Toni, antarkan kakakmu ke stasiun, sebentar lagi kereta akan berangkat." titah munah kepada Toni yang saat itu baru selesai makan siang.
"iya bu" Toni beranjak dari meja duduknya.
"kak Rena, ayo berangkat" teriak Toni kepada Rena yang masih berada didalam kamar.
kreeek, Rena membuka pintu, lalu menarik roda kopernya yang sudah sarat dengan muatan, Rena hampir membawa semua pakaiannya.
"iya dik. mana ibu? kakak mau berpamitan. ucap Rena kepada Toni yang sudah bersiap mengeluarkan sepeda motornya.
"masih didapur, siapin bekal buat kakak." jawab Toni yang sudah berada di halaman rumah.
munah keluar dari dapur membawa toples segi empat untuk oleh-oleh paman Rasyid, dan bekal kotak nasi untuk rena makan didalam kereta api. harga makanan didalam kereta tentulah mahal, dan Rena harus bisa mengirit pengeluaran.
munah menyerahkannya kepada Rena.
Rena menerimanya, dan memeluk ibunya seraya berpamitan.
netra matanya tak mampu Ia bendung, bulir bening itu akhirnya jatuh juga. Rena mengecup pipi ibunya seraya meminta doa restu agar cita-citanya dikabulkan Allah dan diberkahi ilmu yang bermanfaat.
"jaga dirimu baik-baik diperantauan, jangan lupakan shalat" pesan Munah kepada Rena, isaknyapun tak mampu Ia tahan.
setelah berpamitan, Rena menemui Toni yang akan mengantarnya ke stasiun. Toni membantu kakaknya membawa koper untuk diletakkan didepan, agar Rena tidak kesempitan dudik dijok belakang.
sesampai distasiun, Toni meminta ijin kepada petugas yang berjaga pengecekkan tiket, untuk mengantarkan barang Rena ke dalam gerbong kereta. setelah memeriksa tiket, mereka diijinkan masuk. tiket telah dibeli 2 hari sebelum keberangkatan via online, melalu agen resmi.
kepala kereta telah datang, dan menyatu dengan gerbong, Toni memasuki gerbong yang diikuti oleh Rena, mencari gerbong dan nomor tempat duduk sesuai yang tertera ditiket.
setelah menemukan gerbong dan nomor tiket, Toni meletakkan koper milik kakaknya diatas bagasi kereta diatas kursi penumpang sebelah dinding atas.
setelah itu Toni memberika uang dua ratus rupiah sebagai bekal diperjalanan untuk kakaknya. Rena terharu dengan kebaikan sang adik yang begitu tulus. Meski usia Toni berjarak lima tahun dari usianya, namun pemikirannya jauh lebih dewasa dari usianya. Rena mengucapkan terimakasih dan mengucapkan doa terbaim untuk adiknya.
Toni berpamitan pulang, karena terdengar petugas stasiun memberikan aba-aba bahwa kereta akan segera berangkat. Toni meninggalkan gerbong yang diikuti tatapan Rena yang terus memandangi kepergian adiknya.
tuuuut...tuuut... suara kereta berbunyi dan diiringi getaran dr kereta yang menandakan kereta telah berangkat.
Rena mengambil handphone pemberian adiknya, dan mulai menghubungi nomor contac yang sudah disavenya di phonebook.
satu nama "paman Rasyid"
kriiing..kriiiing..kriing..
"hallo, siapa ini?" terdengar suara berat lelaki paruh baya dari seberang telefon, karena tidak ada nama dalam panggilan tersebut.
Rasyid
"hallo, siapa ini?" terdengar suara berat lelaki paruh dari seberang telefon, karena tidak ada nama dalam panggilan tersehut.
"ini Rena paman, Rena sudah berangkat" jawab Rena mencoba memberitahu bahwa panggilan itu berasal darinya.
"ooo.. Rena, sudah sampai mana kamu Ren?"
"baru berangkat, paman." mencoba menelisik sudah berada di daerah mana Ia melintas.
"oh, iya, nanyi kalau sudah sampai stasiun Medan kabari paman ya" dengan nada perintah kepada Rena.
"iya, sudah dulu ya, paman. takutnya battrei nanti habis. Assalammualaikum, paman. Rena ingin mengakhiri sambungan teleponnya.
"iya, wa'alaikum salam. hati-hati dijalan" . paman Rasyid menutup sambungan telefonnya.
Rena memasukkan handphone-nya kedalam tas kecil tali selempang, tas dengan harga murahan itu mampu menampung beberapa barang kecil, seperti handphone, bedak padat plus cermin kecil, untuk selalu melihat apakah riasan wajahnya masih rapi atau sudah berantakan.
diperjalanan, Rena memandangi semua pemandangan yang Ia lewati. pemandangan alam itu mampu mengusir rasa jenuhnya. tak lama rasa kantuk menyerangnya, Ia pun tertidur.
entah berapa lama Rena tertidur, sehingga tanpa disadarinya Ia sudah memasuki kota Medan, ia mencium aroma tak sedap dari lubang kaca kereta (masa era tahun 2008, kereta api belum ada layanan AC-nya).
aroma itu berasal dari samping gerbong kereta yang terus berjalan. Rena memandangi penampakan ternak babi. babi-babi itu diternak oleh warga suku batak yang hidup didaerah pinggiran rel.
"ternyata sudah sampai daerah Mandala. sebentar lagi sampai stasiun pusat". guman Rena dalam hati.
akhirnya kereta sampai distasiun utama, Kota Medan. suara derit rem kereta berbunyi mencicit, dan gerbongpun berguncang lebih keras.
Rena mengambil kopernya yang ada diatas bagasi kereta, tepat diatas kepalanya. dengan sedikit berjinjit, Ia menggapainya.
terdengar suara petugas stasiun, memberikan aba-aba dan peringatan melalui microphone, untuk memeriksa barang bawaan penumpang.
Rena bergegas turun, berdesakan dengan penumpang lain. setelah keluar dari gerbong, Rena menarik pegangan koper, agar memudahkannya untuk dibawa, karena koper memiliki roda.
sesampainya didepan pintu gerbang stasiun, Rena memesan betor (becak motor). salah satu angkutan khas Sumatera Utara.
becak itu mampu mengangkut barang dan beberapa orang.
terjadi tawar menawar harga ongkos antara Rena dan pengemudi betor. setelah menyepakati harga, Rena bergegas naik, dan melanjutkan perjalanan kerumah paman Rasyid, seraya menikmati keindahan dan gemerlapnya kota Medan dimalam hari. Ia begitu mengagumi kota Metropolitan ini.
sepanjang perjalanan, Ia terus memperhatikan gedung-gedung pencakar langit yang berdiri tinggi menjulang. pusat perbelanjaan yang tersebar dimana-mana, baginya semua itu hal uang begitu mengagumkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-07
1
Nikodemus Yudho Sulistyo
NALA mampir sampai bab 2.
2022-11-28
2
Ganuwa Gunawan
kira kira berpa harga tas nya s Rena thor?
2022-11-24
1