pemerasan
101 Wina Terjebak Cinta Buta
102 Sama Kagetnya
103 Perceraian
104 Cinta Lama Bersemi Kembali
105 Perlahan Abai
106 Enggan Disentuh
107 cinta yang salah
108 Ketika Cinta Diuji
109 Terungkap
110 Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111 Penyembuhan
112 Pertanda Alam
113 Awal Baru
114 titisan
115 Lahirnya Titisan Pemikat
116 Memikat
117 Khanza da Adilla
118 pertemuan Khanza dan Duma
119 menjadi asisten dosen
120 Tak Terkendali
121 Asisten dosen
122 Bar
123 Saingan
124 Rasa
125 eps. 123
126 Draft
127 draft
128 Draft
129 draft
130 dua darah yang berbeda
131 Dia
132 Mimpi itu
133 draft lagilah
134 Dinner Pertama
135 Pemikat
136 tanpa judul
137 Dendam
138 Dendam-2
139 Air Limau
140 Air Limau-2
141 Tak Menduga
142 Undangan Makan Malam
143 Cincin
144 Gelisah
145 Demam
146 Lamaran
147 Demam-2
148 Pulang Kampung
149 Terperangah
150 Semakin Parah
151 Hari Pernikahan
152 Hati Yang Lara
153 Resepsi
154 Akhir
155 Tamat
156 The End
Episodes

Updated 156 Episodes

1
episode 1 ke kota Medan
2
episode 2 Paman Rasyid
3
episode 3 laptop baru
4
episode 4 kosongnya hati
5
episode 5 Pov Bernard foto profil
6
episode 6 seperti hilang
7
episode 7 senyum kemenangan
8
episode 8 Amy
9
episode 9 awal petaka
10
episode 10 Layar kaca
11
episode 11 Pertemuan
12
episode 12 Cinta buta
13
episode 13 cafe
14
episode 14 Permen dan Tisu
15
episode 15 Ancaman
16
episode 16 Oleh-Oleh
17
episode 17 Gemasnya Ariel
18
Mati Rasa
19
Berita dari Anju ***
20
Luluhnya Hati
21
Toni
22
kangen ibu dan Toni
23
episode 23 Hancurnya IPK
24
episide 24 Mencari Rumah Bernard
25
episode 26 Kata Putus
26
episode 27 Hilang Arah
27
Ke Khawatiran
28
Misteri hati Rena
29
Budak Cinta
30
Perangai Buruk
31
Curhat Pertama Rena
32
Rehan
33
Amy dan Arman
34
kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35
kecurigaan Toni
36
Satu Tindakan Pertama
37
Pertemuan Dua Raga
38
Safri Saragih
39
Rekasaya Kehamilan
40
Mandi Peluntur dan 85%
41
Samar
42
Hambar POV Rena
43
Ridwan dan Rehan
44
Gagal Ginjal
45
Buah Tangan
46
Pengejaran Pov Bernard
47
Hai...
48
Bertemunya Dua Hati
49
Dress hijau silky
50
Luka Itu Pov Hanif
51
Sang Malaikat
52
Sang Malaikat
53
Kekasih Amy POV Rena
54
Galau
55
Bertamu
56
Tak Rela
57
pulang kampung
58
Gelap Mata
59
Teror Ghaib
60
lamaran
61
Paman Rasyid koma
62
pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63
Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64
Mereka yang Terluka
65
Kejutan Indah
66
Teror
67
Tak Mampu Menembus Masuk
68
Honey moon dan Wanita Beruntung
69
Bertemu Anju
70
Persaingan Bisnis & Teror
71
Kak Hanan dan Dana
72
Kiriman Boneka Santet
73
Penemuan Boneka Santet
74
Karma berbalik
75
Jebakan
76
Tak tersentuh
77
Diam
78
lahirnya bayi khanza
79
Sofia..si Bayi malang
80
Merahasiakan
81
ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82
Kecurigaan Hanif
83
Terkaman Harimau
84
Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85
Rasa yang melegakan
86
Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87
Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88
Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89
pertemuan tanpa sengaja
90
Tanda Ajal seseorang
91
Pov Paman Rasyid
92
Bernard Berniat Mencari Rena
93
Bernard mengirimkan Santet
94
Merasa Sial
95
Gangguan
96
Ujian
97
Sasaran Baru
98
Rasa Yang Tak Biasa
99
Pencarian Pemungut Sofia
100
Pemerasan
101
Wina Terjebak Cinta Buta
102
Sama Kagetnya
103
Perceraian
104
Cinta Lama Bersemi Kembali
105
Perlahan Abai
106
Enggan Disentuh
107
cinta yang salah
108
Ketika Cinta Diuji
109
Terungkap
110
Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111
Penyembuhan
112
Pertanda Alam
113
Awal Baru
114
titisan
115
Lahirnya Titisan Pemikat
116
Memikat
117
Khanza da Adilla
118
pertemuan Khanza dan Duma
119
menjadi asisten dosen
120
Tak Terkendali
121
Asisten dosen
122
Bar
123
Saingan
124
Rasa
125
eps. 123
126
Draft
127
draft
128
Draft
129
draft
130
dua darah yang berbeda
131
Dia
132
Mimpi itu
133
draft lagilah
134
Dinner Pertama
135
Pemikat
136
tanpa judul
137
Dendam
138
Dendam-2
139
Air Limau
140
Air Limau-2
141
Tak Menduga
142
Undangan Makan Malam
143
Cincin
144
Gelisah
145
Demam
146
Lamaran
147
Demam-2
148
Pulang Kampung
149
Terperangah
150
Semakin Parah
151
Hari Pernikahan
152
Hati Yang Lara
153
Resepsi
154
Akhir
155
Tamat
156
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!