Episode 10

Mahesa dan Cakra belum benar-benar pergi dari kost 010 itu. polisi yang berparas maskulin itu melihat ke arah sekitar kost, ia melihat satu kamera CCTV yang terpasang di depan kost yang berlantai dua itu. ia berencana akan datang lagi untuk memeriksa CCTV tersebut jika alibi dari Kevin tidak sesuai dengan pernyataannya.

"kita kembali ke tempat pembunuhan untuk memastikan apakah benar Kevin dari rumah temannya atau nggak" ucap Mahesa

"baik" jawab Cakra

"ngomong-ngomong bagaimana dengan Angga...?" tanya Mahesa

baru juga bertanya, pria yang mereka tanyakan akhirnya menelpon Mahesa.

📞Angga

halo Hes

📞Mahesa

elu kemana aja, dari tadi nggak bisa dihubungi...?

📞Angga

maaf, gue tadi sedang di rumah sakit, ibu gue jatuh pingsan

sebenarnya Mahesa ingin memberikan ceramah rohani kepada rekannya itu namun karena alasannya adalah seorang ibu, Mahesa akhirnya mengurungkan niatnya.

📞Mahesa

terus gimana ibu lu, baik-baik aja kan...?

📞Angga

alhamdulillah udah sadar. kalian dimana, biar gue susul. tadi gue udah liat pemberitaan di sosmed, ada pembunuhan lagi. maaf gue baru liat ponsel

📞Mahesa

nggak apa-apa. elu jagain dulu ibumu, biar gue dan Cakra yang urus

📞Angga

thanks ya Hes. setelah ibu gue membaik, gue akan kembali bergabung

📞Mahesa

oke. gue tutup ya

📞Angga

oke, kalian hati-hati

"ibunya Angga kenapa Hes...?" tanya Cakra saat panggilan dimatikan

"jatuh pingsan, dirumah sakit sekarang. ayo cabut"

keduanya memasuki mobil masing-masing dan meninggalkan kawasan kost 010. mereka menuju ke tengah kota di jalan Kaligasan, tempat terjadinya pembunuhan semalam.

"nomor 10 kan...?" tanya Mahesa

"iya, seperti yang Kevin katakan" jawab Cakra

mereka berdua mendekati rumah yang dituju. Cakra mengetuk pintu dan mengucapkan salam. beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya sang pemilik rumah membuka pintunya.

"selamat pagi bu, apakah benar ini rumah saudara Rison...?" tanya Cakra

"benar, silahkan masuk dulu" ibu tersebut mempersilahkan mereka untuk masuk

"tunggu sebentar saya panggilkan dulu Rison-nya" sang ibu bergegas ke belakang dan tidak lama seorang pemuda datang menghampiri keduanya

"kalian siapa ya...?" tanya Rison. ia tidak mengenali mereka karena baru pertama kali melihat kedua polisi itu dan lagi keduanya tidak memakai seragam polisi mereka

"maaf mengganggu waktunya saudara Rison. kami dari kepolisian ingin menanyakan sesuatu kepadamu" Cakra mengambil alih

"aduh polisi, memangnya saya salah apa pak...?" Rison tidak dapat menyembunyikan raut wajah terkejutnya

"tenang saja, kamu tidak memiliki salah apapun. kami hanya butuh beberapa jawaban dari mu dan tolong jawab pertanyaan kami dengan benar" Mahesa menjawab

"oh syukurlah" Rison bernafas lega "jadi apa yang kalian ingin tanyakan...?" lanjutnya

"apakah benar teman anda yang bernama Kevin semalam berada di sini...?" tanya Mahesa

"iya Pak, sejak sore pulang kuliah, dia memang berada di sini" jawab Rison

"apa yang kalian lakukan...?"

"mengerjakan tugas kemudian bermain game dan menonton"

"apa kamu melihat ada hal yang mencurigakan darinya...?"

"mencurigakan....? ummm kayaknya nggak ada pak, dia terlihat seperti biasanya"

"jam berapa di pulang dari rumahmu...?"

"sepertinya jam 01.00 dini hari. dia memesan ojek online dan berkata akan menunggunya di jalan raya" Rison menjawab

"baiklah, terimakasih atas waktunya yang telah diberikan. kami permisi dulu" Cakra dan Mahesa saling tatap kemudian mengangguk

"bolehkah saya bertanya pak...?" tanya Rison ragu-ragu

"silahkan" jawab Mahesa

"apa yang telah dilakukan Kevin sampai pak polisi berdua menyelidiki tentang dirinya...?" rasa penasaran Rison sangat ingin tau

"teman kamu Kevin, saat pulang dia ditabrak oleh seorang wanita yang sedang mabuk dan wanita itu kini menjadi korban pembunuhan" Cakra menjawab

"jadi pak polisi mencurigai Kevin...?" Rison bertanya spontan

"siapa saja bisa dicurigai apalagi Kevin yang ditabrak oleh wanita itu. dia berada di tempat itu beberapa menit sebelum korban di bunuh" jawab Mahesa

"lalu setelah ini Kevin terbebas dari daftar palaku kan pak. saya tau betul siapa dia. Kevin nggak mungkin melakukan hal sekeji itu" Rison berusaha meyakinkan

"kita akan lihat nanti. kalau begitu kami permisi"

"iya, silahkan pak"

Mahesa dan Cakra kembali ke mobil mereka, kali ini Mahesa dan Cakra masih berkeliling di tempat itu. waktu menunjukkan pukul 09.00, matahari mulai terik dari ufuk barat.

"kalau seandainya pembunuh itu tidak tertangkap kamera dari arah depan, berarti bisa jadi dia lewat di jalan lain yang telah ia rusak kamera CCTV-nya. beberapa toko di tempat kejadian mengalami kerusakan CCTV. gue merasa dia sudah merencanakan pembunuhan ini" ucap Mahesa

"tapi kata elu pemilik toko bilang, CCTV mereka masih baik-baik saja sebelum mereka menutup toko. apakah iya dia merusak CCTV-nya pada saat dirinya akan mulai beraksi...?" Cakra berasumsi

"bisa jadi. lihat itu" Mahesa menunjuk sebuah jalan kecil yang diapit dua bangunan yang besar.

mereka melangkah ke jalan kecil itu, saat disusuri jalan itu menembus ke jalan raya di depan sana.

"pantas saja, dia pasti lewat jalan kecil ini" ucap Mahesa

tidak ada apapun yang mereka temukan. mereka kemudian berbalik untuk kembali ke mobil.

"kita periksa CCTV di bagian jalan tadi dan juga kita harus memastikan Kevin terekam CCTV yang di pasang di jalan untuk memastikan kebenarannya apakah dia benar-benar pulang atau malah ke jalan kecil tadi"

"tapi temannya mengatakan kalau dia melihat Kevin pulang tengah malam" Cakra menimpali

"periksa saja"

"baik"

di kost 010 penghuninya sedang bermalas-malasan di dalam kost dua tingkat itu. mereka berencana akan jalan-jalan sore nanti, sekedar untuk refresing sebelum esok hari mereka kembali ke aktivitas masing-masing.

"ke mall aja yuk, Alan mau beli sepatu" usul Alan saat merek sedang menentukan kemana mereka akan pergi

"pesan online aja Lan, nggak repot" Rahim mengusulkan

"Alan nggak ngeh kalau belanja online. Alan mau lihat bibit, bebet, dan bobot sepatu yang Alan akan pilih nanti" jawab Alan

"kayak pemilihan calon menantu aja harus lihat bibit, bebet dan bobotnya" celetuk Randi

"yaa kan supaya nggak salah pilih nanti, memang harus seperti itu" timpal Alan

"kita ke pantai aja gimana, seru kali main ombak di pantai" ini Damar

"nggak ah, gue nggak terlalu doyan ama pantai" Olan menggeleng

"ke pasar malam aja gimana, sekalian Alan cari sepatu juga kan di sana" Mahendra memberi ide

"haaaa boleh tuh ke pasar malam, di sana rame dan banyak makanannya" Randi menjawab

"elu yang ada di kepala lu makan ajaaa mulu, heran gue deh" Wili menggelengkan kepalanya

"yaa daripada di otak gue mikirin cewek mulu, mending gue mikirin makanan kan" timpal Randi dengan wajah sok polos

"kalau gue kemana aja gue ikut" timpal Iyan

"gue juga sama, asal jangan ke jurang aja lalu bunuh diri" Kevin menimpali

"oke, jadi bentar malam kita ke pasar malam ya" Rahim berucap

"oke deal" jawab mereka serempak

jam 13.00 mereka pergunakan untuk tidur siang agar nanti malam tenaga mereka full dan tidak terkantuk-kantuk saat di jalan nanti.

Mahendra yang baru saja tertidur beberapa menit lalu harus terbangun karena suara bunyi dari ponselnya. dengan malas ia meraih benda pipih itu dan mengangkat panggilan.

📞Mahendra

halo. ucapnya dengan suara serak

📞Viona

Hen tolongin gue. lirihnya

Mahendra yang tadinya mengantuk seketika ngantuknya hilang saat mendengar suara Viona yang merintih sakit di sebrang sana.

📞Mahendra

elu kenapa Vi...? Mahendra cemas

📞Viona

sakit Hen, gue nggak tahan. tolongin gue.

📞Mahendra

elu dimana sekarang...?

📞Viona

di kost, elu kesini ya. gue butuh elu

📞Mahendra

oke, elu tenang ya gue ke sana sekarang

Mahendra menutup panggilan dan mengambil jaket serta meraih kunci motor yang ada di atas meja belajarnya. dengan tergesa-gesa ia menuruni anak tangga.

"mau kemana Hen...?" Olan bertanya saat melihat Mahendra

"gue keluar bentar bang, teman gue sakit. bentar sore gue pulang" jawab Mahendra yang berlalu keluar dari pintu utama

"oke" jawab Olan meskipun Mahendra sudah tidak mendengarnya lagi

Mahendra membawa motornya dengan kecepatan tinggi, dirinya khawatir terjadi sesuatu kepada Viona. meskipun hubungan mereka telah berakhir tapi tetap saja wanita itu pernah mengisi hatinya dan bahkan mungkin sampai hari ini. hanya saja perasaan kecewa Mahendra lebih mendominasi.

motor Mahendra telah terparkir di rumah kost bercat warna hijau. rumah kost itu bukan khusus untuk putri namun bercampur dengan laki-laki sehingga Mahendra langsung menuju ke kamar Viona. meskipun begitu aturan yang diberikan oleh pemilik kost lebih ketat dan disiplin.

tok... tok... tok

"Vi" panggil Mahendra

cek lek

pintu terbuka, nampak lah Viona yang terlihat pucat dan berantakan. ia mempersilahkan Mahendra untuk masuk namun pintu tetap di buka lebar agar penghuni lain tidak curiga kepada mereka berdua.

"kamu kenapa...?" tanya Mahendra dengan lembut. sikapnya yang lembut kembali seperti dulu. panggilan aku kamu kembali Mahendra pakai,

Viona hanya menatap Mahendra dengan mata yang mulai berkaca-kaca. wajahnya pucat bahkan bibirnya pun sama.

"apa yang sakit...?" tanya Mahendra lagi

"perut aku sakit" jawab Viona lirih

"datang bulan...?" tanya Mahendra dan Viona mengangguk

memang selalu seperti itu, saat Viona datang bulan maka ia akan merasakan sakit dan keram di perutnya, pinggangnya pun seakan terasa lepas dari tempatnya. dalam keadaan seperti itu maka biasanya Mahendra lah yang akan selalu menemaninya. oleh karena itu dia menghubungi mantan kekasihnya itu.

"aku kompres pakai air hangat ya" ucap Mahendra

"iya" jawab Viona pelan

Viona berbaring di kasurnya sementara Mahendra mengambil air hangat di wadah kecil dengan sapu tangan. ia kemudian duduk di samping Viona.

baju Wanita itu ia sibakkan ke atas sehingga terlihat perut Viona. dengan pelan Mahendra mengompres perut Viona. hal seperti itu sudah sering Mahendra lakukan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri di perut Viona.

"makasih" ucap Viona dengan tatapan sendu

"pacar kamu mana, kenapa dalam keadaan kamu seperti ini, dia nggak datang" Mahendra berucap

"kami sudah putus" jawab Viona

Mahendra menghela nafas panjang. ia memijit kaki Viona agar wanita itu merasa baikan. Viona bangun dari tempat baringnya dan langsung memeluk Mahendra.

"aku minta maaf" ucap Viona yang sudah terisak

"maafin aku Hen, aku nyesal. aku mau kita kembali kayak dulu lagi"

Mahendra tidak menjawab, ia hanya membiarkan Viona memeluknya dengan erat. meskipun belum bisa menghapus nama Viona dan pastinya masih ada perasaan sayang untuk wanita itu, tapi kekecewaan yang Mahendra rasakan membuat dirinya sulit untuk menerima Viona lagi.

"lebih baik kamu istrahat, jangan banyak pikiran dulu" Mahendra melepas pelukannya dan menghapus air mata Viona

"kamu mau kan balikan sama aku...?" Viona menangkup wajah Mahendra

"akan aku pikirkan. sekarang istrahat lah" Mahendra membantu Viona untuk berbaring

"tetap di sini ya" Viona menggenggam tangan Mahendra

"iya" Mahendra tersenyum lembut

waktu berjalan begitu cepat. kini siang berganti malam. setelah memastikan keadaan Viona telah lebih baik dari sebelumnya, Mahendra berpamitan untuk pulang.

"aku pulang dulu, sudah malam" ucap Mahendra

"Hen"

"iya" Mahendra menatap Viona

"hati-hati dan terimakasih" ucap Viona tersenyum. wajahnya kini tidak sepucat tadi

"kamu juga istrahat dan jangan keluar malam. bahaya untuk kamu"

"iya" angguk Viona

"aku pulang ya" Mahendra mengelus kepala Viona

biasanya saat berpamitan seperti itu, Mahendra akan mencium kening Viona, namun kali ini berbeda. Mahendra hanya mengelus kepala wanita itu dan kemudian bergegas pulang karena semua penghuni kost pasti sedang menunggunya.

"Mahendra belum datang ya...?" tanya Rahim yang baru keluar dari kamarnya

"belum bang, masih di jalan mungkin" jawab Wili yang sedang memainkan ponselnya

tidak lama kemudian suara bunyi motor terdengar dari luar dan berhenti tepat di depan kost 010.

"itu kayaknya Mahendra" ucap Rahim

benar saja, Mahendra masuk ke dalam kost dengan melepas helmnya dan menghampiri Wili dan Rahim.

"yang lain mana bang...?" tanya Mahendra

"masih siap-siap. elu sebaiknya siap-siap juga deh" jawab Rahim

"oke, gue ke atas dulu ya"

Mahendra menaiki anak tangga dan menuju kamarnya. segera ia mandi kemudian sholat magrib. setelahnya ia bersiap dan turun ke bawah dimana penghuni kost sudah berkumpul.

"Alan bonceng sama bang Wili ya" ucap Alan

"boleh, nanti gue jual elu di jalan" goda Wili

"jahara amat sama adiknya" Alan cemberut

"bercanda dong. nggak mungkin gue jual adik gantengku ini, yaaa paling kalaupun di jual hanya laku berapa" Wili mengacak rambut Alan

"bang Wili" rajuk Alan

"hehehehe... iya iya maap" Wili merangkul Alan

"berangkat sekarang yuk" ucap Iyan

"ayuk lah, kuy jalan"

mereka pun keluar dari kost, Rahim mengunci pintunya dan mereka segera meninggalkan tempat mereka itu. mereka saling membonceng teman yang tidak memiliki kendaraan dan membelah jalan menuju pasar malam.

Terpopuler

Comments

anhar005

anhar005

pasti dia nanti mati❌

2023-09-23

0

lecy

lecy

pling skrg korbannya viona nii tar yg dicurigai mahendra lg krn yg trakhir ktmu viona mahendra

2023-04-01

0

V3

V3

kirain viona knp² eee gak thu nya cm sakit Krn datang bulan ja ,, hadeeewww ..... 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!