Episode 17

"tahan ya Ger, bentar lagi ambulan datang" Alan memangku kepala Gery

Alan sangat khawatir dengan keadaan Gery sekarang. dirinya tidak peduli lagi dengan bajunya yang terkena darah sahabatnya itu. satu Alan inginkan, segera membawa Gery ke rumah sakit.

Gery meringis menahan sakit, wajahnya mulai tampak pucat. Alan mulai meneteskan air mata melihat penderitaan yang dialami sahabatnya. andaikan tadi ia tidak menyerang pembunuh itu mungkin Gery sekarang dalam keadaan baik-baik saja.

lama menunggu pada akhirnya ambulan pun datang bersamaan dengan kedatangan skuad 010. Gery segera dinaikkan ke atas tandu dan dibawa masuk ke dalam ambulan. begitu juga dengan mayat Alexa namun di ambulan yang berbeda. tidak ada polisi saat itu karena belum ada yang melaporkan kejadian pembunuhan itu. hingga saat mobil ambulan pergi, Rahim segera menghubungi kantor polisi.

"Alan temani Gery di ambulan ya bang" ucap Alan kepada semua abangnya

"iya, nanti kami ikuti di belakang" Rahim menepuk pundak Alan sebelum akhirnya Alan masuk ke dalam mobil ambulan

sepanjang jalan Alan terus berdoa untuk keselamatan Gery. genggaman tangannya ke tangan Gery tidak ia lepaskan. sementara sahabatnya itu matanya sudah mulai tertutup.

"jangan tutup mata Ger, elu harus tetap sadar" Alan semakin takut saat Gery akan menutup matanya

"plis jangan tutup mata, elu harus tetap sadar. elu harus tetap sama gue"

Gery hanya mengangguk pelan namun pada akhirnya dirinya sudah tidak beradaya dan kemudian ia pun pingsan tidak sadarkan diri.

"Ger.... Gery" Alan mulai panik

"pak cepat pak" teriak Alan kepada supir ambulan

"Ger plis.... elu harus kuat"

tiba di rumah sakit, Gery langsung dibawa ke ruang IGD. Alan yang tidak bisa masuk hanya dapat menunggu di luar dengan perasaan berkecamuk. khawatir, sedih dan takut bercampur menjadi satu.

di kantor polisi setelah menerima laporan, Cakra segera menghubungi Mahesa dan Angga. kebetulan malam itu polisi muda itu masih berada di kantor untuk mengerjakan sesuatu. setelah menghubungi kedua rekannya, ia segera meluncur ke TKP dan mereka akan bertemu di sana.

di rumah sakit

"Al" panggil Wili

penghuni kost 010 baru saja tiba dan langsung menemui Alan yang sedang duduk dengan kepala tertunduk. matanya bahkan kini sudah sembab karena sejak tadi terus menangisi kondisi Gery.

"bang" Alan berdiri

Wili segera menghampiri Alan dan memeluknya. untuk saat ini adik bungsu mereka itu memang butuh support dari mereka semua.

"Gery bang" ucap Alan dengan lirih

"sabar, berdoa saja supaya Gery baik-baik saja" Wili mengelus punggung Alan

Wili membawa Alan untuk duduk kembali, mereka semua menunggu di depan ruang IGD menemani Alan yang kini tampak kusut dan sangat tidak bersemangat.

ingin sekali mereka bertanya apa yang sebenarnya terjadi namun mereka mengurungkan niat itu. melihat Alan yang tampak mencemaskan Gery, membuat mereka menunggu waktu yang tepat untuk bertanya padanya nanti.

kembali kepada tiga polisi tadi. kini mereka telah berada di TKP untuk memeriksa apakah ada barang bukti yang bisa mereka temukan. darah segar masih tergenang di tanah. satu kursi hancur lebur akibat dilemparkan dari atas sana.

"siapa yang menghubungimu Cak...?" tanya Mahesa

"Rahim, penghuni kost 010. dia mengatakan kalau ada pembunuhan di tempat ini" jawab Cakra yang sedang mengambil tali yang menjadi alat bagi pelaku untuk mengikat korban

"sepertinya korban di jatuhkan dari atas sana dengan tubuh masih dalam keadaan terikat" ucap Mahesa melihat beberapa kepihan kursi

"gue akan ke atas untuk memeriksa" ucap Angga

Angga masuk ke dalam gedung berlantai 10 itu. satu persatu ia naiki anak tangga hingga akhirnya dirinya tiba di lantai paling atas.

matanya melihat di sekitar dan menyusuri lantai 10. tidak ada apapun yang ia lihat di atas sana. ia pun memutuskan untuk kembali dan saat dirinya di lantai 5, dapat ia lihat sebuah kayu yang tergeletak di samping kanannya. ia pun melangkah dan mengambil kayu tersebut. tentunya ia sudah memakai sarung tangan agar sidik jarinya tidak menempel di kayu itu.

"darah" ucapnya

di kayu itu terdapat bercak darah yang belum terlalu kering. ia membawa kayu itu bersamanya dan turun ke bawah.

"ada yang elu temukan...?" tanya Mahesa

"gue hanya menemukan ini, ada bercak darah di ujung kayu ini" Angga menunjukkan kayu yang ia dapat

"bagus, kita bawa ke rumah sakit untuk diperiksa darah siapa yang berada di kayu itu. darah korban atau darah si pembunuh" ucap Mahesa

"tapi bagaimana kita tau kalau darah ini adalah darah pelaku sementara dirinya saja kita belum mengetahui identitasnya" ucap Cakra

"simpan sebagai bukti, suatu saat pasti berguna untuk kita. sekarang kita ke rumah sakit. dan elu coba hubungi Rahim. dia yang melaporkan kejadian pembunuhan ini, itu artinya dia ada di sekitar tempat ini" ucap Mahesa

"baik"

mereka bertiga meninggalkan tempat itu dan menuju rumah sakit. sebelumnya di depan gedung itu telah diberikan garis polisi. esok pagi pemiliknya mungkin akan shock kenapa gedung yang ia bangun malah menjadi tempat pembunuhan berantai.

sudah lama menunggu namun pintu IGD belum juga dibuka. Alan semakin cemas memikirkan keadaan Gery. ia sangat takut sahabatnya itu akan mengalami hal yang buruk.

hingga 3 jam di dalam, dokter keluar dan memberitahu bahwa Gery membutuhkan transfusi darah. ia sudah sangat banyak kehilangan darah sehingga untuk menyelamatkannya mereka membutuhkan darah AB, sementara di rumah sakit itu stok darah tersebut telah habis.

(biar mampus sekalian) batin seseorang yang berada diantara mereka yang menjadi pelaku pembunuhan

"bagaimana ini, kita harus cari kemana...?" Alan mulai frustasi

"apa tidak bisa mencari di rumah sakit lain dokter...?" tanya Iyan

"kami akan usahakan ya pak, namun untuk berjaga-jaga sebaiknya menyiapkan orang yang ingin melakukan transfusi darah karena pasien membutuhkan sekitar empat kantung darah" jawab dokter

"saya saja dokter, kebetulan golongan darah saya AB" Rahim menawarkan diri

"kalau begitu silahkan ikut suster untuk mengecek kesehatan mas-nya" ucap dokter

seorang suster datang menghampiri dan mempersilahkan Rahim untuk mengikutinya. dokter pun meninggalkan mereka karena harus segera menghubungi rumah sakit lain untuk meminta darah AB yang dibutuhkan oleh pasiennya.

setelah itu dokter itu kembali lagi dan memberitahu bahwa mereka hanya perlu satu kantung darah lagi karena dua sudah didapatkan di rumah sakit lain dan satu adalah dari Rahim sendiri.

mereka bingung mau mencari dimana lagi satu kantung darah AB. di saat seperti itu, tiga orang polisi tadi datang menghampiri mereka. Cakra menghubungi Rahim untuk menanyakan dimana keberadaannya sekarang dan Rahim memberitahu bahwa dirinya berada di rumah sakit. karena Rahim menghubungi nomor kantor mereka, maka Cakra tau nomor Rahim.

"ada apa ini, kenapa kalian panik sekali...?" tanya Mahesa

ketiga polisi itu sedang tidak menggunakan pakaian dinas mereka sehingga dokter atupun suster tidak ada yang tau bahwa ketiga pria itu adalah polisi.

setelah melihat mayat Alexa di kamar mayat dan memberikan sampel darah kepada dokter yang terdapat pada kayu yang di dapat oleh Angga, mereka kemudian berniat menemui Rahim.

"teman saya membutuhkan transfusi darah pak tapi kurang satu kantung darah lagi" jawab Alan lemas

"memangnya golongan darah apa yang dibutuhkan...?" tanya Cakra

" golongan darah AB" jawab dokter

"saya golongan darah AB dokter. biar ambil darah saya saja" Angga menawarkan diri

"kalau begitu silahkan ikut saya untuk memeriksa kesehatan bapak terlebih dahulu" ucap dokter

"terimakasih banyak pak, terimakasih" Alan langsung menghambur memeluk Angga

"sama-sama, selama masih bisa membantu kami akan melakukan itu" Angga mengelus punggung Alan dan kemudian ia meninggalkan mereka mengikuti dokter tadi

"memangnya apa yang terjadi sampai teman kamu masuk ke rumah sakit...?" tanya Mahesa kepada Alan

"pembunuh itu menusuk teman saya" jawab Alan

"jadi kamu berada di tempat kejadian...?" tanya Mahesa

"iya pak. si pembunuh menjatuhkan korbannya dari lantai 10 tepat di depan kami yang akan melintas" jawab Alan

"coba ceritakan dari awal bagaimana kejadiannya" ucap Mahesa

"saya dan Gery baru saja pulang dari pesta ulang tahun teman kami. karena Gery ingin cepat sampai di rumah maka dia mengambil jalan pintas. hingga saat di jalan pelindung saat kami akan melewati gedung bertingkat 10 itu tiba-tiba saja ada suara benda jatuh di depan kami. tentu saja kami kaget dan untungnya Gery langsung merem mendadak motornya. saat kami lihat ternyata itu adalah perempuan yang jatuh dari lantai paling atas" Alan menjelaskan

"lalu...?" tanya Cakra

"saat saya melihat ke atas ternyata pelaku masih ada di atas sana. karena emosi, saya samperin si pelaku dengan membawa sebuah kayu sebagai senjata saya"

"saya berkelahi dengan pembunuh itu dan saya berhasil melukai di bagian belakang kepalanya. kalau dia tidak melemparkan pasir di mataku, mungkin saya bisa membongkar identitas dia meskipun harus babak belur"

"kamu menghajar pelaku dengan kayu...?" tanya Angga menaikkan alisnya

"iya dan sepertinya pembunuh itu pasti terluka di bagian belakang kepalanya" jawab Alan

sementara Alan memberikan kesaksiannya, si pembunuh yang ada diantara mereka mengeraskan rahangnya. ia menatap Alan dengan tatapan dingin. dan saat Alan melihat ke arahnya, ia tersenyum hangat ke adik bungsu mereka itu.

mendengar pernyataan Alan, Mahesa menyunggingkan senyumannya. sudah pasti kayu yang ada bercak darahnya itu adalah darah si pelaku. dengan begini mereka semakin dekat dengan pembunuh berdarah dingin itu. meskipun belum di tau identitasnya siapa, Mahesa punya rencana lain untuk itu.

"untung elu nggak dibunuh juga Al" kali ini si pembunuh bersuara

(gue harus waspada sama Alan) batin si pembunuh

"huss... elu kalau bicara yang baik-baik lah" penghuni kost lain menyikut lengan si pembunuh

"maaf, gue hanya bersyukur aja Alan nggak diapa-apain sama tuh pembunuh" jawabnya

"lanjutkan Alan" ucap Mahesa

"setelah saya tidak bisa melihat, dia kabur langsung turun ke bawah dan Gery mengikutinya namun sayangnya Gery malah ditusuk olehnya dan sekarang disinilah dia sekarang" jawab Alan dengan sendu

"kamu yang berada di TKP lalu kenapa Rahim yang menghubungiku...?" tanya Cakra

"karena saya yang menghubungi bang Rahim" jawab Alan

(kenapa setiap ada pembunuhan selalu saja salah satu dari mereka yang ada di tempat itu) batin Mahesa

setelahnya dokter kembali dan membawa empat kantung darah ke ruang IGD. Rahim dan Angga pun telah kembali bergabung bersama mereka.

mereka masih terus menunggu Gery yang dioperasi di dalam sana. sekian jam akhirnya dokter kembali ke luar dan Gery akan dibawa ke ruang ICU karena dia sekarang dalam keadaan kritis.

"Ger" Alan menatap Gery dari balik kaca ruang ICU

sementara itu ketiga polisi berpamitan untuk pulang. sudah hampir subuh dan sebentar lagi adzan. squad 010 menuju mushola rumah sakit untuk melaksanakan sholat subuh.

"cari semua data mengenai penghuni kost 010" ucap Mahesa, mereka kini telah berada di kantor polisi

"kita kan sudah mencari data mereka semua" ucap Angga

"yang lebih rinci lagi. semua kehidupan mereka, yang sekarang dan yang lalu" jawab Mahesa

"aku merasa pembunuhnya tidak berada jauh disekitar kita. besok gue akan ke rumah sakit lagi untuk mengambil hasil pemeriksaan darah yang kita bawa tadi" lanjut Mahesa

"setiap dia membunuh korbannya, tidak pernah sekalipun dia meninggalkan sidik jarinya" ucap Angga

"tapi kali ini dia ceroboh dan kita mempunyai bukti dari hasil pemeriksaan di rumah sakit, darah yang kita ambil di kayu itu"

"apa maksud elu meminta data penghuni kost 010 untuk mencocokkan darah itu dan golongan darah mereka...?" Cakra melihat Mahesa

"iya, tidak ada salahnya mencurigai mereka. oh ya, bagaimana mengenai para korban. sudah ditemukan apa yang kita cari...?" tanya Mahesa

"gue sudah mencari di sosial media mereka. untuk Karina dan Lila gue nggak menemukan diunggahan instagram mereka sesuatu yang ganjil dan juga mereka tidak memposting kebersamaan dengan seseorang laki-laki yang misterius. mereka hanya memposting foto bersama pasangan masing-masing" Cakra menjelaskan

"informasi dari teman terdekat, mereka memiliki pacar masing-masing dan saat kejadian berdasarkan alibi yang gue selidiki, mereka tidak terlibat dalam pembunuhan itu" lanjut Cakra

"pacar Karina mengatakan kalau dirinya saat itu tengah bertengkar dengan Karina sehingga mengakibatkan wanita itu melampiaskan emosinya di bar dan pulang dalam keadaan mabuk kemudian malam itu dirinya bertemu dengan Kevin" ucap Cakra

"terus kalau Lila...?" tanya Mahesa

"untuk Lila dia ke pasar malam bersama temannya, Rindu. pacar Lila pada malam itu sedang lembur dikantornya, gue sudah mengecek dikantornya dan dia memang lembur pada malam kematian Lila" jawab Cakra

"nggak mungkin pelaku membunuh mereka kalau tidak sebabnya kan...?" ucap Mahesa

"benar sekali. tidak mungkin pelaku membunuh mereka semua kalau tidak ada sebab dari pembunuhan itu. itu yang harus kita cari tau" Angga membenarkan

"nah itu dia yang belum gue dapat. terakhir kita ke rumah mereka kan menurut pernyataan keluarga, kelima korban tidak mempunyai masalah apapun dengan seseorang. hanya tiga korban yang dekat dengan seseorang pria misterius yang kita belum tau siapa orangnya" timpal Cakra

"kalau begitu kita akan selidiki tentang korban Alexandria Robin. ingat, periksa sosmed dan teman-teman terdekatnya dan yang terpenting keluarganya. informasi sekecil apapun harus kita dapatkan. ingat Cak, cari data penghuni kost 010" ucap Mahesa

"ok" jawab Cakra

"Hes, kenapa elu begitu terpaku dengan mereka, elu mencurigai salah satu dari mereka...? tanya Angga

"entahlah, tapi gue merasa perlu memeriksa data-data mereka semua" jawab Mahesa yang menyandarkan kepalanya di kursi

Terpopuler

Comments

lecy

lecy

dsni aku msh curiga ke randi sm olan..bang rahim,alan,mahendra ,cavin itu udh pst aman brsih..
tgl iyan,willy,damar yg blm di curigai

2023-04-02

0

V3

V3

pokok nya klu author nya menyebutkan nama penghuni kost 010 berarti bukan dia pembunuh nya ,, yg di sebut kn itu Willi , Rahim , Iyan , Mahendra , Alan ( korban ) ,, berarti ada 5 lagi nih yg blm di sebut kan.
klu aku felling nya ke Olan deh yg pembunuh

2023-01-31

0

Ernii Aliya

Ernii Aliya

👍👍👍👍👍👍

2022-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!