setelah mengadakan kesepakatan ingin bertemu.
Rena pagi ini harus bolos kuliah lagi. entahlah, mungkin akalnya sudah tidak terkontrol. yang ada hanya Bernard. sakit hati atas berita yang diterimanya dari Anju bercampur dengan cinta yang gila.
"aku harus bertemu Bernard hari ini. aku harus mendengarnya langsung dari Bernard" ucap Rena dengan hati yang sakit dan sangat geram.
"pantas saja Ia me-nonaktifkan semua akses komunikasi. ternyata Ia sering kepelacuran." ucap Rena dengan hati yang menggeram. kini jantungnya berdetak lebih kencang, karena bercampur emosi.
Rena mempersiapkan segala keperluannya. bahkan mempersiapkan segala rangkaian kata-kata bohong terhadap keluarga agar dapat bertemu Bernard.
"Assallamualaikum paman." ucap Rena kepada Paman Rasyid yang sedang menikmati sarapan paginya.
Rena mengulurkan tangan kanannya hendak salim.
"wa'alaikum salam Ren." ucap paman Rasyid, lalu menyambut uluran tangan Rena.
"tante Marti. mana Paman?" ucap Rena bertanya. karena tidak menemukan tantenya pagi ini.
"sedang jogging di gang kompleks." ucap Paman menjelaskan.
"kamu mau berangkat kuliah sepagi ini?" ucap Paman lagi. karena sepertinya Rena sedang terburu-buru.
"iya. ada kelas tambahan pagi ini." ucap Rena berbohong. sementara didalam hatinya ada rasa bersalah terhadap pamannya.
"ehmmmm. Rena boleh mengatakan sesuatu gak?" ucap Rena ragu.
"katakan saja, usah sungkan." balas paman seraya mengunyah sarapannya.
Ia tampak begitu beribawa. pembawaannya yang tenang membuatnya begitu dikagumi. bahkan disekitar kompleks Paman Rasyid sering dijadikan sebagai orang yang berpengaruh dalam menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dikomplek, untuk dimintai pendapatnya.
"emmmm. Rena butuh uang buat tambahan pengerjaan tugas mata kuliah." ucap Rena berbohong.
"oh..perlu berapa rupanya?" ucap paman Rena tulus, tanpa curiga sedikitpun.
"satu juta saja." ucap Rena penuh hati-hati. takut aksinya ketahuan.
"ya sudah, paman ambil dulu dikamar." ucap paman Rasyid yang sudah selesai sarapan. lalu meminum susu formula yang dkhususkan untuk para orang dewasa, demi menjaga kesehatan tulangnya.
Rena juga melanjutkan sarapannya. dia harus punya tenaga untuk menginterogasi Bernard.
tak lama, Paman Rasyid sudah berada didebelakang Rena, yang sedang asyik menguyah makanannya.
"ini uangnya, kuliah yang bener ya. jangan kecewakan paman dan ibumu." ucap paman Rasyid menegaskan, lalu menyerahkan sejumlah uang yang diminta ponakannya itu.
"terimakasih paman. ucap Rena, dengan senyum yang dipaksa. karena Ia merasa berdosa telah membohongi pamannya.
paman Rasyid menjawab dengan anggukan kepala, seraya berlalu, masuk kedalam kamarnya.
"syukurlah. untung saja paman memberikan uang ini tanpa banyak bertanya." ucap Rena lirih. agar tak didengar yang lain.
"waah...waaah.. pagi-pagi tanpa bekerja sudah seenaknya meminta uang." ucap tante Aning menyindir, dengan nada sinis.
"untuk keperluan kuliah koq tante". ucap Rena dengan nada ramah.
"hellleh." paling juga buat foya-foya. anak zaman sekarangkan taunya cuma minta uang." balas tante Aning dengan bibir dimiringkan kesamping kiri.
"pinter banget ya kamu moroti bang Rasyid." ucap tante Aning dengan nada iri.
"tuh, piring jangan lupa cuci." ucap tante Aning lagi, dengan nada perintah. seraya berlalu kedapur.
Rena tak ingin berdebat dengan tantenya, adik dari ibunya. bagaimanapun juga, apa yang diucapkan tantenya ada benarnya, meski bukan sepenuhnya benar.
selesai sarapan. Ia mencuci piring bekas sarapan paman Rasyid dan dirinya. untuk menghindari ocehan sinis tantenya.
"aku harus segera ke loket bus." ucap Rena dalam hatinya.
"aku tidak ingin terlambat." ucap Rena lagi membatin.
setelah menyelesaikan ritual mencuci piringnya, Rena bergegas mengambil tas sandangnya, memasukkan uang pemberian pamannya, lima ratus ribu dan yang lima ratus lagi Ia simpan didalam lemari. tak lupa handphonenya juga ia bawa.
Rena keluar rumah dengan terburu-buru. lalu mengirim pesan kepada Amy agar tak menjemputnya hari ini.
"Mi, jangan jemput aku hari ini ya, aku ada urusan sedikit. nanti kalau pamanku ada bertanya, tolong katakan kalau aku sedang kuliah. please."tulis pesan itu kepada Amy.
"ok. tapi kamu mau kemana?" balasan dari Amy.
"aku belum bisa katakan sekarang" balas Rena.
"okelan. hati-hati ya? kabari aku jika kamu menemukan masalah." balasan dari Amy.
"ok. makasih ya my best friend". balas Rena.
"ok.." balasan Amy.
saat sedang berjalan digang komplek, tanpa sengaja Rena berpapasan dengan tante Marti.
dadanya kian bergemuruh. Rena berusaha tenang. mengatur nafasnya.
"Tante." ucap Rena, kikuk seperti seseorang yang akan tertangkap basah melakukan kesalahan.
"iya, kok, kamu sepagi ini sudah berangkat kuliah?" ucap Tante Marti, seraya melihat arloji ditangannya yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi.
"i...iyaa. tante, ada kelas tambah pagi ini, untuk mata kuliah psikologi pendidikan." ucap Rena ber-alibi.
"Amy, temen kamu mana? biasanya dia jemput kamu?" ucap Tante Marti penasaran.
"emmm..dia sedang keluar kota dengan keluarganya tante. jadi tidak masuk kuliah." jawab Rena sedikit gemetar. takut ketahuan jika sedang berbohong.
"oh..ya sudah, tante kira kamu ada masalah dengan dia." ucap Tante Marti seraya tersenyum.
" gak ada kok tante. hubungan pertemanan kami baik-baik saja." ucap Rena seraya mengulurkan tangannya ingin salim.
tante Marti menyambut uluran tangan tangan Rena.
"saya berangkat kuliah dulu ya tante."ucap Rena. seakan ingin segera menghilang dari hadapan tante Marti. karena ia takut keceplosan ngomong, jika berlama-lama meladeni tante Marti.
"ya sudah. hati-hati dijalan" balas tante Marti singkat. lalu melanjutkan joggingnya.
Rena segera berlalu, ia sedang terburu-buru. lalu menyetop sebuah Betor yang melintas. meminta kepada abang Betor untuk mengantarnya keloket bus.
****
Rena sudah berada didalam bus, sekitar setengah jam lagi Ia akan sampai di Tebing Tinggi.
"sayang.. aku sebentar lagi sampai. kamu harus sudah berada disimpang saat aku sampai." Rena mengirim pesan kepada Bernard.
"oke" balasan singkat dari Bernard.
**
Rena telah sampai di simpang Medan, simpang masuknya kota Tebing tinggi.
Rena meminta kondektur bus menghentikan busnya.
"pinggiiir bang." teriak Rena kepada sang kondektur.
"pinggiiiiir" teriak sang kondektur kepada pak sopir, seraya mengetuk badan bus dengan batu kerikil sebanyak tiga kali.
ketukan batu kerikil adalah kode antara kondektur dan sang sopir pada bus mini.
sopir menghentikan laju busnya. Rena segera beranjak dari kursi penumpang.
"terimakasih bang." ucap Rena seraya menuruni badan bus.
"maaaaajuuuu.."teriak kondektur, dan pak sopir bergerak melajukan busnya.
Rena melihat Bernard telah berada disimpang, bersama para ojek dan abang betor yang akan menjemput rezeki dengan setiap penumpang yang turun dari angkutan umum.
"diiiik..sini dik..mau kemana?" teriak para ojek dan abang betor yang mangkal di simpang.
Rena menggelengkan kepalanya, seraya melempar senyum kepada para abang ojek dan abang betor.
"sudah ada yang jemput bang, maaf ya?" ucap Rena sopan.
para abang ojek dan abang betor merasa kecewa, karena gagal mendapatkan sewa penumpang
"ayo, jawab Bernard" seraya menghidupkan mesin motor bututnya. yang diikuti tatapan para abang betor dan tukang ojek.
tatapan mereka seperti tanda tanya yang tidak dapat diartikan. bisa jadi mereka sedang berfikir, apakah Rena Bernard sepasang kekasih atau hanya hubungan adik dan kakak.
"iya."jawab Rena singkat. hatinya sudah geram ingin menanyakan hal yang sudah dirangkainya sejak kemarin.
Rena naik ke boncengan belakang. kali ini Ia tak ingin memeluk pinggang Bernard.
motor Bernard melaju membawa kesebuah alun-alun kota Tebing tinggi. disana banyak terdapat penjual makanan.
"kita disini saja." ucap Bernard. lalu memarkirkan motornya.
"iya." jawab Rena datar.
Bernard mencari kursi yang sudah disediakan oleh pedagang makanan. tepatnya dibawah pohon nan rindang. lalu mereka duduk dikursi itu.
"pesan apa mbak?" sapa seorang pedagang, yang lapaknya mereka pilih sebagai tempat duduk.
"mie cup dua bang, sekalian teh botol dua, yang dingin ya bang"ucap Rena. kepada pedagang wanita tersebut. perkiraan umur empat puluhan tahun.
"baik mbak. ditunggu pesanannya ya mbak." ucap pedagang itu. seraya berlalu pergi, menyiapkan pesanan.
"kamu mau bicara apa?" sepertinya ada hal yang penting". ucap Bernard santai.
tak tampak sedikitpun dimatanya rasa bersalah karena sudah mengabaikan Rena selama seminggu ini.
"apa kamu tidak sadar sudah berbuat salah?" ucap Rena sedikit meninggi.
"emang aku salah apa?" balas Bernard tanpa wajah bersalah.
"kamu bilang apa? sudah seminggu kamu mengabaikanku. dan kamu tanya apa kesalahan kamu?" ucap Rena sedikit berang. namun mengontrol nada suaranya, agar tak didengar yang lain.
"kan sudah kujelaskan, hp ku rusak. baru selesai diperbaiki."ucap Berbard meyakinkan.
"bukan karena kamu main perempuan?" ucap Rena sinis.
"kamu sengaja mengabaikanku karena kamu ketempat pelacurankan? ucap Rena meluncur saja, tanpa bisa Ia kontrol. air matanya ikut jatuh bersamaan kalimat terakhirnya.
Bernard menatap tajam Rena, matanya tak berkedip.
"trus. kamu dapat info darimana? dari Anju?"jawabnya santai.
Rena terdiam. lidahnya tiba-tiba keluh. tak mampu menjawab pertanyaan Bernard.
"Dia itu hanya iri dengaku. sepertinya Ia menyukaimu saat pertama bertemu, maka Ia mencoba mempengaruhimu." ucap Bernad balik menuding Anju.
"tapi, sebenarnya yang Ia ucapkan itu benar adanya." ucap Bernard tanpa beban.
"a...a..apaa..? ucap Rena seakan tak percaya. matanya kembali mengalirkan bulir-bulir bening dipipinya.
"terus apa? " kamu ingin menjauhiku?" ucap Bernard. dengan tatapan yang begitu tajam, menembus bola mata Rena.
seketika Rena merasakan desiran-desiran darahnya, membelai hatinya yang panas dengan penuh amarah, menjadi serpihan-serpihan rindu dan cinta yang menggebu.
"emmmm...aku memaafkannmu koq. asalkan kamu janji berubah dan tak mengulanginya lagi." kini ucapan Rena berbalik.
sesaat Rena melupakan amarahnya, yang tersisa kini hanyalah cinta, kerinduan, dan ingin berlama-lama dengan kekasihnya. Ia dengan sekejap melupakan rencana awalnya. kini hatinya luluh dengan tatapan mata Bernard.
sehingga tanpa sadar, Rena menyandarkan kepalanya dipundak Bernard.
kini hatinya berganti dengan bunga-bunga cinta yang menghiasi setiap relung hatinya yang tengah berbahagia.
"mbak, ini pesanannya ya?" ucap pedagang wanita itu. lalu meletakkannya diatas meja plastik.
matanya memperhatikan tingkah Rena, yang tengah menyandarkan kepalanya di pundak Bernard. pedagang itu memastikan Bernard dan Rena adalah sepasang kekasih.
tampak dimata pedagang itu ada perasaan heran. mengapa Rena mau menerima pria seperti itu.
"terimakasih bu." ucap Rena, seraya mengangkat kepalanya dan memperbaiki duduknya.
"ini nota Bon-nya ya mbak." ucap pedagang wajita, menyerahkan secarik kertas yamg bertuliskan harga pesanan mereka.
"biar aku yang bayar ya sayang." ucap Bernard mengambil nota bon, dan membayarnya kepada pedagang wanita tersebut.
"terimakasih mas" ucap pedagang itu seraya berlalu meninggalkan mereka, untuk melayani pesanan yang lain.
Bernard membalas dengan mengangguk.
"tumben, kamu yang bayar?" ucap Rena penasaran.
"sebagai bentuk terimakasihku padamu, atas kiriman paket itu." ucap Bernard.
Rena melirik pergelangan tangan Bernard.
"kemana arloji yang aku berikan ke kamu?" ucap Rena menyelidik, karena Ia tak melihat Bernard memakainnya.
"emmmm..diminta ibuku, katanya cantik. jadi ya aku berikan. apa kamu marah sayang?" ucap Bernard yang masih terus menatap mata Rena.
"ya..ya.. enggaklah sayang, masa iya aku marah. jika ibumu senang aku akan sangat merasa tersanjung." ucap Rena sumringah.
"iya, ibu bilang terimakasih." ucap Bernard lagi.
"iya." jawab Rena. kini iya semakin yakin jika Bernard benar-benar mencintainya.
"sudah kembang ne mie-nya, kita makan yuk?" ucap Rena.
Bernard mengangguk menyetujui. lalu menyantap pesanannya.
"oh, ya sayang, mengapa kamu belum membawaku kerumah orangtuamu? ucap Rena.
karena sudah dua kali bertemu, Bernard belum juga mengajaknya bertemu dengan orang tuanya. setidaknya Rena bisa tau dimana tempat tinggal Bernard.
Bernard hampir tersedak mendengar ucapan Rena.
"belum saatnya sayang, nanti jika waktunya tepat, aku akan mengajakmu menemui orangtuaku." ucap Bernard meyakinkan.
setelah menyelesaikan santapannya. Bernard meraih jemari tangan Rena. mengusapnya lembut. sehingga Rena merasa dicintai.
usapan tangan Bernard dijemarinya, membawa desiran-desiran cinta yang begitu syahdu. melupakan segala kesalahan yang telah dilakukan Bernard terhadapnya.
"aku menerima kamu apa adanya, sayang. meskipun kamu seorang penjahat sekalipun. cintaku hanya untukmu." ucap Rena dengan mantab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Bunda Silvia
maaf ya aq jade's males sama kelakuan rena yang tipis iman sama munafiq
2024-12-08
0
Ali B.U
next
2024-05-15
1
yamink oi
uweekkk
2022-11-11
1