kegelisahan hati
Rena menutup pintu kamarnya, setelah paman Rasyid pergi untuk makan malam.
l
Rena membuka laptop pemberian pamannya. hatinya sangat bahagia, tak mampu Ia lukiskan. jika Ia membayangkan kehidupannya, tak mungkin Ia mendapatkan semua ini. mungkin inilah yang dikatakan, kalau sudah rezeki, tidak akan tertukar dan semua sudah tertakar.
laptop itu tentu barang yang sangat mahal untuknya. apalagi ibunya hanya bekerja berjualan kue yang dititipkan dari warung kewarung. paman Rasyid sudah banyak membantu ibunya. itu karena ibunya sudah menjadi seorang janda. ayah Rena sudah meninggal dunia sejak usianya masih lima tahjn, saat itu ibunya sedang mengandung Toni, adiknya. ayahnya meninggal dunia saat sedang berada diperantauan, yang bekerja sebagai pembuka lahan perkebunan kelapa sawit untuk sebuah PT.
laptop ini, membuat semangatnya untuk berkuliah begitu ber-api.
Rena mendwonload aplikasi yang Ia butuhkan, sebagai pendukung perkuliahannya, seperti pdf, dan lain sebagainya.
danbtak lupa Ia juga dowmload aplikasi biru, salah satu media sosial yang belum begitu booming untuk saat ini.
aplikasi itu, hanya sebagian orang saja yang menggunakannya.
Rena sering menggunakannya saat dikampung halaman dengan pergi ke warnet (warung internet) dengan hitungan per jam-nya tiga rihu rupiah. tetapi sekarang, Ia mampu menggunakannya sepuasnya, kapanpun Ia mau, karena Ia sudah memiliki laptop sendiri.
Rena membuka aplikasi biru tersebut, memasukkan account dan kata sandinya.
sesudah terbuka, terlihat ada banyak notifikasi yang masuk.
mata Rena tertuju pada lima pesan di-inboknya.
pemilik akun fake itu juga sedang online.
"hai, manis" sapa sebuah akun fake pada Rena.
"boleh kenalan?" tulis akun fake itu lagi dipesan keduanya.
"namaku Bernard" tulis akun itu lagi, mencoba memperkenalkan diri.
"kamu lagi apa?" tulis akun itu mencoba sedikit perhatian.
"jangan lupa makan ya? " tulisnya lagi, semakin sok kenal dan sok akrab.
Rena membaca pesan itu, dengan suasan hati yang tak mampu dilukisnnya. hatinya bergetar, ada sesuatu yang mengaganjal hatinya. rasa desiran-desiran yang tak mampu Ia cerna dengan akal fikirannya. hati menjadi gelisah sejak menerima pesan masuk itu.
"ada apa dengan perasaanku? mengapa aku merasa dekatnya dengannya? sedanhkan aku belum tau siapa dia. bahkan tidak ada foto profil di akunnya.
****
"siapa dia?" Rena bermonolog sendiri.
desiran-desiran dihatinya begitu nyata. jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, dan Ia gugup tanpa mengetahui apa sebabnya.
hatinya diliputi kegelisahan, entah apa yang sedang merasukinya.
"Rena, ayo makan malam" suara paman Rasyid membuyarkan kegelisahannya.
"ya paman, bentar lagi" jawabnya, dengan nada suara sedikit bergetar.
"ya sudah, paman makan dulu" ucap paman Rasyid.
"iya paman" jawab Rena, seraya menutup laptonya. rasa segan menepis semuanya.
Rena bergegas menuju meja makan, bergabung dengan paman Rasyid dan tante Marti.
sejak Ia sampai dirumah itu, Ia belum bertemu dengan bibi Marti, dan baru bertemu saat ini. saat makan malam.
"assalammu'alaikum tante, apa kabar?" sapa Rena kepada Marti, seraya menjulurkan tangannya ingin salim.
"wa'alaikum salam. alhamdulillah baik, ayo makan" balas tante Marti.
"iya tante" ucap rena disertai anggukan.
dimeja makan telah tersedia menu makanan khas sumatera Utara, berupa soto Medan. masakan ini terbuat dari santan dengan bumbu rempah-rempah khas nusantara, disertai santan. bahan utamanya ialah ayam goreng yang disuwir, taoge, dan topping bawang goreng serta irisan seledri.
menu lainnya berupa rendang ayam dan tumis kangkung.
sederhana, namun menggugah selera.
bagi paman Rasyid, masakan apapun akan disantapnya, meski memiliki ekonomi yang mapan, namun selera makannya tetap makanan khas daerah.
saat makan malam usai, Rena tidak melihat keberadaan bang Nisar beserta istri dan anaknya. Nisar adalah abang sepupunya sekaligus pewaris tunggal dari keluarga ini, karena Ia adalah tunggal.
"bang Nisar dan keluarganya kemana tan?" ucap Rena kepada tante Marti.
"sedang berada di Penang, Malaysia, mengurusi bisnisnya sekaligus mengajak anak dan istrinya". balas tante Marti.
"ooo.. pantesan sepi". ucap Rena.
Tante beranjak pergi meninggalkan meja makan, diikuti juga oleh paman Rasyid. mereka menuju peraduannya untuk melepas lelah.
"eheem" sapa sebuah suara dari belakang arah dapur.
Rena yang saat itu akan membereskan sisa makanan, menoleh ke sumber suara. Rena melihat tante Aning, adik ibunya berada dibelakangnya.
"tante Aning, apa kabar?" sapa Rena ramah.
"baik. piring kotornya sekalian dicuci, dah numpang jangan ngelunjak". jawab Aning ketus, dengan raut wajah masam.
"iya tante". jawab Rena dengan senuum datar.
Rena segera mebereskan piring kotor dan mencucinya.
setelah selesai dengan pekerjaannya, Rena masuk kekamar merebahkan tubuhnya dikasur dan berniat akan tidur.
namun sesuatu sesuatu seperti mencegahnya. hatinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal hatinya, namun Ia tak mengerti dengan perasaannya. hatinya kosong. seperti kehampaan yang merindui seseorang.
Ia membuka laptopnya kembali, membuka aplikasi biru sebagai media sosial yang belum begitu populer ditahun 2008.
Rena membuka kembali pesan masuk dari akun fake yang mengiriminya pesan.
hati-hatinya terasa seperti seorang musafir yang kehausan ditengah padang pasir. berharap seteguk air untuk melepaskan dahaganya, dahaga kerinduan.
tak ada pesan lagi, dan akun itu juga tidak aktif. hatinya semakin gelisah, uring-uringan. berharap si pemilik akun mengiriminya pesan lagi.
entah syetan darimana, Rena mencoba membalas pesan itu.
"hai" satu kata yang Ia ketik, dengan debaran-debaran hati yang beritme turun naik.
lama Rena menunggu, tak ada balasan. matanya menatap nanar layar laptop uang tertuju pada pesan masuk. namun hingga tiga jam lamanya tak ada juga balasan. hingga akhirnya Rena mengantuk dan tertidur sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-08
1
maharastra
emm,apa Rena blm pernah,falling in love..ini utk pertamakalinyakah
2023-03-17
0
anggita
rendang ayam, tumis kangkung👍
2022-12-19
1