episode 11 Pertemuan

Rena bergegas mengemasi berkas-berkasnya. meski tadi terhalang oleh kejadian bersama Bernard, namun Rena masih memiliki nalar sehingga mampu menyelesaikan amanah yang diberikan pamannya.

kemampuan akuntan Rena masih bisa diandalkan, karena Ia menempuh pendidikan jurusan Akuntansi semasa SMK dulu.

kriing... kriiing..

suara dering HP jadulnya, menghentikan kegiatan Rena. satu panggilan dari paman Rasyid.

"Ren, kamu dimana?, sudah pulang belum?" terdengar suara paman Rasyid mengkhawatirkannya.

"belum paman, ini sudah siap-siap akan pulang". jawab Rena.

"tunggu saja disana, nanti pak Udin yang jemput. jangan naik betor lagi, sudah larut malam. bahaya buat anak perempuan". ucap paman dengan nada menegaskan.

"iya paman." balas Rena.

suara sambungan seluler terputus.

setelah menyelesaikan pekerjaannya, Rena bergegas pulang, menuju kedepan pintu Restauran.

saat melintasi ruangan Restauran, Rena berpapasan dengan beberapa petugas kebersihan. mereka ada yang mengepel lantai, mengelap meja dan mencuci piring.

"malam mbak Rena?". sapa seorang petuhas kebersihan dengan ramah. mereka memakai seragam yang berbeda warna dengan para pramusaji. para petugas kebersihan memakai seragam berwarna coklat, dan semuanya laki-laki.

"malam. jika sudah selesai, jangan lupa mengunci semua pinyu dan ruangan. lalu segera tidur untuk beristirahat". ucap Rena kepada petugas kebersihan dengan nada sopan.

"iya mbak". jawab Petugas iyu dengan senyuman.

Rena berlalu pergi meninggalkan ruangan Restauran, menuju halaman depan.

disana pak Udin sudah menunggu beberapa menit yang lalu.

"masuk mbak". ucap pak Udin dengan seraya membukakan pintu mobil bagian belakang.

"iya pak. terimakasih". balas Rena.

Rena memasuki mobil, namun sebelum Ia masuk, tiba-tiba saja hembusan angin menerpa punggungnya.

wuusss.. suara desiran angin.

Rena merasakan sesuatu masuk kedalam melalui aliran darahnya, merasuk hingga ke jantung.

"Bernard". ucap Rena dengan lirih.

Ia memasuki mobil, duduk dijok empuk, lalu menutup pintunyanya dengan perlahan.

Rena diam membisu sepanjang perjalanan. hati dan fikirannya berkecamuk.

"siapa Bernard sesungguhnya? mengapa aku mencintainya? merinduinya. sedangkan aku tak pernah bertemu dengannya. bahkan wajahnya saja aku tidak tahu. lalu kemana aku harus mencarinya?" Rena berkata dalam hatinya.

pertanyaan-pertanyaan lain muncul dibenaknya.

"lalu mengapa Ia bisa mengetahui aku memakai baju warna navy? ada bunga dimeja kerja paman Rasyid? darimana Ia tahu semua itu?

jangan-jangan dia berada disekitarku, atau orang terdekat yang sengaja mengerjaiku" bathin Rena.

pak Udin yangbsefang menyetir terus memperhatikan Rena yang mekiliki gelagat aneh.

"mbak Ren. ngelamunin apaan sih mbak? dari tadi diam mulu". ucap pak Udin hati-hati. Ia takut menyinggung perasaan Rena.

Rena yang ditegur salah tingkah dan gelagapan.

"nggak ada kok pak. cuma kangen saja dengan ibu dikampung". jawab Rena berbohong.

"oh gitu, kalau kangen ya ditelfon lah mbak". ucap pak udin menyarankan, dengan nada prihatin.

"iya, pak. makasih sarannya". dengan senyum datar.

sesampai didepan rumah, Rena turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih kepada pak udin.

Rena memencet bel, lalu tante Aning datang membukakan pintu dengan raut wajah acak-acakan, mata setengah melek karena masih mengantuk.

"lama banget sih pulangnya? jangan-jangan kamu sekalian keluyuran ya?" omel tante Aning.

mungkin dia sebel karena mimpinya tertunda akibat suara bunyi bel.

Rena diam saja, tidak ingin berdebat dengan tante Aning, karena suasana hatinya juga sedang kalut.

Rena bergegas menuju kamarnya. menyalin pakaiannya dengan piyama berwarna merah maroon. lalu menghempaskan tubuhnya dikasur, untuk menghilangkan penat ditubuhnya dan di fikirannya.

kriiiing..kriing... suara panggilan telefon selulernya. satu nama Bernard. Rena meraih telefon selulernya yang berada diatas ranjangnya.

"hallo". jawab Rena dengan nada bergetar"

sebenarnya Ia bingung dengan perasaanya. Ia tidak mampu mengartikan semua ini. siapa dia Sebenarnya.

"hallo sayang. kamu cantik sekali malam ini, dengan piyama merah maroonmu". ucap Bernard dari seberang telefon.

"apa? darimana kamu tau aku memakai piyama merah maroon?" balas Rena dengan menekisik setiap ruangan kamar. mengira-ngira mungkin saja Bernard bersembunyi dikamarnya.

"hahaha.. kenapa? kamu mencariku? aku berada dekat, bahkan sangat dekat denganmu". ucap Bernard uang membuat bulu kuduk Rena merinding.

"ha?". Rena menutup mulutnya, mencari-cari dimna keberadaan Bernard.

Rena membuka pintu kamar mandi, lemari, bahkan laci nakasnya tak luput ia periksa. meskipun mustahil ada manusia bisa ngumpet di dilaci.

Rena tak menemukan yang ia cari. namun perasaan rindu begitu dalam, bahkan Ia menginginkan lelaki itu berada didekatnya. ingin mencurahkan kerinduan yang begitu dalam.

namun pada siapa? sedangkan Ia tak mengetahui siapa Bernard.

Rena memeluk bantal gulingnya, mengkhyalkan guling itu adalah Bernard. memeluknya dengan erat seolah tak ingin melepasnya. hingga membuatnya tertidur.

****

pagi ini Bernard tampak ceria, senyum mengembang dibibirnya. pemuda bertubuh mungil itu telah bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

"ucok. sarapanlah kau dulu. ini ada ikan mas emak masak arsik untukmu." terdengar suara Ambar dari dapur.

ucok\= panggilan untuk anak laki-laki

arsik\=masakan khas batak dengan rempah andaliman (berupa rempah berbentuk merica dengan warna hijau. memiliki harum dan cita rasa khasnya.

Arsik ikan mas juga biasa dimasak saat acara-acara penting.

"iya mak, sarapanlah imi aku". jawab Bernard dengan nada khas bataknya.

setelah selesai sarapan Ia bergegas menuju tempatnya bekerja.

sesampainya di gudang tempat menyimpan stok barang, Bernard mencoba menghubungi Rena, namun sialnya Ia kehabisan pulsa. Ia lupa bahwa pulsanya sudah habis dan lupa untuk mengisi ulang.

saat itu melintas Anju nababan, rekan satu pekerjaan. Anju berniat mengemas roti pesanan yang akan dikirim keluar provinsi.

muncul ide diotaknya.

""hei Bernard, pinjamlah aku dulu handphonemu, aku mau menelefon kehanisan pulsa pulak ini". ucap Bernard kepada Anju.

"mau menelefon siapa rupanya kau?" balas Anju dengan nada penasaran.

"adalah. rahasia". jawab Bernard dengan kesal.

"pakailah, ini ada paket nelfon yang terpakai, daripada hangus". balas Anju dengan tulus seraya merogoh saku celananya, mengeluarkan HP keluaran china.

"terimakasihlah ya. memang kaulah kawanku". jawab Bernard menggombal rekannya.

"basi" ucap Anju dengan senyum meledek, lalu melanjutkan pekerjaannya.

Bernard pergi kekamar mandi untuk menelefon Rena, dengan tujuan agar obrolannya tidak didengar orang lain.

****

kriiiing..kriiing.. suara dering telefon.

Rena mengangkatnya, namun dari nomor tak dikenal.

"hallo? siapa ini?" jawab Rena penasaran.

"lupa ya"?. jawab suara seorang pria dari seberang telefon.

"Bernard ya?" jawab Rena, Ia mengenali suara itu. suara pria yang dirindukannya setiap detik dalam hidupnya.

kini rasa itu begitu kuat, yak sanggup untuk ia bendung.

" Bernard. siapa kamu? dimana kamu tinggal? mengapa kau menyiksa perasaanku. aku inhin menemuimu. balas Rena dengan nada memohon.

Bernard terdiam. namun senyumnya tersungging.

"bagaimana jika nanti aku tidak setampan yang kau kira? apakah kau akan tetap mencintaiku?" ucap Bernard dengan nada yang lembut.

hati Rena begitu sendu, jiwanya serasa melayang. tak sanggup terus menerus menahan kerinduan.

"aku tetap menerimamu, apapun kondisimu. aku tidak perduli seperti apa dirimu. aku akan menerimamu apa adanya. dapat bertemu denganmu adalah harapanku.

"oh ya, sudah dulu ya telefonnya. tolong hapus nomor ini, karena ini nomor temenku, jangan pernah menghubungi kenomor ini". balas Bernard lalu memutuskan sambungan telefon.

"Bernard..Bernard.. tolong jawab aku. Rena tak mampu membendung kerinduannya. air matanya tak mampu ia bendung. seperti air bah yang tiba-tiba datang menerjang. membasahi pipinya.

"Bernard, mengapa kau kejam padaku? kau permainkan perasaanku. ucap Renah dengan nada lirih. hatinya sangat rapuh. Ia menhinginkan kehadiran Bernard saat ini.

****

dua hari Bernard menghilang tanpa kabar. tak ada pesan masuk, tak ada pula telefon darinya. membuat Rena semakin kalut. Ia seperti orang gila, mengejar cinta yang Ia sama sekali tidak tau wujudnya.

namun semua harus Ia tepiskan meski begitu berat.

hari ini Ia ada kelas, mau tidak mau Ia harus berangkat kuliah. jika Ia dirumah, tentu paman Rasyid akan bertanya dan curiga.

tetapi mengapa Bernard tidak menghubungiku dua hari ini?

apakah semudah itu Ia mekupakanku. bahkan nomornya diluar jangkauan jika dihubungi.

Rena hampir putus asa mengahadapi semua ini.

tiba-tiba Ia teringat nomor panggilan terakhir Bernard.

nomor itu diakui milik temannya. Rena memiliki ide umtuk menghubungi nomor tersebut. mungkin Ia akan menemukan informasi tentang Bernard.

kriiiing...kriiing..kriing.. sambungan telefon aktif.

"Hallo, dengan siapa?" terdengar suara berat dari seorang pria diseberang sana.

"ha..hallo.. ini dengan Rena, temannya Bernard". jawab Rena memperkenalkan dirinya dengan hati-hati.

hening, tanpa jawaban.

"hallo. ada orang disana? Rena kembali bertanya, karena lama tak ada jawaban.

"oh iya" saya Anju. rekan kerjanya. mbaknya tau dari mana ini nomor saya?". balas pria tersebut.

"dua hari yang lalu, Bernard menghubungi saya dengan nomor ini". jawab rena mencoba menjelaskan.

"oh iya, dia pernah pinjam handphone saya, tapi saya tidak tau kalau mbaknya yang dihubungi, soalnya dia menghapus riwayat panggilan. ada yang bisa saya bantu mbak?". ucap pria tersebut menawarkan diri.

"yeees..pucuk dicinta ulampun tiba. ternyata kecerobohan Bernard menguntungkannya untuk menguak siapa Bernard sebenarnya". Rina membatin dalam hatinya.

"bang, saya mau minta tolong, sangat- sangat meminta tolong. apakah abang bersedia? pinta Rena dengan nada memohon.

"boleh mbak. dengan senang hati. saya siap membantu". ucap pria tersebut dengan nada tulus.

"pertama, abang jangan beritahu Bernard jika saya meminta bantuan kepada abang". ucap Rena memohon.

"oke. katakan saja". balas pria itu menyanggupi syarat dari Rena.

meskipun mereka dua orang yang tidak saling mengenal, namun rasa saling empati timbul begitu saja.

"bang, sebenarnya Bernard orang mana?" Rena penuh hati-hati.

"lho? emangnya mbak selama ini gak tau? sudah berapa lama kenalannya? masa iya gak tau alamatnya? jawab pria itu dengan nada keheranan.

huuuuufss.. Rena menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulutnya, cara itu membantu meringankan bebannya sedikit.

"dia merahasiakan semuanya bang. bahkan aku saja tidak mengetahui wajahnya bang". ucap Rena jujur dengan suara bergetar.

"ya ampuun mbak. saya turut prihatin ya mbak. pasti berat bagi mbak menghadapi tingkahnya. entahlah mbak, dia memang sangat misterius, terlalu tertutup". ucap pria bernama Anju dengan nada yang bersimpati.

"makanya saya minta tolong sama abang. tolong katakan dimana Ia tinggal bang?". ucap Rena dengan nada memohon.

"Dia orang Tebing Tinggi mbak, dia bekerja di pabrik Roti". Anju mencoba memberikan informasi.

jarak tempuh Medan-Tebing Tinggi hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan. tidak terlalu jauh. masih bisa diperhitungkan.

Rena melirik jam dinding. waktu masih pagi. pukul 7.30 wib. masih bisa ditempuh jika Rena bergerak sekarang, dan pulangnya tidak kemalaman.

"bang, tolong aku pertemukan dengannya". ucap Rena memohon.

"emang mbaknya tinggal dimana?" ucap Anju menyelidik.

"di Medan bang. masih bisa ditempuh. tolonglah saya bang, kali ini saja". ucap Rena memohon.

"saya sih mau saja mbak. tapi apakah sudah mbak fikirkan? gimana jika setelah bertemu mbaknya kecewa, karena tidak sesuai dengan yang mbak fikirkan? jawab Anju mencoba mengingatkan Rena agar mempertimbangkan niatnya.

namun, rasa rindu yang menggebu, cinta yang menggila membutakan matanya. hatinya hanya ada Bernard. apapun yang orang lain katakan dia abaikan.

"saya sudah mempertimbangkannya bang. tekad saya sudah bulat untuk menemuinya. apapun yang terjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi". ucap Rena yang begitu menggebu. keinginan bertemu pujaan hatinya sudah didepan mata. rasa penasarannya akan terbayar hari ini.

"baiklah mbak, saya akan bantu mbak. usahakan handphone stanbay. hubungi saya jika sudah sampai. tapi ngomong-ngomong mbaknya naik apa ke Tebing?" ucap Anju memastikan.

"saya naik bus saja. saya harus turun dimana nanti?". ucap Rena .

"jika mbaknya naik bus. mbak turun saja disimpan Medan. nanti telefon saya saja. akan saya jemput. ucap Anju tulus.

"iya bang, terimakasih ya, atas bantuannya". ucap rena.

"sama-sama mbak". balas Anju.

"oke, saya bergerak ya bang". jawab Rena. menjelaskan, bahwa Ia akan berangkat pagi ini.

"ok". balas Anju.

tiiiiin..tiin..tiiin..

suara klakson mobil diluar pagar rumah paman Rasyid.

Rena dengan terburu-buru keluar kamar untuk melihat siapa yang datang.

terlihat mobil CRV warna hitam sedang menunggunya. lalu sosok gadis cantik melambaikan tangan padanya.

"pagi bener tu manusia cantik dateng? tapi tak apalah, aku bisa menumpang dengannya, minta antarkan ke loket bus yang ada dijalan Sisingamangaraja. Rena bermonolog sendiri. lalu melambaikan tangan pada sigadis cantik.

Rena memberi kode dengan bahasa Verbal, bahwa Ia masum sebentar kerumah, untuk mengambil tas dan berpamitan kepada pamannya.

Amy hanya mengangguk mengerti.

tak lama Rena muncul dengan berlari-lari kecil menemui Amy, nafasnya tersengal-sengal.

Amy membukakan pintu depan untuk Rena. lalu Rena tergesa-gesa masuk seperti orang yang sedang dikejar syetan.

Amy pun bingung dengan sikap sahabatnya itu.

"kenapa sih Ren? keq orang kena kejar syetan saja dirimu?" celoteh Rena dengan wajah heran.

"AMy. aku minta tolong bisa? tolong antarkan aku ke loket bus. aku gak masuk kelas hari ini. please.. desak Rena antara meminta tolong dengan memaksa yang berbeda tipis.

"kamu bolos hari ini? emang kamu mau kemana? jangan katakan kalau kamu mau kabur atau kawin lari. hahaha". Amy malah tertawa meledeknya.

"ntar aku ceritain ya cantik. soalnya cerita panjang banget. saking panjangnya bisa dibuat satu skripsi. balas Rena dengan nada bercanda, meski debaran didadanya tak menetu. bayangan dan khayalan bertemu pujaan hatinya membuatnya seakan melayang.

"cieileeh. pakai rahasiaan segala. tapi janji kamu cerita ya kalau masalahmu sudah selesai. kalau gak cerita aku gak mau anterin kamu". ucap Amy sedikit mengancam.

"iya, I'm promise" jawab Rena meyakinkan Amy.

sesampai diloket bus, Rena terburu-buru turun dari mobil milik Amy, tak lupa mengucapkan terima kasih pada si empunya mobil.

Amypun berlalu meninggalkan Rena untuk masuk kuliah.

Rena menuju loket jus, memesan satu untuknya. setelah mendapatkan tiket, Rena menunggu kondektur memberikan aba-aba untuk masuk ke bus. tak selang beberapa menit bus berangkat.

Rena mengirimi pesan kepada Anju. bahwa Ia sudah berangkat.

****

sesampai disimpang Medan, seperti yang disebutkan Anju. Rena menghubungi Anju untuk menjemputnya. dan Anju sudah berada diperjalanan menuju kerah tempatnya menunggu.

tampak sehuah sepeda motor matic, menuju ke arahnya. Rena meyakini itu Anju.

sepeda motor berhenti dihadapannya, dan ternyata dugaannya benar.

"mbak Rena ya?" tanya Anju memastikan. pria itu terbilang cukup tampan. wajah khas batak, dengan rahang yang tegas.

kulitnya sawo matang. matanya sedikit menyipit layaknya keturunan korea. begitulah gambaran dari Anju.

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-04-08

1

maharastra

maharastra

apa anju yg akan menjadi jodohmu bunda,,,?

2023-03-19

2

yamink oi

yamink oi

wih ketemuan....

2022-11-10

2

lihat semua
Episodes
1 episode 1 ke kota Medan
2 episode 2 Paman Rasyid
3 episode 3 laptop baru
4 episode 4 kosongnya hati
5 episode 5 Pov Bernard foto profil
6 episode 6 seperti hilang
7 episode 7 senyum kemenangan
8 episode 8 Amy
9 episode 9 awal petaka
10 episode 10 Layar kaca
11 episode 11 Pertemuan
12 episode 12 Cinta buta
13 episode 13 cafe
14 episode 14 Permen dan Tisu
15 episode 15 Ancaman
16 episode 16 Oleh-Oleh
17 episode 17 Gemasnya Ariel
18 Mati Rasa
19 Berita dari Anju ***
20 Luluhnya Hati
21 Toni
22 kangen ibu dan Toni
23 episode 23 Hancurnya IPK
24 episide 24 Mencari Rumah Bernard
25 episode 26 Kata Putus
26 episode 27 Hilang Arah
27 Ke Khawatiran
28 Misteri hati Rena
29 Budak Cinta
30 Perangai Buruk
31 Curhat Pertama Rena
32 Rehan
33 Amy dan Arman
34 kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35 kecurigaan Toni
36 Satu Tindakan Pertama
37 Pertemuan Dua Raga
38 Safri Saragih
39 Rekasaya Kehamilan
40 Mandi Peluntur dan 85%
41 Samar
42 Hambar POV Rena
43 Ridwan dan Rehan
44 Gagal Ginjal
45 Buah Tangan
46 Pengejaran Pov Bernard
47 Hai...
48 Bertemunya Dua Hati
49 Dress hijau silky
50 Luka Itu Pov Hanif
51 Sang Malaikat
52 Sang Malaikat
53 Kekasih Amy POV Rena
54 Galau
55 Bertamu
56 Tak Rela
57 pulang kampung
58 Gelap Mata
59 Teror Ghaib
60 lamaran
61 Paman Rasyid koma
62 pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63 Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64 Mereka yang Terluka
65 Kejutan Indah
66 Teror
67 Tak Mampu Menembus Masuk
68 Honey moon dan Wanita Beruntung
69 Bertemu Anju
70 Persaingan Bisnis & Teror
71 Kak Hanan dan Dana
72 Kiriman Boneka Santet
73 Penemuan Boneka Santet
74 Karma berbalik
75 Jebakan
76 Tak tersentuh
77 Diam
78 lahirnya bayi khanza
79 Sofia..si Bayi malang
80 Merahasiakan
81 ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82 Kecurigaan Hanif
83 Terkaman Harimau
84 Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85 Rasa yang melegakan
86 Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87 Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88 Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89 pertemuan tanpa sengaja
90 Tanda Ajal seseorang
91 Pov Paman Rasyid
92 Bernard Berniat Mencari Rena
93 Bernard mengirimkan Santet
94 Merasa Sial
95 Gangguan
96 Ujian
97 Sasaran Baru
98 Rasa Yang Tak Biasa
99 Pencarian Pemungut Sofia
100 Pemerasan
101 Wina Terjebak Cinta Buta
102 Sama Kagetnya
103 Perceraian
104 Cinta Lama Bersemi Kembali
105 Perlahan Abai
106 Enggan Disentuh
107 cinta yang salah
108 Ketika Cinta Diuji
109 Terungkap
110 Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111 Penyembuhan
112 Pertanda Alam
113 Awal Baru
114 titisan
115 Lahirnya Titisan Pemikat
116 Memikat
117 Khanza da Adilla
118 pertemuan Khanza dan Duma
119 menjadi asisten dosen
120 Tak Terkendali
121 Asisten dosen
122 Bar
123 Saingan
124 Rasa
125 eps. 123
126 Draft
127 draft
128 Draft
129 draft
130 dua darah yang berbeda
131 Dia
132 Mimpi itu
133 draft lagilah
134 Dinner Pertama
135 Pemikat
136 tanpa judul
137 Dendam
138 Dendam-2
139 Air Limau
140 Air Limau-2
141 Tak Menduga
142 Undangan Makan Malam
143 Cincin
144 Gelisah
145 Demam
146 Lamaran
147 Demam-2
148 Pulang Kampung
149 Terperangah
150 Semakin Parah
151 Hari Pernikahan
152 Hati Yang Lara
153 Resepsi
154 Akhir
155 Tamat
156 The End
Episodes

Updated 156 Episodes

1
episode 1 ke kota Medan
2
episode 2 Paman Rasyid
3
episode 3 laptop baru
4
episode 4 kosongnya hati
5
episode 5 Pov Bernard foto profil
6
episode 6 seperti hilang
7
episode 7 senyum kemenangan
8
episode 8 Amy
9
episode 9 awal petaka
10
episode 10 Layar kaca
11
episode 11 Pertemuan
12
episode 12 Cinta buta
13
episode 13 cafe
14
episode 14 Permen dan Tisu
15
episode 15 Ancaman
16
episode 16 Oleh-Oleh
17
episode 17 Gemasnya Ariel
18
Mati Rasa
19
Berita dari Anju ***
20
Luluhnya Hati
21
Toni
22
kangen ibu dan Toni
23
episode 23 Hancurnya IPK
24
episide 24 Mencari Rumah Bernard
25
episode 26 Kata Putus
26
episode 27 Hilang Arah
27
Ke Khawatiran
28
Misteri hati Rena
29
Budak Cinta
30
Perangai Buruk
31
Curhat Pertama Rena
32
Rehan
33
Amy dan Arman
34
kunjungan Toni dan camping ke Danau Toba
35
kecurigaan Toni
36
Satu Tindakan Pertama
37
Pertemuan Dua Raga
38
Safri Saragih
39
Rekasaya Kehamilan
40
Mandi Peluntur dan 85%
41
Samar
42
Hambar POV Rena
43
Ridwan dan Rehan
44
Gagal Ginjal
45
Buah Tangan
46
Pengejaran Pov Bernard
47
Hai...
48
Bertemunya Dua Hati
49
Dress hijau silky
50
Luka Itu Pov Hanif
51
Sang Malaikat
52
Sang Malaikat
53
Kekasih Amy POV Rena
54
Galau
55
Bertamu
56
Tak Rela
57
pulang kampung
58
Gelap Mata
59
Teror Ghaib
60
lamaran
61
Paman Rasyid koma
62
pengakuan Rena kepada Rehan dan Ridwan
63
Hari Bahagia Tiba Dan Teror Ghaib
64
Mereka yang Terluka
65
Kejutan Indah
66
Teror
67
Tak Mampu Menembus Masuk
68
Honey moon dan Wanita Beruntung
69
Bertemu Anju
70
Persaingan Bisnis & Teror
71
Kak Hanan dan Dana
72
Kiriman Boneka Santet
73
Penemuan Boneka Santet
74
Karma berbalik
75
Jebakan
76
Tak tersentuh
77
Diam
78
lahirnya bayi khanza
79
Sofia..si Bayi malang
80
Merahasiakan
81
ucapan 'selamat' dari nomor misterius dan Karma.
82
Kecurigaan Hanif
83
Terkaman Harimau
84
Gangguan & Alat Berat Hampir Tenggelam Dalam Rawa.
85
Rasa yang melegakan
86
Penyakit Aneh Yang Diderita Jhoni
87
Operasi bibir Sumbing untuk Adillah
88
Tudingan dari Imelda tetangga Bernard untuk Rena dengan Isu santet begu ganjang
89
pertemuan tanpa sengaja
90
Tanda Ajal seseorang
91
Pov Paman Rasyid
92
Bernard Berniat Mencari Rena
93
Bernard mengirimkan Santet
94
Merasa Sial
95
Gangguan
96
Ujian
97
Sasaran Baru
98
Rasa Yang Tak Biasa
99
Pencarian Pemungut Sofia
100
Pemerasan
101
Wina Terjebak Cinta Buta
102
Sama Kagetnya
103
Perceraian
104
Cinta Lama Bersemi Kembali
105
Perlahan Abai
106
Enggan Disentuh
107
cinta yang salah
108
Ketika Cinta Diuji
109
Terungkap
110
Pemikat yang Mampu Memikat seluruh warga
111
Penyembuhan
112
Pertanda Alam
113
Awal Baru
114
titisan
115
Lahirnya Titisan Pemikat
116
Memikat
117
Khanza da Adilla
118
pertemuan Khanza dan Duma
119
menjadi asisten dosen
120
Tak Terkendali
121
Asisten dosen
122
Bar
123
Saingan
124
Rasa
125
eps. 123
126
Draft
127
draft
128
Draft
129
draft
130
dua darah yang berbeda
131
Dia
132
Mimpi itu
133
draft lagilah
134
Dinner Pertama
135
Pemikat
136
tanpa judul
137
Dendam
138
Dendam-2
139
Air Limau
140
Air Limau-2
141
Tak Menduga
142
Undangan Makan Malam
143
Cincin
144
Gelisah
145
Demam
146
Lamaran
147
Demam-2
148
Pulang Kampung
149
Terperangah
150
Semakin Parah
151
Hari Pernikahan
152
Hati Yang Lara
153
Resepsi
154
Akhir
155
Tamat
156
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!