"Rena ya?" ucap.Anju memastikan.
"iya. ini bang Anju kan?" balas Rena dengan nada yang ramah.
"he..eh.." jawab Anju singkat.
meski baru pertama kali bertemu, namun seperti akrab. karena sudah berkomunikasi via telefon
"kamu yakin ingin bertemu dengan Bernard?" ucap Anju dengan nada keraguan.
"iya bang. kalau bukan untuk menemuinya, buat apa saya jauh-jauh datang kemari. bahkan sampai bos kuliah segala." ucap Rena dengan nada mantab.
"ya sudah, jika kamu sudah memantabkan hatimu. semoga apa yang yang kamu bayangkan sesuai dengan harapan."ucap Anju.
"aamiin." jawab Rena kembali.
"ya sudah, ayo naik keboncengan. biar aku pertemukan kamu dengan Bernard." titah Anju kepada Rena.
"ok." jawab Rena, dengan nada tak sabar untuk bertemu dengan orang yang selama ini dirkndukannya.
Anju melajukan motornya, membelah kota Tebing Tinggi.
mereka membisu disepanjang perjalanan.
"masih jauh lagi bang?" ucap Rena memecahakan kebisuan.
"bentar lagi sampai. sabar saja" jawab Anju.
tak selang berapa lama, Anju menghentikan motornya. mereka Tiba disebuah pabrik yang tidak begitu besar. seperti bangunan ruko tiga pintu. disanalah Anju dan Bernard bekerja.
"kita sudah sampai mbak." ucap Anju.
"oh.." jawab Rena sekenanya. seraya memandangi bangunan pabrik pembuatan Roti.
"mbak tunggu disini saja ya? saya panggilkan Bernard sebentar." ucap Anju lagi.
"iya, jangan lama-lama ya bang? soalnya takut juga berdiri sendirian disini."ucap Rena dengan nada khawatir.
"iya, sebentar saja koq. jangan pergi kemana-mana sebelum saya datang." ucap Anju menegaskan.
Rena menganggukan kepalanya, tanda menyetujui.
Anju berjalan keraha belakang ruko, melalui samping bangunan.
tiba-tiba Rena teringat ibunya.
"bagaimana jika ibuku dan paman Rasyid mengetahui aku bolos kuliah? mungkin mereka akan marah besar. apalagi karena aku menemui laki-laki yang tidak kukenal." Rena berguman lirih.
tampak dikejauhan, Anju muncul dengan seorang pria. seumuran anak SMP.
"siapa pria itu? masa iya itu Bernard? kenapa seperti anak SMP?" Rena bertanya pada hatinya.
taksiran Rena, pria yang beesama Anju hanya memiliki tinggi seratus lima puluh, dengan betat badan sekitar empat puluh kilo. berat yang sangat tidak ideal untuk ukuran tinggi seorangmpria dewasa.
akhirnya dua pria itu sampai dilokasi Rena menunggu.
"ini cewek yang kubilang ingin menemuimu." ucap Anju menjelaskan kepada pria disampingnya.
pria itu menatap tajam kepada Rena tanpa berkedip.
Rena yang ditatap nervouse.
keduanya hanya diam tak saling sapa.
"aku pergi dulu ya mbak, mau melanjutkan pekerjaan yang tertunda." ucap Anju berpamitan.
"terimakasih ya bang. maaf merepotkan. ucap Rena tulus.
"iya, tak apa. lain kali jika memerlukan bantuan, jangan sungkan. balas Anju seraya pergi meninggalkan mereka.
"emmmmm..ka..kaa..mu yang bernama Bernard ya?" ucap Rena dengan nada bicara yang bergemuruh. Ia yakin pria dihadapannya benar Bernard.
pria itu tersenyum penuh licik sedari tadi matanya terus menatapi Rena dengan buas.
"kenapa? kamu menyesal bertemu denganku? karena aku tak seperti yang kamu bayangkan?" jawab pria itu dengan sorot mata yang sangat tajam..
sseeerrr...seketika darah didada Rena berdesir, memompa jantung lebih cepat.
"bu..bukan begitu maksudku." ucap Rena tergagap.
Ia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. bukannya berlari sembunyi, karena yang ditemuinya berbalik tiga ratus enam puluh derajat dari bayangannya. tetapi memiilih bertahan.
"mengapa kamu menemuiku?" tanya Bernard.
"karena aku penasaran." jawab Rena. singkat.
"heh..bukan karena kamu terlalu bernafsu mencintaiku? sehingga kamu mengejarku." ucap Bernard merendahkan.
"hah..? bukan seperti itu." ucap Rena mencoba menjaga harga dirinya.
"bohong..! katakan dengan jelas jika kamu mengejarku.!" ucap Bernard mengintimidasi Rena.
"aku tidak tahu..! dengan perasaanku." jawab Rena melemah.
"hahaha.. benar dugaanku. kamu ternyata tergila-gila padaku." ucap Bernard dengan penuh kemenangan.
"emmmm..iya." ucap Rena lirih. Ia tak mampu menahan bibirnya untuk mengatakan isi hatinya. meskipun kenyataannya pria yang dihadapannya tak setampan dan tak segagah dugaannya.
"baiklah, kuterima pengakuan cintamu. namun kamu harus menuruti segala keinginanku. apa kamu mengerti?" ucap Bernard dengan over Pede-nya.
"iya." jawab Rena lirih.
kini hatinya menghamba, mendamba cinta yang tak pernah Ia bayangkan sebelumnya.
apakah Ia sudah buta? buta oleh perasaan dengan cinta buta. dimana jika orang yang berfikiran normal, tentulah pria seperti Bernard bukanlah pilihan yang utama.
dari segi fisik saja Bernard, Bernard bukan type pria yang bisa dibanggakan.
apa jadinya jika teman-temannya mengetahui bahwa Rena menggilai pria seperti itu. bisa jadi Rena menjadi bahan candaan.
entahlah. hatinya sudah tertup cinta buta. sehingga tak lagi mampu membedakan yang mana batu berlian dan yang mana batu kerikil.
dimatanya saat ini, Bernard adalah pria tampan nan rupawan, dan yang terbaik buat hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Bunda Silvia
ada hikmahnya si bos marahin aq kalo pasang foto di medsos salah satunya ya ini kejahatan mata kaum Adam sampe di pelet
astghfirullah hal'adzim
2024-12-08
0
Ali B.U
next,
2024-04-08
1
Alby Upy
q jadi ikut takut sendiri...
2023-12-04
0