episode 15 Ancaman

"astaghfirullah." ucap Rena seraya tersentak kaget saat sedang asyik berpagut bibir.

"kenapa sih? kamu gak mau aku sentuh ya?" ucap Bernard dengan kesal.

"bukannya begitu. kitakan belum ada ikatan." ucap Rena lirih.

"alaah..noraak banget sih kamu." ucap Bernard dengan nada meninggi.

"taa..ta..pi..kan." ucap Rena tergagap, gak mampu melanjutkan kata-katanya.

entah bisikan apa yang segera menyadarkannya. bahwa Ia melakukan dosa.

"apa..apanya? ya sudah, kamu jangan pernah menemui saya lagi." ucap Bernard dengan nada kesal.

"maafin aku. aku hanya kita tidak ingin berbuat terlalu jauh." jawab Rena. mengingatkan.

Bernard terdiam sejenak. memikirkan sesuatu.

"apa mantraku tidak bekerja ya? mengapa Ia begitu cepat sadarnya?" Bernard berguman dalam hati.

"kamu marah ya?" ucap Rena lirih.

sebenarnya Ia tak mampu untuk berlama-lama mendiamkan Bernard. hatinya kian gelisah.

"ya.. sudahlah." ucap Bernard datar.

sebenarnya, kalau boleh jujur diakui Rena, dalam hatinya Ia menginginkan cumbu rayu, dari Bernard.

"anterin aq kesimpang ya. aku mau pulang." ucap Rena ragu.

hatinya berperang melawan antara nafsu dan harga diri.

"pergi sendiri saja." ucap Bernard ketus.

"aku kan tidak hafal daerah sini." ucap Rena. matanya mulai berkaca-kaca. antara kecewa dan cinta.

"ya sudah, aku anterin." ucap Bernard mulai melunak.

"terimakasih." ucap Rena. lirih."

"tapi ada syaratnya." ucap Bernard penuh kelicikan.

"sya..syaarat..apa?" ucap Rena terbata-bata.

"syaratnya mudah. jika tak mau. ya sudah, pergi sendiri saja." ucap Bernard mengancam.

Rena tampak berfikir. jika tak menuruti, maka Ia harus pergi sendiri untuk mencari simpang bus. sementara Ia tidak mengenal daerah ini.

"apa syaratnya?" ucap Rena penuh keraguan.

"beri aku ciuman." ucap Bernard seraya menempelkan jari telunjuknya dibibir.

pilihan yang sulit, seperti buah simalakama.

"baiklah." ucap Rena mengalah. jika berdebat mungkin akan membahayakan dirinya.

"mendekatlah padaku." ucap Bernard dengan tatapan yang tajam menghujam jantung.

Rena mendekat kembali kepada Bernard. Bernard mencengkramnya dengan kuat, agar Rena tak dapat melawan. dengan liciknya, pria brengsek itu mencumbui Rena.

****

"ayo. aku anterin pulang." ucap Bernard dengan senyum kemenangan. Ia berhasil menaklukkan gadis malang dengan sedikit ancaman dan mantra peletnya.

"iya." jawab Rena dengan anggukan.

mereka berdua keluar dari cafe. menuju area parkir.

sepasang mata memperhatikan mereka sejak tadi. hatinya begitu perih.

"kamu tunggu disini. aku ambil motor dulu." ucap Bernard kepada Rena. seraya melangkah menuju area parkir khusus sepeda motor.

"iya." Ucap Rena seraya mengangguk.

Bernard datang dengan motor bututnya, disertai suara bising knalpot. siapan saja mendengarnya akan merasakan jengkel, karena mengganggu pendengaran.

"ayo naik. pegangan pinggangku. duduk yang rapat." ucap Bernard dengan nada perintah.

"aku malu diliatin orang." ucap Rena lirih.

"kalau kamu malu, ya sudah. pulang sendiri saja sana." Bernard berang. dengan nada penuh kekesalan.

huuuuuff...heeeemmm.. Rena menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. hatinya tiba-tiba saja bergemuruh. Rasa rindu tiba-tiba saja muncul tanpa diundang.

"mengapa tiba-tiba saja merinduinya, padahal orangnya kan ada dihadapanku" ucap Rena dalam hatinya.

hatinya kian berkecamuk. detak jantungnya semakin kencang tak beraturan. debaran-debaran cinta selalu datang disaat Ia mulai membantah perintah Bernard.

"apa sebenarnya yang terjadi denganku? mengapa aku selalu menuruti semua keiinginannya. tolong aku ya Rabb.." ucap Rena dalam hatinya.

"buruan naik, pake acara melamun segala." ucap Bernard menyadarkan Rena.

Rena yang sedang melamun, sampai tersentak dengan omelan Bernard.

"i.. iiya." ucap Rena. seraya naik boncengan motor Bernard.

"peluk yang kuat." ucap Bernard dengan ketus. seperti sedang tak senang hati.

Rena lalu memeluknya. tak ada perlawanan.

ditengah perjalanan, motornya tiba-tiba saja mati mesin.

Bernard turun untuk memeriksanya.

"turun bentar." ucap Bernard kepada Rena.

"iya." jawab Rena singkat.

lalu Ia turun dari motornya, diikuti oleh Rena.

setelah memeriksanya, ternyata kehabisan bensin. Bernard melihat pedagang bensin eceran didepannya. Ia lalu mendorong motornya, yang diikuti Rena dibelakangnya.

"mengapa aku menyukainya. ada apa denganku?" ucap Rena membatin.

" apa yang membuatnya istimewa? aku tak pernah tau. rasa itu hadir begitu saja tanpa diundang." Rena berguman dalam hatinya.

"bang. dua botol bensinya ya?" ucap Bernard kepada penjual bensin tersebut.

"oke. bang." jawab penjual bensin, lalu mengambil corong dan botol bensin. menuangkan ke tangki minyak motor Bernard.

"berapa bang?" ucap Bernard kepada penjual bensin.

"lima belas ribu bang." jawab si penjual bensin menjelaskan.

"Ren, ada uangmu lima belas ribu?" ucap Bernard kepada Rena tanpa ada sedikitpun rasa malu. dimana, saat dikantin tadi, Rena juga yang membayar makanannya.

"ada." ucap Rena, seraya merogoh dompetnya. Ia seperti mematuhi saja apa perintah Bernard.

"ini bang. uangnya." ucap Rena seraya menyerahkannya kepada sipenjual bensin.

"terimakasih dik." ucap sipenjual bensin dengan tersenyum ramah.

sepasang mata dikejauhan, masih mengamati mereka. Ia membuntuti keduanya sejak meninggalkan lokasi pabrik tadi.

"ayo naik."perintah Bernard kepada Rena.

"iya." jawab Rena menuruti ucapan Bernard.

****

"sudah sampai disimpang. turunlah." ucap Bernard kepada Rena. seolah- olah seperti meminta Rena segera pergi.

"iya." ucap Rena seraya turun dari boncengan. Ia juga tidak mengerti, mengapa Bernard begitu ketus. padahal berbeda dengan hati Rena, yang kini sedang berbunga-bunga.

"Ren, bagi aku uangmu? buat jaga-jaga dijalan. aku lupa bawa dompet. kan kamu tadi lihat sendiri waktu di cafe." ucap Bernard licik.

"aku hanya punya sisa uang dua ratus ribu. kita bagi dua saja ya." ucap Rena mengusulkan.

uang itu Ia dapatkan dari mengerjakan tugas kuliah dan uang saku dari paman Rasyid.

"iya deh. gak apa-apa." ucap Bernard menyetujui. tanpa ada sungkan sedikitpun.

mungkin saja, urat malu Bernard sudah putus. entahlah.

"ini, seratus buat kamu, yang seratus buat ongkos aku naik bus dan makan dijalan." ucap Rena seraya menyerahkan satu lembar uang seratus ribu rupian.

tanpa malu, Bernard mengambilnya.

"terimakasih ya adindaku" ucap Bernard dengan nada sanjungannya. sehingga membuat Rena melayang. katena kelemahan sifat wanita ialah sanjungan atau pujian.

tiiin..tiiin..tiin.. bus mini berhenti.

"Medan..Medan.." teriak sang kondektur bus mini, kepada Rena. Ia telah berdiri sengaja didekat jalan raya, menunggu bis tumpangannya datang.

"iya bang." ucap Rena kepada sang kondektur.

kondektur bus turun dari pintunya.

"ayo naik." ucap sang kondektur kepada Rena.

" aku pulang dulu ya." ucap Rena kepada Bernard.

"oke. jika kau merinduiku, temui aku lagi." ucap Bernard berbisik ketelinga Rena.

"iya." ucap Rena, lalu menaiki bus mini.

"lanjut.." teriak sang kondektur kepada pak supir. lalu bus bergerak laju, menghilang dari pandangan Bernard.

"yeees.." teriak Bernard dengan senyuman liciknya

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next,

2024-04-09

1

yamink oi

yamink oi

uwallah wong Lanang ora duwe isin...

2022-11-11

3

Nih cwok matre.minta d bunuh 😡

2022-10-22

1

lihat semua
Episodes
1 episode 1 ke kota Medan
2 episode 2 Paman Rasyid
3 episode 3 laptop baru
4 episode 4 kosongnya hati
5 episode 5 Pov Bernard foto profil
6 episode 6 seperti hilang
7 episode 7 senyum kemenangan
8 episode 8 Amy
9 episode 9 awal petaka
10 episode 10 Layar kaca
11 episode 11 Pertemuan
12 episode 12 Cinta buta
13 episode 13 cafe
14 episode 14 Permen dan Tisu
15 episode 15 Ancaman
16 episode 16 Oleh-Oleh
17 episode 17 Gemasnya Ariel
18 Mati Rasa
19 Berita dari Anju ***
20 Luluhnya Hati
21 Toni
22 kangen ibu dan Toni
23 episode 23 Hancurnya IPK
24 episide 24 Mencari Rumah Bernard
25 episode 26 Kata Putus
26 episode 27 Hilang Arah
27 Ke Khawatiran
28 Misteri hati Rena
29 Budak Cinta
30 Perangai Buruk
31 Curhat Pertama Rena
32 Rehan
33 Amy dan Arman
34 kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35 kecurigaan Toni
36 Satu Tindakan Pertama
37 Pertemuan Dua Raga
38 Safri Saragih
39 Rekasaya Kehamilan
40 Mandi Peluntur dan 85%
41 Samar
42 Hambar POV Rena
43 Ridwan dan Rehan
44 Gagal Ginjal
45 Buah Tangan
46 Pengejaran Pov Bernard
47 Hai...
48 Bertemunya Dua Hati
49 Dress hijau silky
50 Luka Itu Pov Hanif
51 Sang Malaikat
52 Sang Malaikat
53 Kekasih Amy POV Rena
54 Galau
55 Bertamu
56 Tak Rela
57 pulang kampung
58 Gelap Mata
59 Teror Ghaib
60 lamaran
61 Paman Rasyid koma
62 pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63 Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64 Mereka yang Terluka
65 Kejutan Indah
66 Teror
67 Tak Mampu Menembus Masuk
68 Honey moon dan Wanita Beruntung
69 Bertemu Anju
70 Persaingan Bisnis & Teror
71 Kak Hanan dan Dana
72 Kiriman Boneka Santet
73 Penemuan Boneka Santet
74 Karma berbalik
75 Jebakan
76 Tak tersentuh
77 Diam
78 lahirnya bayi khanza
79 Sofia..si Bayi malang
80 Merahasiakan
81 ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82 Kecurigaan Hanif
83 Terkaman Harimau
84 Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85 Rasa yang melegakan
86 Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87 Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88 Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89 pertemuan tanpa sengaja
90 Tanda Ajal seseorang
91 Pov Paman Rasyid
92 Bernard Berniat Mencari Rena
93 Bernard mengirimkan Santet
94 Merasa Sial
95 Gangguan
96 Ujian
97 Sasaran Baru
98 Rasa Yang Tak Biasa
99 Pencarian Pemungut Sofia
100 Pemerasan
101 Wina Terjebak Cinta Buta
102 Sama Kagetnya
103 Perceraian
104 Cinta Lama Bersemi Kembali
105 Perlahan Abai
106 Enggan Disentuh
107 cinta yang salah
108 Ketika Cinta Diuji
109 Terungkap
110 Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111 Penyembuhan
112 Pertanda Alam
113 Awal Baru
114 titisan
115 Lahirnya Titisan Pemikat
116 Memikat
117 Khanza da Adilla
118 pertemuan Khanza dan Duma
119 menjadi asisten dosen
120 Tak Terkendali
121 Asisten dosen
122 Bar
123 Saingan
124 Rasa
125 eps. 123
126 Draft
127 draft
128 Draft
129 draft
130 dua darah yang berbeda
131 Dia
132 Mimpi itu
133 draft lagilah
134 Dinner Pertama
135 Pemikat
136 tanpa judul
137 Dendam
138 Dendam-2
139 Air Limau
140 Air Limau-2
141 Tak Menduga
142 Undangan Makan Malam
143 Cincin
144 Gelisah
145 Demam
146 Lamaran
147 Demam-2
148 Pulang Kampung
149 Terperangah
150 Semakin Parah
151 Hari Pernikahan
152 Hati Yang Lara
153 Resepsi
154 Akhir
155 Tamat
156 The End
Episodes

Updated 156 Episodes

1
episode 1 ke kota Medan
2
episode 2 Paman Rasyid
3
episode 3 laptop baru
4
episode 4 kosongnya hati
5
episode 5 Pov Bernard foto profil
6
episode 6 seperti hilang
7
episode 7 senyum kemenangan
8
episode 8 Amy
9
episode 9 awal petaka
10
episode 10 Layar kaca
11
episode 11 Pertemuan
12
episode 12 Cinta buta
13
episode 13 cafe
14
episode 14 Permen dan Tisu
15
episode 15 Ancaman
16
episode 16 Oleh-Oleh
17
episode 17 Gemasnya Ariel
18
Mati Rasa
19
Berita dari Anju ***
20
Luluhnya Hati
21
Toni
22
kangen ibu dan Toni
23
episode 23 Hancurnya IPK
24
episide 24 Mencari Rumah Bernard
25
episode 26 Kata Putus
26
episode 27 Hilang Arah
27
Ke Khawatiran
28
Misteri hati Rena
29
Budak Cinta
30
Perangai Buruk
31
Curhat Pertama Rena
32
Rehan
33
Amy dan Arman
34
kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35
kecurigaan Toni
36
Satu Tindakan Pertama
37
Pertemuan Dua Raga
38
Safri Saragih
39
Rekasaya Kehamilan
40
Mandi Peluntur dan 85%
41
Samar
42
Hambar POV Rena
43
Ridwan dan Rehan
44
Gagal Ginjal
45
Buah Tangan
46
Pengejaran Pov Bernard
47
Hai...
48
Bertemunya Dua Hati
49
Dress hijau silky
50
Luka Itu Pov Hanif
51
Sang Malaikat
52
Sang Malaikat
53
Kekasih Amy POV Rena
54
Galau
55
Bertamu
56
Tak Rela
57
pulang kampung
58
Gelap Mata
59
Teror Ghaib
60
lamaran
61
Paman Rasyid koma
62
pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63
Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64
Mereka yang Terluka
65
Kejutan Indah
66
Teror
67
Tak Mampu Menembus Masuk
68
Honey moon dan Wanita Beruntung
69
Bertemu Anju
70
Persaingan Bisnis & Teror
71
Kak Hanan dan Dana
72
Kiriman Boneka Santet
73
Penemuan Boneka Santet
74
Karma berbalik
75
Jebakan
76
Tak tersentuh
77
Diam
78
lahirnya bayi khanza
79
Sofia..si Bayi malang
80
Merahasiakan
81
ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82
Kecurigaan Hanif
83
Terkaman Harimau
84
Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85
Rasa yang melegakan
86
Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87
Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88
Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89
pertemuan tanpa sengaja
90
Tanda Ajal seseorang
91
Pov Paman Rasyid
92
Bernard Berniat Mencari Rena
93
Bernard mengirimkan Santet
94
Merasa Sial
95
Gangguan
96
Ujian
97
Sasaran Baru
98
Rasa Yang Tak Biasa
99
Pencarian Pemungut Sofia
100
Pemerasan
101
Wina Terjebak Cinta Buta
102
Sama Kagetnya
103
Perceraian
104
Cinta Lama Bersemi Kembali
105
Perlahan Abai
106
Enggan Disentuh
107
cinta yang salah
108
Ketika Cinta Diuji
109
Terungkap
110
Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111
Penyembuhan
112
Pertanda Alam
113
Awal Baru
114
titisan
115
Lahirnya Titisan Pemikat
116
Memikat
117
Khanza da Adilla
118
pertemuan Khanza dan Duma
119
menjadi asisten dosen
120
Tak Terkendali
121
Asisten dosen
122
Bar
123
Saingan
124
Rasa
125
eps. 123
126
Draft
127
draft
128
Draft
129
draft
130
dua darah yang berbeda
131
Dia
132
Mimpi itu
133
draft lagilah
134
Dinner Pertama
135
Pemikat
136
tanpa judul
137
Dendam
138
Dendam-2
139
Air Limau
140
Air Limau-2
141
Tak Menduga
142
Undangan Makan Malam
143
Cincin
144
Gelisah
145
Demam
146
Lamaran
147
Demam-2
148
Pulang Kampung
149
Terperangah
150
Semakin Parah
151
Hari Pernikahan
152
Hati Yang Lara
153
Resepsi
154
Akhir
155
Tamat
156
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!