"astaghfirullah." ucap Rena seraya tersentak kaget saat sedang asyik berpagut bibir.
"kenapa sih? kamu gak mau aku sentuh ya?" ucap Bernard dengan kesal.
"bukannya begitu. kitakan belum ada ikatan." ucap Rena lirih.
"alaah..noraak banget sih kamu." ucap Bernard dengan nada meninggi.
"taa..ta..pi..kan." ucap Rena tergagap, gak mampu melanjutkan kata-katanya.
entah bisikan apa yang segera menyadarkannya. bahwa Ia melakukan dosa.
"apa..apanya? ya sudah, kamu jangan pernah menemui saya lagi." ucap Bernard dengan nada kesal.
"maafin aku. aku hanya kita tidak ingin berbuat terlalu jauh." jawab Rena. mengingatkan.
Bernard terdiam sejenak. memikirkan sesuatu.
"apa mantraku tidak bekerja ya? mengapa Ia begitu cepat sadarnya?" Bernard berguman dalam hati.
"kamu marah ya?" ucap Rena lirih.
sebenarnya Ia tak mampu untuk berlama-lama mendiamkan Bernard. hatinya kian gelisah.
"ya.. sudahlah." ucap Bernard datar.
sebenarnya, kalau boleh jujur diakui Rena, dalam hatinya Ia menginginkan cumbu rayu, dari Bernard.
"anterin aq kesimpang ya. aku mau pulang." ucap Rena ragu.
hatinya berperang melawan antara nafsu dan harga diri.
"pergi sendiri saja." ucap Bernard ketus.
"aku kan tidak hafal daerah sini." ucap Rena. matanya mulai berkaca-kaca. antara kecewa dan cinta.
"ya sudah, aku anterin." ucap Bernard mulai melunak.
"terimakasih." ucap Rena. lirih."
"tapi ada syaratnya." ucap Bernard penuh kelicikan.
"sya..syaarat..apa?" ucap Rena terbata-bata.
"syaratnya mudah. jika tak mau. ya sudah, pergi sendiri saja." ucap Bernard mengancam.
Rena tampak berfikir. jika tak menuruti, maka Ia harus pergi sendiri untuk mencari simpang bus. sementara Ia tidak mengenal daerah ini.
"apa syaratnya?" ucap Rena penuh keraguan.
"beri aku ciuman." ucap Bernard seraya menempelkan jari telunjuknya dibibir.
pilihan yang sulit, seperti buah simalakama.
"baiklah." ucap Rena mengalah. jika berdebat mungkin akan membahayakan dirinya.
"mendekatlah padaku." ucap Bernard dengan tatapan yang tajam menghujam jantung.
Rena mendekat kembali kepada Bernard. Bernard mencengkramnya dengan kuat, agar Rena tak dapat melawan. dengan liciknya, pria brengsek itu mencumbui Rena.
****
"ayo. aku anterin pulang." ucap Bernard dengan senyum kemenangan. Ia berhasil menaklukkan gadis malang dengan sedikit ancaman dan mantra peletnya.
"iya." jawab Rena dengan anggukan.
mereka berdua keluar dari cafe. menuju area parkir.
sepasang mata memperhatikan mereka sejak tadi. hatinya begitu perih.
"kamu tunggu disini. aku ambil motor dulu." ucap Bernard kepada Rena. seraya melangkah menuju area parkir khusus sepeda motor.
"iya." Ucap Rena seraya mengangguk.
Bernard datang dengan motor bututnya, disertai suara bising knalpot. siapan saja mendengarnya akan merasakan jengkel, karena mengganggu pendengaran.
"ayo naik. pegangan pinggangku. duduk yang rapat." ucap Bernard dengan nada perintah.
"aku malu diliatin orang." ucap Rena lirih.
"kalau kamu malu, ya sudah. pulang sendiri saja sana." Bernard berang. dengan nada penuh kekesalan.
huuuuuff...heeeemmm.. Rena menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulut. hatinya tiba-tiba saja bergemuruh. Rasa rindu tiba-tiba saja muncul tanpa diundang.
"mengapa tiba-tiba saja merinduinya, padahal orangnya kan ada dihadapanku" ucap Rena dalam hatinya.
hatinya kian berkecamuk. detak jantungnya semakin kencang tak beraturan. debaran-debaran cinta selalu datang disaat Ia mulai membantah perintah Bernard.
"apa sebenarnya yang terjadi denganku? mengapa aku selalu menuruti semua keiinginannya. tolong aku ya Rabb.." ucap Rena dalam hatinya.
"buruan naik, pake acara melamun segala." ucap Bernard menyadarkan Rena.
Rena yang sedang melamun, sampai tersentak dengan omelan Bernard.
"i.. iiya." ucap Rena. seraya naik boncengan motor Bernard.
"peluk yang kuat." ucap Bernard dengan ketus. seperti sedang tak senang hati.
Rena lalu memeluknya. tak ada perlawanan.
ditengah perjalanan, motornya tiba-tiba saja mati mesin.
Bernard turun untuk memeriksanya.
"turun bentar." ucap Bernard kepada Rena.
"iya." jawab Rena singkat.
lalu Ia turun dari motornya, diikuti oleh Rena.
setelah memeriksanya, ternyata kehabisan bensin. Bernard melihat pedagang bensin eceran didepannya. Ia lalu mendorong motornya, yang diikuti Rena dibelakangnya.
"mengapa aku menyukainya. ada apa denganku?" ucap Rena membatin.
" apa yang membuatnya istimewa? aku tak pernah tau. rasa itu hadir begitu saja tanpa diundang." Rena berguman dalam hatinya.
"bang. dua botol bensinya ya?" ucap Bernard kepada penjual bensin tersebut.
"oke. bang." jawab penjual bensin, lalu mengambil corong dan botol bensin. menuangkan ke tangki minyak motor Bernard.
"berapa bang?" ucap Bernard kepada penjual bensin.
"lima belas ribu bang." jawab si penjual bensin menjelaskan.
"Ren, ada uangmu lima belas ribu?" ucap Bernard kepada Rena tanpa ada sedikitpun rasa malu. dimana, saat dikantin tadi, Rena juga yang membayar makanannya.
"ada." ucap Rena, seraya merogoh dompetnya. Ia seperti mematuhi saja apa perintah Bernard.
"ini bang. uangnya." ucap Rena seraya menyerahkannya kepada sipenjual bensin.
"terimakasih dik." ucap sipenjual bensin dengan tersenyum ramah.
sepasang mata dikejauhan, masih mengamati mereka. Ia membuntuti keduanya sejak meninggalkan lokasi pabrik tadi.
"ayo naik."perintah Bernard kepada Rena.
"iya." jawab Rena menuruti ucapan Bernard.
****
"sudah sampai disimpang. turunlah." ucap Bernard kepada Rena. seolah- olah seperti meminta Rena segera pergi.
"iya." ucap Rena seraya turun dari boncengan. Ia juga tidak mengerti, mengapa Bernard begitu ketus. padahal berbeda dengan hati Rena, yang kini sedang berbunga-bunga.
"Ren, bagi aku uangmu? buat jaga-jaga dijalan. aku lupa bawa dompet. kan kamu tadi lihat sendiri waktu di cafe." ucap Bernard licik.
"aku hanya punya sisa uang dua ratus ribu. kita bagi dua saja ya." ucap Rena mengusulkan.
uang itu Ia dapatkan dari mengerjakan tugas kuliah dan uang saku dari paman Rasyid.
"iya deh. gak apa-apa." ucap Bernard menyetujui. tanpa ada sungkan sedikitpun.
mungkin saja, urat malu Bernard sudah putus. entahlah.
"ini, seratus buat kamu, yang seratus buat ongkos aku naik bus dan makan dijalan." ucap Rena seraya menyerahkan satu lembar uang seratus ribu rupian.
tanpa malu, Bernard mengambilnya.
"terimakasih ya adindaku" ucap Bernard dengan nada sanjungannya. sehingga membuat Rena melayang. katena kelemahan sifat wanita ialah sanjungan atau pujian.
tiiin..tiiin..tiin.. bus mini berhenti.
"Medan..Medan.." teriak sang kondektur bus mini, kepada Rena. Ia telah berdiri sengaja didekat jalan raya, menunggu bis tumpangannya datang.
"iya bang." ucap Rena kepada sang kondektur.
kondektur bus turun dari pintunya.
"ayo naik." ucap sang kondektur kepada Rena.
" aku pulang dulu ya." ucap Rena kepada Bernard.
"oke. jika kau merinduiku, temui aku lagi." ucap Bernard berbisik ketelinga Rena.
"iya." ucap Rena, lalu menaiki bus mini.
"lanjut.." teriak sang kondektur kepada pak supir. lalu bus bergerak laju, menghilang dari pandangan Bernard.
"yeees.." teriak Bernard dengan senyuman liciknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ali B.U
next,
2024-04-09
1
yamink oi
uwallah wong Lanang ora duwe isin...
2022-11-11
3
Nih cwok matre.minta d bunuh 😡
2022-10-22
1