Episode 20

Gery telah melalui masa kritisnya dan sekarang telah sadarkan diri. Alan dan Danil telah berada di kamar rawatnya sementara kedua orang tua Gery sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.

"gue bersyukur banget elu cepat sadar, gue khawatir banget" ucap Alan yang duduk di samping ranjang Gery

"elu nangis nggak...?" goda Gery

"beuh...kalau itu jangan ditanya lagi bang. bang Alan sampai nggak mau pulang" Danil menimpali

"payah lu, nggak jantan ah" ledek Gery

plaaaak

Alan menggeplak tangan Gery saking gemasnya dengan ejekan sahabatnya itu.

"jantan jantan pala lu...." cebik Alan

"aduh aduh aduh...sakit oi" Gery meringis memegang perutnya

"gue nggak mukul di situ ya" Alan memicingkan matanya

"hehehe" Gery cengengesan

"mau gue yang pukul bang...?" Danil menawarkan diri

"enak aja, bisa langsung mampus gue" jawab Gery

"maafin gue ya Ger, harusnya malam itu gue nggak ikut campur jadi elo nggak harus masuk rumah sakit kayak gini" ucap Alan merasa bersalah

"kalau gue jago bela diri kayak elu, gue bakalan lakuin seperti yang elu lakuin. harusnya malam itu elu kejar tuh orang terus tangkap" timpal Gery

"gue nggak mungkin ninggalin elu yang lagi skarat, lagian ada polisi yang akan mengusut semuanya" ucap Alan

"Abang berdua hebat ya, kalau Danil mah paling udah lari bang karena takut" Danil ikut menimpali

"kita sebagai cowok harus punya keberanian Dan, kalau elu punya pacar masa iya cewek elu yang jagain elu, kan nggak lucu" timpal Alan

"gue malas pacaran bang, cewek mah kadang bikin sakit hati. nantilah kalau gue udah sukses baru cari pasangan, bukan pacar lagi" jawab Danil

"good idea" Alan mengacungkan jempolnya

di ruang rawat Cakra, kembali Mahesa membahas tentang amplop yang hilang di mobil Angga. ia sama sekali tidak yakin kalau amplop itu hilang dengan sendirinya tanpa ada yang mengambilnya.

"elu udah periksa cctv di tempat itu nggak...?" tanya Cakra

"nggak ada cctv dibagian tempat kalian kecelakaan" jawab Mahesa

"kok aneh ya, siapa coba yang mau ngambil kalau isinya hanya kertas doang" ucap Cakra memikirkan hal itu

"itu dia yang gue rasa aneh. nggak mungkin orang yang nggak berkepentingan mau ngambil kertas itu" timpal Mahesa

"apa jangan-jangan"

"jangan-jangan apa...?"

"apa iya pembunuh itu yang mencurinya karena takut identitas dirinya akan terbongkar makanya dia mencuri map tersebut" Cakra berasumsi

"sepertinya nggak mungkin. tau darimana dia kalau kita mempunyai hasil lab yang dapat membongkar identitasnya kalau bukan....." Mahesa menghentikan ucapannya dan menatap lekat ke arah Cakra

"salah satu dari mereka" Cakra dan Mahesa berucap bersamaan

"nggak ada orang lain yang kita selidiki selain mereka, itu seperti permintaanmu. data-data mereka sudah kita kantongi bahkan asal usul mereka darimana, kita sudah mendapatkannya. gue yakin bukan orang lain yang mengambilnya tapi sudah jelas adalah pelaku sendiri" ucap Cakra

"bukankah hanya mereka yang dekat dengan kita, maksud gue tidak ada pemuda lain yang tau kalau kita melakukan pemeriksaan di lab dengan darah yang kita ambil" lanjut Cakra

"sial" Mahesa mengumpat kesal "padahal dengan hasil lab itu kita bisa semakin dekat dengan si pelaku" Mahesa meninju tembok

"coba cek cctv rumah sakit. mungkin saja dia mulai mengikuti Angga dari situ" ucap Cakra

"elu benar, gue sama sekali nggak kepikiran" timpal Mahesa

"maaf Hes gue belum bisa bantuin elu dalam kondisi keadaan gue yang seperti ini"

"nggak apa-apa, fokus sama kesembuhan elu aja. gue tinggal dulu ya, gue mau periksa cctv di rumah sakit ini"

"oke... good luck"

Mahesa meninggalkan ruangan Cakra, ia menemui salah satu petugas rumah sakit untuk menanyakan cctv yang direkam tadi pagi. petugas itu membawa Mahesa ke tempat beradanya cctv.

dari rekaman jam 06.00 terlihat Angga memasuki lobi rumah sakit dan dia bertemu dengan ke sembilan pemuda penghuni kost 010. mereka terlihat akrab dan sedang bercerita setelahnya mereka berpisah dengan polisi muda itu.

Angga langsung ke ruangan dokter yang akan ia temui sementara sembilan pemuda itu meninggalkan rumah sakit dengan kendaraan mereka. tidak ada yang ganjil dengan rekaman itu. hingga saat kemudian Angga terlihat lagi, ia sedang berbincang dengan seorang dokter kemudian meninggalkan rumah sakit.

"ulangi videonya dari teman saya yang sedang berbincang dengan dokter" ucap Mahesa

kembali diulang rekaman tersebut. saat itu Mahesa melihat seseorang yang masuk di lobi rumah sakit namun hanya berdiri di dekat pintu. saat Angga keluar, ia pun keluar dan mengikuti Angga dengan motornya.

"tolong perbesar gambar orang ini" ucap Mahesa

gambar laki-laki itu diperbesar, wajahnya tidak dapat di lihat karena tertutup oleh masker dan topi jaketnya dan juga gambarnya tidak begitu jelas. meskipun begitu Mahesa tidak akan menyerah begitu saja. ia meminta agar video rekaman itu dikirimkan ke ponselnya. setelahnya ia kembali untuk melihat keadaan Angga.

di balik kaca yang transparan, Mahesa dapat melihat keadaan Angga yang belum juga sadarkan diri. polisi muda itu yang selalu semangat dalam menjalankan tugasnya kini terbaring tidak berdaya di ruangan yang sama sekali tidak bisa dimasuki orang lain kecuali perawat dan dokter.

"haah"

Mahesa menghela nafas kasar, musibah yang terjadi pada kedua rekannya membuat pergerakannya semakin lambat. ia harus mencari dan berusaha sendiri karena tidak mungkin melibatkan mereka berdua yang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Cakra yang keadaannya tidak separah Angga belum bisa menerima tugasnya karena kakinya yang cedera dan patah.

semua data penghuni kost 010 telah mereka dapatkan hanya saja Mahesa belum membacanya dengan teliti. masih banyak tentang mereka yang belum diketahuinya. dengan keadaannya yang sekarang membuat waktunya terbagi dan pikirannya terpecah. ia memutuskan untuk kembali ke kantor dan mengecek beberapa berkas mengenai para koban pembunuhan.

di tempat lain Damar yang telah mengikuti serangkaian kegiatan perkuliahan kini bersiap untuk pulang. hari sudah sore, waktu menunjukkan pukul 17.00. ia akan bertemu dengan Mahendra malam nanti, dan sambil menunggu malam dirinya berencana menghabiskan waktu di cafe depan kampus. ia tidak berencana pulang ke kost, ada seseorang yang harus ia hindari sebelum mengungkapkan apa yang diketahui. ia mengirimkan pesan kepada Mahendra untuk menanyakan jam berapa berapa mereka akan bertemu di jalan cendrawasih.

Damar : Hen, elu ke jalan cendrawasih jam berapa...?

ia menyimpan ponsel di dalam tasnya kemudian melajukan motornya untuk menuju kafe yang sering ia tongkrongi bersama teman-temannya.

tiba di sana Damar memesan minuman kesukaannya dan mengambil tempat duduk di pojokan sebelah kanan. kembali ia meraih ponselnya untuk melihat apakah Mahendra membalas pesannya.

Mahendra : jam 19.00, elu dimana...?"

Damar : di kafe depan kampus, gue nunggu sampai jam 19.00

Mahendra : ngapain elu di situ, mending pulang deh. elu bisa bicara disini kan

Damar : nggak bisa, ini penting banget dan nggak bisa ada yang tau dulu selain elu.

Mahendra : sepenting itu ya, kan bisa bicara di kamar gue

Damar : gue gak tenang kalau di kost Hen, nggak aman bicara tentang ini di kost

Mahendra : emang yang elu mau beritahu itu berbahaya ya...?

Damar : sangat berbahaya kalau sampai dia dengar

Mahendra : dia siapa...?

Damar : nanti gue ceritain

Mahendra : oke, gue mau siap-siap dulu kita bertemu di sana nanti

Damar : katanya jam 19.00 elu berangkat

Mahendra : gue penasaran sama apa yang mau elu omongin, berangkat awal nggak ada masalah

Damar : oke, hubungi gue kalau elu udah mau pergi

Damar menyimpan ponselnya dan menikmati minumannya. sebenarnya bukan karena dirinya takut pulang di kost, hanya saja dia ingin berbagi cerita agar dia mempunyai teman untuk mengetahui rahasia itu dan Mahendra adalah orang yang tepat menurutnya.

tidak terasa waktu magrib menghampiri, adzan berkumandang memanggil manusia untuk melakukan ibadah sholat. Damar memutuskan untuk sholat di masjid dalam kampus. setelah membayar minumannya, ia meninggalkan kafe itu.

di kost 010, penghuninya sudah mulai berdatangan. bahkan sebagian ada yang sudah melaksanakan sholat magrib. Mahendra yang baru saja selesai mandi langsung memakai baju sholatnya dan menunaikan sholat magrib.

Alan dan Danil baru saja pulang dari rumah sakit. karena waktu magrib begitu singkat maka mereka menuju kamar masing-masing untuk bersih-bersih dan akan bertemu dengan penghuni lain setelah sholat nanti.

"bang Arga mau kemana...?" tanya Danil saat melihat Mahendra tengah bersiap

"Abang mau keluar ada kegiatan, kamu di sini saja ya" jawab Mahendra

"Danil ikut boleh nggak...?"

"emang kamu pengen ikut...?"

"eemmm....nggak deh, aku capek dari rumah sakit tadi seharian di sana" Danil akhirnya menggeleng pelan

"ya udah kalau gitu Abang pergi dulu ya, kalau mau makan nanti turun cari aja di luar, nih uangnya" Mahendra memberikan uang merah kepada Adiknya itu

"boleh nitip sesuatu nggak bang...?"

"mau nitip apa...?"

"sosis satu toples" Danil tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya

"huuuu dasar, nggak pernah bisa absen kamu ya sama yang namanya sosis" Mahendra mengacak rambut Danil

"itu wajib harus aku punya bang. belikan ya ya ya"

"iya, nanti Abang belikan sekantung"

"aaaaa Abang memang yang terbaik" Danil girang dan memeluk Mahendra

"ada maunya baru main peluk" cibir Mahendra

"hehehehe" Danil hanya cengengesan

Mahendra meninggalkan Danil sendiri di dalam kamar, di lantai bawah tepat di ruang utama Randi, Kevin, dan Wili sedang menonton di laptop Kevin. Iyan dan Olan sedang menonton televisi sementara di dapur, Rahim sedang memasak mie instan untuk makan malam mereka kali ini. Rahim sebagai Abang tertua memang terkadang suka memasakkan adik-adiknya itu.

"mau kemana Hen...?" tanya Kevin

"keluar, gue ada urusan sekalian mau ketemu Damar" jawab Mahendra menghampiri dan duduk di kursi

"lah emang Damar kemana...?" tanya Olan

"di kampus tapi kita mau ketemu di jalan cendrawasih nanti, kebetulan juga gue ada kegiatan sama teman-teman kampus di sana"

"aneh banget, kalian kan satu kost...ngapain ketemuan di luar, m e n c u r i g a k a n" Wili menyipitkan matanya menelisik Mahendra

"mencurigakan gimana maksudnya...?" tanya Mahendra yang merasa bingung

"jangan-jangan kalian berdua....." Wili merapatkan kedua jari telunjuknya dan menaik turunkan alisnya

"kampret lu" Mahendra melemparkan kulit kacang yang ada di atas meja ke arah Wili sementara Wili bersembunyi di balik badan salah satu temannya namun tanpa sengaja ia mengenai kepala bagian belakangnya sehingga ia meringis kesakitan

"aw.... sakit Wil" ringisnya memegang kepalanya

"eh sorry sorry, nggak sengaja gue"

"kepala lu kenapa...?" Rahim yang baru saja datang bertanya. ia menyimpan mie yang telah siap untuk di santap di atas meja

"nggak kenapa-kenapa bang" jawabnya

"nggak kenapa-kenapa tapi elu kesakitan, coba gue liat" Rahim yang memang respek dengan semua adiknya menghampiri

Rahim memegang bagian belakang kepala adiknya itu membuat dia kesakitan dan menjauhkan kepalanya.

"kepala lu terluka...?" tanya Rahim

"iya bang" jawabnya

"kenapa bisa, luka dimana...?" yang lain bertanya

"di pukul botol sama preman yang ada di bar" jawabnya

"ke bar...? ngapain...ya Allah" mereka tidak habis pikir

"gue jemput teman gue yang laki mabuk berat di bar. tiba di sana. teman gue itu lagi dikeroyok sama preman makanya gue bantu jadi yaa begini sekarang kepala gue" jawabnya

"emang kejadiannya kapan...?"

"kemarin malam" jawabnya

"kemarin malam bukannya terjadinya pembunuhan di jalan pelindung ya. elu berani banget sih keluar malam"

"nggak berani sih sebenarnya, tapi ya gue khawatir sama teman gue aja"

Alan yang hendak turun berhenti di tangga ke tiga dan mendengarkan percakapan mereka.

(*bukannya kepala pembunuh itu gue pukul di kepala bagian belakang, kok kebetulan banget ya dia juga terluka di kepala bagian belakang. terus waktunya juga sama, kemarin malam) batin Alan

(ah nggak mungkin, mikir apa sih lu Al. dia nggak mungkin berbuat jahat seperti itu) Alan menepis jauh pikiran negatif yang ada di kepalanya kepalanya*

Alan turun dan menghampiri mereka semua, ia duduk di kursi di samping Mahendra. tidak lama Danil pun datang bergabung di ruang utama.

"lain kali jangan gitu lagi, itu bisa membahayakan dirimu sendiri"

"iya bang, maaf"

"ya udah kita makan saja kalau begitu"

mereka pun makan malam, sementara Mahendra pamit untuk keluar. dia sudah menghubungi Damar melalui pesan bahwa dirinya sudah akan berangkat.

sementara Damar yang masih berbincang dengan teman kampusnya di masjid, tidak mendengar bunyi pesan masuk. hingga beberapa menit berlalu ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Mahendra namun ternyata ia sudah mendapatkan pesan dari temannya itu. setelah membaca pesan dari Mahendra, Damar langsung bergegas keluar dari masjid dan menyalakan motornya. sayangnya di perjalanan ia ditabrak oleh sebuah mobil dengan sangat keras sehingga Damar terpelanting dan mendarat di tanah.

jalan di tempat itu sangat sepi, tidak ada yang dapat membantu Damar yang dalam keadaan berdarah dan lemah namun dirinya masih dalam keadaan sadar.

seseorang keluar dari mobilnya dan menghampiri Damar. Damar tidak dapat melihat jelas apalagi darah yang mengalir di kepalanya mengalir ke matanya. orang tersebut semakin dekat dan berjongkok di depan Damar.

"halo Dam" sapanya tersenyum

"e-elu" Damar kaget saat mengetahui siapa yang sebenarnya menabraknya

Terpopuler

Comments

Punya Nita

Punya Nita

antara Kevin dan Randi ni yg jdi pembunuh

2023-10-07

0

lecy

lecy

bner kan skrg damar yg jd korbannya krn damar yg udah th smuamya..tp alan sm wily dan bang rahim kg pst lma" bkal curiga nii sm slah satu tmn kosnya..ini dianatar randiol,olan,cabin fix 3 org itu...aku curiga ke randy dr pas kjdian kmtiannya pnjaga perpus krn pas dstu kan mahendra plg bareng randi saat tk sgja brtmu di indomart/alfa dan pas dikosan jg kan randy jg yg kepo sm siapa yg tlf mahendra saat itu randy nybut nmnya viona...lalu jg pas lg nnton horor kn randi gth cavin yg bilang srg nntn film itu..dan dfilm yg mrka tnton kn filmya sm spt kjdian pmbunuhan(dejavu).curiga sm kavin saat mahendra liat bjunya cavin bnyak darah .curiga sm olan saat di psar mlm...

2023-04-02

1

V3

V3

aduuhhh .... mati deh tuh si Damar ,, perasaan td si pembunuh lg pd kumpul di ruang tengah mo pd makan mie , knp tu pembunuh dh nyampe aja ke tmp Damar ❓❓

2023-01-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!