kepanikan terjadi di pasar malam. bagaimana tidak, tidak ada satupun yang menyangka bahwa di tempat yang ramai itu akan terjadi pembunuhan.
semua orang berkerumun untuk melihat mayat di temukan di dekat toilet. sembilan orang pemuda itu penasaran dan ingin melihat namun sayangnya mereka tidak bisa menerobos masuk karena padatnya orang.
"Alan jadi makin takut kalau seperti ini" ucap Alan yang berdiri di dekat Mahendra
"nggak perlu takut, ada gue sama yang lain di sini" Mahendra merangkul Alan
Mahesa yang sedang tertidur pulas di kamarnya harus bangun dari mimpi indahnya karena dering ponsel yang sedari tadi tidak berhenti untuk berbunyi.
dengan malas ia membuka matanya dan melihat jam, sudah pukul 23.30, siapa yang menghubunginya larut malam seperti ini, pikirnya.
"siapa sih" Mahesa mengucek matanya dan meraih ponselnya di atas nakas
📞Mahesa
halo. suara Mahesa serak khas suara bangun tidur
📞Angga
terjadi pembunuhan di pasar malam, kita harus ke sana sekarang. ternyata Angga yang memberitahunya
polisi muda itu masih berada di kantor polisi bersama Cakra. mereka sedang memeriksa rekaman CCTV yang mereka ambil di kota tengah, jalan kaligasan tempat pembunuhan keempat. sedangkan Mahesa sudah pulang lebih dulu karena merasa lelah dan letih.
saat pulang dari rumah sakit karena ibunya sudah membaik, Angga menghubungi Cakra dan menanyakan keberadaan mereka. Cakra dan Mahesa berada di kantor polisi, dan Angga segera menyusul keduanya.
dari hasil CCTV yang mereka temukan, Kevin memang pulang ke rumah kost dan bahkan dirinya tertangkap kamera CCTV di halaman depan kost mereka. benar kata Randi kalau memang Kevin pulang tengah malam dan Randi melihatnya.
kemudian di CCTV di jalan raya yang tembus ke jalan kecil yang ditemukan Mahesa dan Cakra, tidak berfungsi atau rusak sama sekali sehingga mereka tidak bisa tau adakah orang yang lewat di tempat itu atau tidak.
📞Mahesa
baru juga gue tidur beberapa menit. Mahesa mengambil nafas panjang
📞Angga
maaf Hes, tapi ini lebih penting
📞Mahesa
kita ketemu di sana
📞Angga
oke
panggilan dimatikan. Mahesa mengumpulkan kesadarannya dan mulai bersiap untuk ke tempat terjadinya pembunuhan.
"kita berangkat sekarang, kita akan bertemu di sana" ucap Angga kepada Cakra
"haaaaaah" Cakra menghela nafas dan mengacak rambutnya. ini kali keempat terjadinya pembunuhan dan pelakunya belum juga mereka temukan
"ayo" ajak Cakra
keduanya meninggalkan ruangan mereka dan menuju mobil Cakra, kemudian meninggalkan kantor polisi.
mayat wanita itu di tutupkan dengan kain seadanya. tidak ada yang berani menyentuh mayat itu karena dapat mengakibatkan sidik jari mereka akan menempel di tubuh mayat wanita itu.
selang beberapa menit mobil ambulan datang bersamaan dengan datangnya ketiga polisi yang menangani kasus pembunuhan tersebut.
Mahesa mendekati mayat itu dan membuka kain penutupnya. dapat ia lihat bekas cengkraman tali di leher wanita itu dan juga darah yang merembes dari kepalanya.
Mahesa membungkus tangannya dan memeriksa bagian lain dari tubuh mayat. kaki mayat itu kotor penuh tanah.
"pasti dia memberontak dengan menendang nendang ke depan karena lehernya yang dijerat tali" gumam Mahesa
"bawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut" ucap Mahesa langsung berdiri
mayat wanita itu dimasukkan ke dalam kantung mayat dan dibawa ke ambulan kemudian meninggalkan pasar malam.
"kita ke rumah sakit, sekalian memeriksa hasil dari autopsi mayat wanita di tengah kota kemarin" ucap Mahesa kepada kedua rekannya
"baik" jawab keduanya
setelah mayat dibawa ke rumah sakit, semua orang mulai bubar. ketiga polisi itu akan ke rumah sakit namun langkah Mahesa terhenti karena melihat sembilan pemuda penghuni kost 010 berada di tempat itu.
Mahesa menghampiri mereka, Cakra dan Angga mengikuti langkahnya.
"kalian di sini...?" ucap Mahesa
"iya Pak, kami sedang datang menikmati malam minggu karena besok harus beraktivitas lagi" Rahim menjawab ucapan Mahesa
Mahesa manggut-manggut dan menatap satu persatu pemuda yang ada di depannya itu.
"mungkin kalian melihat sesuatu yang aneh atau seseorang yang mencurigakan berada di sekitar toilet" Mahesa bertanya
"kami sih nggak tau pak, soalnya kami sedang menikmati bakso di ujung sana" Wili menunjuk tempat mereka memakan bakso
"nggak tau kalau Mahendra, Alan dan bang Olan. karena mereka yang dari toilet tadi" lanjut Wili lagi
Mahesa langsung melihat ke arah Mahendra, Alan dan juga Olan. tentu dia tau nama dan rupa mereka karena polisi itu telah mencari dan memeriksa data mereka semua. hanya nama dan foto, belum data yang lainnya.
"Angga, Cakra, kalian ke rumah sakit. ambil hasil autopsi Karina" ucap Mahesa. Karina adalah wanita yang dibunuh di tengah kota di jalan kaligasan
"terus elu...?" tanya Cakra
"nanti gue nyusul" jawab Mahesa
kedua polisi itu meninggalkan mereka semua. Mahesa mengajak sembilan pemuda itu ke tempat yang nyaman untuk bicara. mereka ke taman yang ada di dekat pasar malam itu. semuanya duduk di bangku yang ada di taman.
"kami sudah memeriksa CCTV dimana Kevin terekam saat akan hendak pulang. dia memang terekam di beberapa kamera CCTV yang terpasang di jalan" ucap Mahesa, sementara para pemuda itu mendengarkan dengan seksama
"kami juga memeriksa kamera CCTV di depan kost kalian, dan Kevin memang pulang sesuai pernyataan alibinya"
"jadi, bang Kevin nggak salah kan pak...?" Alan bertanya karena sangat penasaran
"iya. Kevin kami coret dari daftar pelaku. kami juga sudah mendatangi rumah teman Kevin yang bernama Rison. dia mengatakan sesuai apa yang dikatakan oleh Kevin" Mahesa menjawab
semua penghuni kost 010 bernafas lega setelah mendengar penjelasan dari polisi yang bersama mereka. Alan langsung memeluk Kevin yang duduk di sampingnya. ia sangat senang abangnya itu terbukti tidak bersalah.
"dari pembunuhan pertama sampai terjadi lagi pembunuhan malam ini, kami belum bisa menangkap pelakunya. dia sangat licin seperti belut, bahkan jejak sedikitpun tidak ia tinggalkan dan itu menyulitkan kami untuk mencari siapa pelakunya" Mahesa menghela nafas panjang, kasus kali ini benar-benar rumit baginya
"sudah lima korban yang dibunuhnya, apakah akan ada korban selanjutnya...?" kali ini Damar bersuara
"kamu berbicara seperti itu seakan korban yang dibunuh pelakunya adalah orang yang sama" Randi menimpali ucapan Damar
"insting gue sih seperti itu. dari pembunuhan pertama sampai malam ini, pembunuhnya hanya satu orang saja" ucap Damar berpendapat
"gue juga sependapat dengan Damar" Mahendra buka suara, mereka semua mengalihkan pandangan ke arah Mahendra
"alasannya...?" tanya Mahesa menatap Mahendra
"saat terjadi pembunuhan di jalan Salangga, gue dan bang Raka teman kost gue sebelum gue pindah, malam itu kami berdua melewati jalan itu. bahkan kami jatuh dari motor karena hampir menabrak seseorang" Mahendra menjelaskan
"terus...?" Mahesa bertanya lagi
"bang Raka hampir menabrak seseorang yang pakaiannya semua serba hitam, memakai topi dan masker. dia keluar persis di tempat dimana mayat itu di temukan" ucap Mahendra
"Jangan-jangan dia pelakunya" Kevin menimpali ucapan Mahendra
"bisa jadi, dari pakaiannya saja sudah mencurigakan" kali ini Iyan yang bersuara
"waktu malam kematian Sarah, gue juga sempat melihat seseorang dengan pakaian yang sama, semuanya serba hitam" lanjut Mahendra
flashback
"ini motor kenapa lagi"
Mahendra turun dari motornya yang tiba-tiba saja mogok. hari sudah malam, ia baru saja dari perpustakaan mengembalikan buku dan saat pulang dirinya malah terkena sial dengan motor yang mogok.
"bensinnya ada kok, apa yang salah ya" Mahendra memeriksa motornya itu kemudian kembali menyalakan namun tidak menyala sama sekali
"hadeeeh... otw jalan kaki ini mah" Mahendra menggaruk kepalanya
dengan terpaksa akhirnya Mahendra mendorong motornya untuk sampai ke bengkel di depan kampus. jauh dirinya berjalan dari arah samping ia melihat seseorang yang lewat di depannya, seperti tergesa-gesa dan terus menunduk. Mahendra tidak dapat melihat wajahnya dikarenakan pencahayaan yang minim di sekitar itu. orang tersebut menghilang di gelapnya malam.
flashback end
"kenapa kamu tidak memberitahu saya soal yang itu kemarin...?" ucap Mahesa
"yaa saya kira dia hanya mahasiswa seperti saya pak. tapi saya semakin yakin kalau pelakunya adalah orang yang sama karena saat menemani Alan di toilet, saya di tabrak oleh seseorang yang pakaiannya sama seperti yang saya lihat sebelumnya. pakaian serba hitam, topi hitam dan masker hitam yang menutupi wajahnya" jawab Mahendra
"yang benar aja lu Hen" Damar kaget, bukan hanya Damar tapi mereka semua terlihat kaget
"kamu sama sekali tidak melihat wajahnya...?" tanya Mahesa
"tidak pak. wajahnya di tutupi masker dan topi, mana bisa saya lihat" jawab Mahendra
"brengsek" Mahesa mengumpat kesal
Angga dan Cakra sudah ia suruh ke rumah sakit, tidak mungkin baginya untuk menyusuri pasar malam sendirian saja untuk mencari sang pelaku yang bisa saja masih ada di sekitar pasar malam itu.
Mahesa mengatur nafasnya yang memburu. dapat mereka melihat kalau polisi itu menahan amarahnya.
Mahesa kemudian melihat ke arah Alan, ditatap dengan tajam oleh polisi itu membuat Alan meneguk ludahnya karena takut.
"saat Mahendra ditabrak oleh orang itu, kamu berada di dalam toilet...?" tanya Mahesa kepada Alan
"iya Pak" jawab Alan gugup
"lalu Olan, saat itu kamu berada dimana. bukankah kalian bertiga yang ke toilet" Mahesa melihat ke arah Olan
"yang pertama ke toilet itu adalah saya. kemudian saat saya keluar dan hendak pulang, saya melihat bapak pedagang asongan yang jualannya sangat sepi tanpa pembeli. saya tidak langsung kembali kepada teman-teman, melainkan menghampiri bapak tersebut dan membantunya berjualan. setelahnya yaa saya langsung balik. nih buktinya, di dalam kantung ini ada jualan bapak tadi yang gue beli" Olan menjawab dengan tenang tanpa rasa takut ataupun gugup dan memperlihatkan kantung yang ia pegang
"berapa menit Olan berlalu ke toilet dan kalian berdua menyusulnya...?" pertanyaan Mahesa ia lemparkan untuk Mahendra dan Alan
"sekitar 5 menit" jawab Mahendra
"dan saat kalian ke toilet, kalian tidak melihat Olan lagi...?"
"tidak Pak, sepertinya bang Olan sudah di pedagang asongan itu makanya kami tidak bertemu" kali ini Alan menjawab
drrrtt.... drrrtt
ponsel Mahendra bergetar, Cakra menghubunginya dan ia segera mengangkatnya.
📞Mahesa
halo Cak, kenapa...?
📞Cakra
ke rumah sakit sekarang
📞Mahesa
ok, gue ke sana sekarang
Mahesa mematikan panggilannya dan beralih kembali melihat semua pemuda yang ada di harapannya.
"Mahendra, beri saya nomor telpon mu" ucap Mahesa
tanpa ragu Mahendra memberikan nomor teleponnya kepada polisi yang berumur 28 tahun itu.
"terimakasih. saya harus pergi. lebih baik kalian pulang, ini sudah larut malam"
"iya Pak, setelah ini kami akan pulang" Rahim menjawab
Mahesa berjalan tergesa-gesa meninggalkan para pemuda itu.
"sumpah, gue ngeri banget elu tadi ditabrak sama pembunuhnya" Wili berucap
"untung tadi Alan di dalam toilet" ucap Alan
"kita pulang sekarang" ucap Rahim
mereka bergegas ke parkiran motor dan meninggalkan pasar malam yang sudah mulai sepi karena banyak yang sudah memilih untuk pulang setelah kejadian pembunuhan tadi.
jam 01.00 dini hari, ketiga polisi itu masih berada di rumah sakit. wanita yang menjadi korban pembunuhan tadi bernama Lila, sesuai dengan nama yang tertera di KTP miliknya.
kini sudah lima orang yang menjadi korban pembunuhan. mereka semua adalah Sisil korban yang meninggal di jalan Salangga tempat Mahendra dan Raka kecelakaan senior Alan di jurusan manajemen. Clara mahasiswi hukum yang juga di bunuh di salah satu gedung kampus. Sarah, yang bekerja di perpustakaan kampus, Karina yang meninggal di kota tengah dan yang terakhir adalah Lila yang dibunuh di pasar malam.
"ini hasil autopsi Karina. sama seperti tiga korban lainnya, tidak ada sidik jari si pelaku" Angga memberikan sebuah amplop coklat kepada Mahesa
"tadi Mahendra memberikan pernyataan kalau dia sempat bertemu dengan pembunuh itu" Mahesa memberitahu
"serius, lalu siapa dia...?" Cakra antusias
"dia tidak melihat wajahnya, karena di tutupi oleh masker. sudah ketiga kalinya dia melihat orang tersebut. pertama di jalan Salangga tempat Sisil meninggal, kedua di kampus saat Sarah meninggal dan ketiga tadi di pasar malam" jawab Mahesa
"apa mungkin kelima wanita ini yang membunuh mereka adalah orang yang sama...?" Angga berpendapat
"sepertinya begitu. namun gue merasa aneh kenapa setiap terjadi pembunuhan selalu ada salah satu dari mereka penghuni kost 010" ucap Mahesa
"pertama Mahendra, kedua Kevin, dan sekarang, bukan hanya Mahendra tetapi ada Alan dan juga Olan" lanjut Mahesa
"itu bisa jadi kebetulan kan. seperti saat ini mereka yang datang di pasar malam. mungkin mereka juga tidak akan menduga kalau di tempat yang mereka tuju terjadi pembunuhan" Angga berasumsi
"kalau begitu sebaiknya kita pulang. kita lanjutkan besok untuk memulai penyelidikan" ucap Mahesa
ketiga polisi itu mulai meninggalkan rumah sakit untuk pulang ke rumah masing-masing. masih banyak hal yang tidak terduga yang sedang menanti di depan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ria Novrianti
olan
2023-05-24
0
V3
makin penasaran trs nih dg pembunuh nya
2023-01-30
0
Winna
Waaah kereen semakin menegangkan dn penasaraaan tentunya
2023-01-30
0