"tapi saya mau memasak buat makan malam bang. lagian kamar ataskan masih ada satu lagi yang kosong dan sudah bersih. mengapa tidak diatas saja?" Aning bersikeras menolak membersihkan kamar itu.
"Rena sengaja abang beri kamar disamping, agar jika Marti memerlukan sesuatu tidak repot turun naik tangga. sudahlah, jangan membantah. nanti abang tambah gajimu." ucap Rasyid menegaskan, dan mencoba menyudahi perdebatannya dengan Aning.
"iya..iya.. emangnya berapa lama sinRena menginap disini bang? " Aning mencoba melunak, karena mendengar tambahan gaji.
"sampai kuliahnya selesai". ucap Rasyid.
"ha??. kuliah? terus siapa yang biayain kuliahnya? kan mbak Munah gak punya duit" ucap Aning sedikit ketus.
"ya abanglah Ning. sudahlah, abang mau siap-siap shalat ashar. jangan lupa bersihkan kamarnya" Ucap Rasyid, mengeskan kembali kepada Aning.
"iya. jawab Aning semakin kesal. wajahnya sudah terlihat masam.
dengan perasaan jengkel, Aning membersihkan kamar itu. kamar berukuran tiga kaki empat meter itu terlihat luas. semua fasilitasnya sudah tersedia. ranjang dengan bed empuk, kamar mandi, lemari jati tiga pintu dengan ukiran khas-nya, serta meja belajar dannrak-rak buku yang tertata rapi.
Aning, mengambil sprei, memasangkannya pada bed tersebut. meski sebenarnya hati sangat kesal, namun Ia terpaksa melakukannya. itu semua demi agar Ia bisa tetap tinggal dirumah itu.
"enak bener tu si Rena. sudah numpang, dibiayain kuliah lagi sama bang Rasyid" Rena menggerutu sendiri.
"coba kalau aku punya anak, aku juga minta anakku dikuliahin sama bang Rasyid. dari dulu bang Rasyid tampak pilih kasih antara aku dan mbak Munah" gerutu Aning kembali, dengan wajah yang begitu masam dan hati penuh kekesalan.
stelah selesai membereskan kamar, Aning kembali kedapur untuk melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.
tak terasa hari mulai merangkak gelap. terdengar lantunan adzan maghrib yang menenangkan hati, mengumandangkan seruan kepada umat muslim agar beribadah shalat, bersujud pada pencipta-Nya.
Rasyid bersiap-siap pergi ke mesjid, melakukan shalat berjamaah. mesjid itu hanya berjarak limah puluh meter dari rumahnya, sangat dekat ditempuh berjalan kaki.
tok..tok..tok.. terdengar suara ketukan pintu dari luar.
Rasyid yang sudah berada didepan pintu hendak ke mesjid, langsung membukanya, dan melihat Rena sudah sampai.
Rena mengulurkan tangannya untuk salim dan meletakkan punggung tangan lelaki itu kekeningnya. adab dan akhlak yang selalu diajarkan Munah kepada anak-anaknya agar menghormati yang lebih tua.
"lho, koq kamu gak ngabari sudah sampai stasiun tadi?
kan paman bisa suruh supir untuk menjemputmu". ucap Rasyid kepada Rena, seraya mengulurkan tangannya.
"assalammualaikum paman" ucap Rena.
wa'alaikumsalam". balas Rasuid, pada ponakannya itu.
"gak apa-apa paman. Rena emang pengen naik betor, sekalian melihat-lihat suasana kota Medan dimalam hari". ucap Rena dengan polosnya.
"ya sudah masuk, mandi dan shalat maghrib. paman mau kemesjid. oh ya, kamarmu disebelah paman" Rashid mencoba menjelaskan kepada Rena.
"iya paman" balas Rena disertai dengan anggukan.
Rasyidpun keluar rumah, menuju mesjid, untuk melakukan shalat maghrib berjamaah.
Rena, memasuki rumah, terlihat sepi. kemana para penghuninya? bathin Rena.
"mungkin mereka sedang shalat maghrib". bathin Rena kembali.
Rena bergegas menuju pintu kamar, dan membukanya. semua sudah tertata rapi dan harum. hawa dingin yang berasal AC membuatnya sedikit menggigil, maklumlah, dirumahnya Ia hanya menghunakan kipas angin.
maka hawa dingin AC membuatnya menggigil, serasa hidup dikutub bagi Rena.
Rena mengambil remote, dan menurunkan frekuensinya.
hari ini Ia tak bisa melakukan kewajibannya shalat, karena ia sedang menstruasi.
Rena bergegas mandi. menyalin pakaiannya, rasanya segar kembali. setelah selesai mandi dan menyalin pakaiannya, Ia pun merapikan pakaian dalam kopernya, menatanya dilemari jati yang sudah tersedia. setelah selesai, Ia mencoba merebahkan tubuhnya diranjang yang empuk dan wangi.
melihat ke langit-langit kamar, dan merenungi nasibnya, yang dianggapnya sangat beruntung, memiliki seorang paman, seperti paman Rasyid.
"Ren" terdengar suara paman Rasyid memanggilnya, membuyarkan lamunannya.
"ya, paman" . sahutnya dari dalam, dan mencoba bangkit untuk menemui pemilik suara.
kreeek..
pintu dibuka, paman Rasyid sudah berada didepan pintu, dan menenteng sebuah laptop.
"ini untukmu, agar memudahkanmu untuk perkuliahan nanti". seraya memberikan laptop yang dipegangnya.
"terimakasih paman, Rena berjanji akan serius kuliah, agar menjadi orang yang berguna kelak". ucap Rena, suaranya bergetar, karena menahan haru, atas semua kebaikan yang diberikan paman kepadanya. tak terasa, bulir-bulir sebening kristal jatuh tanpa mampu ditahannya.
"jadilah anak yang bisa kubanggakan, jangan mengecewakanku dan ibumu" balas Rasyid,dan mengelus kepala keponakannya dengan kasih sayang.
Rena menjawab dengan anggukan.
"ya sudah, ayo makan malam". ucap paman Rasyid, dengan nada ajakan.
Rena menjawab lagi dengan anghukan, karena iya tak mampu mengeluarkan kata-kata. hatinya mengharu biru.
"Ya. Rabb..terimakasih atas segala nikmat yang engkau berikan pada hamba." ucapnya tanda syukur yang tak henti Ia ucapkan.
"ibu, aku akan mewujudkan semua impianmu." janji Rena dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-04-08
1
Ganuwa Gunawan
enak emen ya punya mamang kaya mang Rasyid
2022-11-24
4
Unyil 🤭
Rena the best 👍👍👍👍👍
2022-11-12
1