Rena bergegas mengemasi berkas-berkasnya. meski tadi terhalang oleh kejadian bersama Bernard, namun Rena masih memiliki nalar sehingga mampu menyelesaikan amanah yang diberikan pamannya.
kemampuan akuntan Rena masih bisa diandalkan, karena Ia menempuh pendidikan jurusan Akuntansi semasa SMK dulu.
kriing... kriiing..
suara dering HP jadulnya, menghentikan kegiatan Rena. satu panggilan dari paman Rasyid.
"Ren, kamu dimana?, sudah pulang belum?" terdengar suara paman Rasyid mengkhawatirkannya.
"belum paman, ini sudah siap-siap akan pulang". jawab Rena.
"tunggu saja disana, nanti pak Udin yang jemput. jangan naik betor lagi, sudah larut malam. bahaya buat anak perempuan". ucap paman dengan nada menegaskan.
"iya paman." balas Rena.
suara sambungan seluler terputus.
setelah menyelesaikan pekerjaannya, Rena bergegas pulang, menuju kedepan pintu Restauran.
saat melintasi ruangan Restauran, Rena berpapasan dengan beberapa petugas kebersihan. mereka ada yang mengepel lantai, mengelap meja dan mencuci piring.
"malam mbak Rena?". sapa seorang petuhas kebersihan dengan ramah. mereka memakai seragam yang berbeda warna dengan para pramusaji. para petugas kebersihan memakai seragam berwarna coklat, dan semuanya laki-laki.
"malam. jika sudah selesai, jangan lupa mengunci semua pinyu dan ruangan. lalu segera tidur untuk beristirahat". ucap Rena kepada petugas kebersihan dengan nada sopan.
"iya mbak". jawab Petugas iyu dengan senyuman.
Rena berlalu pergi meninggalkan ruangan Restauran, menuju halaman depan.
disana pak Udin sudah menunggu beberapa menit yang lalu.
"masuk mbak". ucap pak Udin dengan seraya membukakan pintu mobil bagian belakang.
"iya pak. terimakasih". balas Rena.
Rena memasuki mobil, namun sebelum Ia masuk, tiba-tiba saja hembusan angin menerpa punggungnya.
wuusss.. suara desiran angin.
Rena merasakan sesuatu masuk kedalam melalui aliran darahnya, merasuk hingga ke jantung.
"Bernard". ucap Rena dengan lirih.
Ia memasuki mobil, duduk dijok empuk, lalu menutup pintunyanya dengan perlahan.
Rena diam membisu sepanjang perjalanan. hati dan fikirannya berkecamuk.
"siapa Bernard sesungguhnya? mengapa aku mencintainya? merinduinya. sedangkan aku tak pernah bertemu dengannya. bahkan wajahnya saja aku tidak tahu. lalu kemana aku harus mencarinya?" Rena berkata dalam hatinya.
pertanyaan-pertanyaan lain muncul dibenaknya.
"lalu mengapa Ia bisa mengetahui aku memakai baju warna navy? ada bunga dimeja kerja paman Rasyid? darimana Ia tahu semua itu?
jangan-jangan dia berada disekitarku, atau orang terdekat yang sengaja mengerjaiku" bathin Rena.
pak Udin yangbsefang menyetir terus memperhatikan Rena yang mekiliki gelagat aneh.
"mbak Ren. ngelamunin apaan sih mbak? dari tadi diam mulu". ucap pak Udin hati-hati. Ia takut menyinggung perasaan Rena.
Rena yang ditegur salah tingkah dan gelagapan.
"nggak ada kok pak. cuma kangen saja dengan ibu dikampung". jawab Rena berbohong.
"oh gitu, kalau kangen ya ditelfon lah mbak". ucap pak udin menyarankan, dengan nada prihatin.
"iya, pak. makasih sarannya". dengan senyum datar.
sesampai didepan rumah, Rena turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih kepada pak udin.
Rena memencet bel, lalu tante Aning datang membukakan pintu dengan raut wajah acak-acakan, mata setengah melek karena masih mengantuk.
"lama banget sih pulangnya? jangan-jangan kamu sekalian keluyuran ya?" omel tante Aning.
mungkin dia sebel karena mimpinya tertunda akibat suara bunyi bel.
Rena diam saja, tidak ingin berdebat dengan tante Aning, karena suasana hatinya juga sedang kalut.
Rena bergegas menuju kamarnya. menyalin pakaiannya dengan piyama berwarna merah maroon. lalu menghempaskan tubuhnya dikasur, untuk menghilangkan penat ditubuhnya dan di fikirannya.
kriiiing..kriing... suara panggilan telefon selulernya. satu nama Bernard. Rena meraih telefon selulernya yang berada diatas ranjangnya.
"hallo". jawab Rena dengan nada bergetar"
sebenarnya Ia bingung dengan perasaanya. Ia tidak mampu mengartikan semua ini. siapa dia Sebenarnya.
"hallo sayang. kamu cantik sekali malam ini, dengan piyama merah maroonmu". ucap Bernard dari seberang telefon.
"apa? darimana kamu tau aku memakai piyama merah maroon?" balas Rena dengan menekisik setiap ruangan kamar. mengira-ngira mungkin saja Bernard bersembunyi dikamarnya.
"hahaha.. kenapa? kamu mencariku? aku berada dekat, bahkan sangat dekat denganmu". ucap Bernard uang membuat bulu kuduk Rena merinding.
"ha?". Rena menutup mulutnya, mencari-cari dimna keberadaan Bernard.
Rena membuka pintu kamar mandi, lemari, bahkan laci nakasnya tak luput ia periksa. meskipun mustahil ada manusia bisa ngumpet di dilaci.
Rena tak menemukan yang ia cari. namun perasaan rindu begitu dalam, bahkan Ia menginginkan lelaki itu berada didekatnya. ingin mencurahkan kerinduan yang begitu dalam.
namun pada siapa? sedangkan Ia tak mengetahui siapa Bernard.
Rena memeluk bantal gulingnya, mengkhyalkan guling itu adalah Bernard. memeluknya dengan erat seolah tak ingin melepasnya. hingga membuatnya tertidur.
****
pagi ini Bernard tampak ceria, senyum mengembang dibibirnya. pemuda bertubuh mungil itu telah bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
"ucok. sarapanlah kau dulu. ini ada ikan mas emak masak arsik untukmu." terdengar suara Ambar dari dapur.
ucok\= panggilan untuk anak laki-laki
arsik\=masakan khas batak dengan rempah andaliman (berupa rempah berbentuk merica dengan warna hijau. memiliki harum dan cita rasa khasnya.
Arsik ikan mas juga biasa dimasak saat acara-acara penting.
"iya mak, sarapanlah imi aku". jawab Bernard dengan nada khas bataknya.
setelah selesai sarapan Ia bergegas menuju tempatnya bekerja.
sesampainya di gudang tempat menyimpan stok barang, Bernard mencoba menghubungi Rena, namun sialnya Ia kehabisan pulsa. Ia lupa bahwa pulsanya sudah habis dan lupa untuk mengisi ulang.
saat itu melintas Anju nababan, rekan satu pekerjaan. Anju berniat mengemas roti pesanan yang akan dikirim keluar provinsi.
muncul ide diotaknya.
""hei Bernard, pinjamlah aku dulu handphonemu, aku mau menelefon kehanisan pulsa pulak ini". ucap Bernard kepada Anju.
"mau menelefon siapa rupanya kau?" balas Anju dengan nada penasaran.
"adalah. rahasia". jawab Bernard dengan kesal.
"pakailah, ini ada paket nelfon yang terpakai, daripada hangus". balas Anju dengan tulus seraya merogoh saku celananya, mengeluarkan HP keluaran china.
"terimakasihlah ya. memang kaulah kawanku". jawab Bernard menggombal rekannya.
"basi" ucap Anju dengan senyum meledek, lalu melanjutkan pekerjaannya.
Bernard pergi kekamar mandi untuk menelefon Rena, dengan tujuan agar obrolannya tidak didengar orang lain.
****
kriiiing..kriiing.. suara dering telefon.
Rena mengangkatnya, namun dari nomor tak dikenal.
"hallo? siapa ini?" jawab Rena penasaran.
"lupa ya"?. jawab suara seorang pria dari seberang telefon.
"Bernard ya?" jawab Rena, Ia mengenali suara itu. suara pria yang dirindukannya setiap detik dalam hidupnya.
kini rasa itu begitu kuat, yak sanggup untuk ia bendung.
" Bernard. siapa kamu? dimana kamu tinggal? mengapa kau menyiksa perasaanku. aku inhin menemuimu. balas Rena dengan nada memohon.
Bernard terdiam. namun senyumnya tersungging.
"bagaimana jika nanti aku tidak setampan yang kau kira? apakah kau akan tetap mencintaiku?" ucap Bernard dengan nada yang lembut.
hati Rena begitu sendu, jiwanya serasa melayang. tak sanggup terus menerus menahan kerinduan.
"aku tetap menerimamu, apapun kondisimu. aku tidak perduli seperti apa dirimu. aku akan menerimamu apa adanya. dapat bertemu denganmu adalah harapanku.
"oh ya, sudah dulu ya telefonnya. tolong hapus nomor ini, karena ini nomor temenku, jangan pernah menghubungi kenomor ini". balas Bernard lalu memutuskan sambungan telefon.
"Bernard..Bernard.. tolong jawab aku. Rena tak mampu membendung kerinduannya. air matanya tak mampu ia bendung. seperti air bah yang tiba-tiba datang menerjang. membasahi pipinya.
"Bernard, mengapa kau kejam padaku? kau permainkan perasaanku. ucap Renah dengan nada lirih. hatinya sangat rapuh. Ia menhinginkan kehadiran Bernard saat ini.
****
dua hari Bernard menghilang tanpa kabar. tak ada pesan masuk, tak ada pula telefon darinya. membuat Rena semakin kalut. Ia seperti orang gila, mengejar cinta yang Ia sama sekali tidak tau wujudnya.
namun semua harus Ia tepiskan meski begitu berat.
hari ini Ia ada kelas, mau tidak mau Ia harus berangkat kuliah. jika Ia dirumah, tentu paman Rasyid akan bertanya dan curiga.
tetapi mengapa Bernard tidak menghubungiku dua hari ini?
apakah semudah itu Ia mekupakanku. bahkan nomornya diluar jangkauan jika dihubungi.
Rena hampir putus asa mengahadapi semua ini.
tiba-tiba Ia teringat nomor panggilan terakhir Bernard.
nomor itu diakui milik temannya. Rena memiliki ide umtuk menghubungi nomor tersebut. mungkin Ia akan menemukan informasi tentang Bernard.
kriiiing...kriiing..kriing.. sambungan telefon aktif.
"Hallo, dengan siapa?" terdengar suara berat dari seorang pria diseberang sana.
"ha..hallo.. ini dengan Rena, temannya Bernard". jawab Rena memperkenalkan dirinya dengan hati-hati.
hening, tanpa jawaban.
"hallo. ada orang disana? Rena kembali bertanya, karena lama tak ada jawaban.
"oh iya" saya Anju. rekan kerjanya. mbaknya tau dari mana ini nomor saya?". balas pria tersebut.
"dua hari yang lalu, Bernard menghubungi saya dengan nomor ini". jawab rena mencoba menjelaskan.
"oh iya, dia pernah pinjam handphone saya, tapi saya tidak tau kalau mbaknya yang dihubungi, soalnya dia menghapus riwayat panggilan. ada yang bisa saya bantu mbak?". ucap pria tersebut menawarkan diri.
"yeees..pucuk dicinta ulampun tiba. ternyata kecerobohan Bernard menguntungkannya untuk menguak siapa Bernard sebenarnya". Rina membatin dalam hatinya.
"bang, saya mau minta tolong, sangat- sangat meminta tolong. apakah abang bersedia? pinta Rena dengan nada memohon.
"boleh mbak. dengan senang hati. saya siap membantu". ucap pria tersebut dengan nada tulus.
"pertama, abang jangan beritahu Bernard jika saya meminta bantuan kepada abang". ucap Rena memohon.
"oke. katakan saja". balas pria itu menyanggupi syarat dari Rena.
meskipun mereka dua orang yang tidak saling mengenal, namun rasa saling empati timbul begitu saja.
"bang, sebenarnya Bernard orang mana?" Rena penuh hati-hati.
"lho? emangnya mbak selama ini gak tau? sudah berapa lama kenalannya? masa iya gak tau alamatnya? jawab pria itu dengan nada keheranan.
huuuuufss.. Rena menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya melalui mulutnya, cara itu membantu meringankan bebannya sedikit.
"dia merahasiakan semuanya bang. bahkan aku saja tidak mengetahui wajahnya bang". ucap Rena jujur dengan suara bergetar.
"ya ampuun mbak. saya turut prihatin ya mbak. pasti berat bagi mbak menghadapi tingkahnya. entahlah mbak, dia memang sangat misterius, terlalu tertutup". ucap pria bernama Anju dengan nada yang bersimpati.
"makanya saya minta tolong sama abang. tolong katakan dimana Ia tinggal bang?". ucap Rena dengan nada memohon.
"Dia orang Tebing Tinggi mbak, dia bekerja di pabrik Roti". Anju mencoba memberikan informasi.
jarak tempuh Medan-Tebing Tinggi hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan. tidak terlalu jauh. masih bisa diperhitungkan.
Rena melirik jam dinding. waktu masih pagi. pukul 7.30 wib. masih bisa ditempuh jika Rena bergerak sekarang, dan pulangnya tidak kemalaman.
"bang, tolong aku pertemukan dengannya". ucap Rena memohon.
"emang mbaknya tinggal dimana?" ucap Anju menyelidik.
"di Medan bang. masih bisa ditempuh. tolonglah saya bang, kali ini saja". ucap Rena memohon.
"saya sih mau saja mbak. tapi apakah sudah mbak fikirkan? gimana jika setelah bertemu mbaknya kecewa, karena tidak sesuai dengan yang mbak fikirkan? jawab Anju mencoba mengingatkan Rena agar mempertimbangkan niatnya.
namun, rasa rindu yang menggebu, cinta yang menggila membutakan matanya. hatinya hanya ada Bernard. apapun yang orang lain katakan dia abaikan.
"saya sudah mempertimbangkannya bang. tekad saya sudah bulat untuk menemuinya. apapun yang terjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi". ucap Rena yang begitu menggebu. keinginan bertemu pujaan hatinya sudah didepan mata. rasa penasarannya akan terbayar hari ini.
"baiklah mbak, saya akan bantu mbak. usahakan handphone stanbay. hubungi saya jika sudah sampai. tapi ngomong-ngomong mbaknya naik apa ke Tebing?" ucap Anju memastikan.
"saya naik bus saja. saya harus turun dimana nanti?". ucap Rena .
"jika mbaknya naik bus. mbak turun saja disimpan Medan. nanti telefon saya saja. akan saya jemput. ucap Anju tulus.
"iya bang, terimakasih ya, atas bantuannya". ucap rena.
"sama-sama mbak". balas Anju.
"oke, saya bergerak ya bang". jawab Rena. menjelaskan, bahwa Ia akan berangkat pagi ini.
"ok". balas Anju.
tiiiiin..tiin..tiiin..
suara klakson mobil diluar pagar rumah paman Rasyid.
Rena dengan terburu-buru keluar kamar untuk melihat siapa yang datang.
terlihat mobil CRV warna hitam sedang menunggunya. lalu sosok gadis cantik melambaikan tangan padanya.
"pagi bener tu manusia cantik dateng? tapi tak apalah, aku bisa menumpang dengannya, minta antarkan ke loket bus yang ada dijalan Sisingamangaraja. Rena bermonolog sendiri. lalu melambaikan tangan pada sigadis cantik.
Rena memberi kode dengan bahasa Verbal, bahwa Ia masum sebentar kerumah, untuk mengambil tas dan berpamitan kepada pamannya.
Amy hanya mengangguk mengerti.
tak lama Rena muncul dengan berlari-lari kecil menemui Amy, nafasnya tersengal-sengal.
Amy membukakan pintu depan untuk Rena. lalu Rena tergesa-gesa masuk seperti orang yang sedang dikejar syetan.
Amy pun bingung dengan sikap sahabatnya itu.
"kenapa sih Ren? keq orang kena kejar syetan saja dirimu?" celoteh Rena dengan wajah heran.
"AMy. aku minta tolong bisa? tolong antarkan aku ke loket bus. aku gak masuk kelas hari ini. please.. desak Rena antara meminta tolong dengan memaksa yang berbeda tipis.
"kamu bolos hari ini? emang kamu mau kemana? jangan katakan kalau kamu mau kabur atau kawin lari. hahaha". Amy malah tertawa meledeknya.
"ntar aku ceritain ya cantik. soalnya cerita panjang banget. saking panjangnya bisa dibuat satu skripsi. balas Rena dengan nada bercanda, meski debaran didadanya tak menetu. bayangan dan khayalan bertemu pujaan hatinya membuatnya seakan melayang.
"cieileeh. pakai rahasiaan segala. tapi janji kamu cerita ya kalau masalahmu sudah selesai. kalau gak cerita aku gak mau anterin kamu". ucap Amy sedikit mengancam.
"iya, I'm promise" jawab Rena meyakinkan Amy.
sesampai diloket bus, Rena terburu-buru turun dari mobil milik Amy, tak lupa mengucapkan terima kasih pada si empunya mobil.
Amypun berlalu meninggalkan Rena untuk masuk kuliah.
Rena menuju loket jus, memesan satu untuknya. setelah mendapatkan tiket, Rena menunggu kondektur memberikan aba-aba untuk masuk ke bus. tak selang beberapa menit bus berangkat.
Rena mengirimi pesan kepada Anju. bahwa Ia sudah berangkat.
****
sesampai disimpang Medan, seperti yang disebutkan Anju. Rena menghubungi Anju untuk menjemputnya. dan Anju sudah berada diperjalanan menuju kerah tempatnya menunggu.
tampak sehuah sepeda motor matic, menuju ke arahnya. Rena meyakini itu Anju.
sepeda motor berhenti dihadapannya, dan ternyata dugaannya benar.
"mbak Rena ya?" tanya Anju memastikan. pria itu terbilang cukup tampan. wajah khas batak, dengan rahang yang tegas.
kulitnya sawo matang. matanya sedikit menyipit layaknya keturunan korea. begitulah gambaran dari Anju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-04-08
1
maharastra
apa anju yg akan menjadi jodohmu bunda,,,?
2023-03-19
2
yamink oi
wih ketemuan....
2022-11-10
2