Episode 4

tok tok tok

tok tok tok

kamar Mahendra diketuk dari luar. ia yang masih tidur nyenyak terbangun karena suara yang memanggil namanya.

"Hen"

"hoaaaaam" Mahendra menguap dan berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu kamarnya.

cek lek

"bang iyan. ada apa bang...?" tanya Mahendra dengan mata terpejam. ia hanya membuka matanya sebentar untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya

Mahendra semalaman begadang karena mengejarkan tugas. pukul 3 pagi ia baru menyelesaikan tugasnya dan akhirnya langsung tepar di tempat tidur tanpa membereskan semua buku-bukunya yang terhambur di kasur. mahasiswa jurusan ilmu komunikasi itu lebih suka mengerjakan tugasnya di tempat tidur daripada di meja belajar yang telah disediakan sebagai fasilitas di dalam kamar.

"kayaknya elu lelah banget Hen, muka lu sampai pucat gitu" ucap Iyan yang melihat aura wajah Mahendra memang terlihat lelah

"iya bang, semalam gue begadang kerjain tugas" Mahendra membuka matanya meski sulit rasanya. ia hanya tidak ingin tidak sopan di depan Iyan

"gue sebenarnya mau ngajakin elo ke masjid, yang lain udah pada siap. tapi kalau elo capek lebih baik istrahat aja dulu. lain kali aja" Iyan tidak ingin memaksa Mahendra, dirinya kasian melihat anak itu terlihat kelelahan

"oh mau ke masjid ya bang. nggak apa-apa, kalau gitu gue siap-siap dulu" Mahendra ingin ikut ke masjid

"tapi elo capek banget Hen, lebih baik elo sholat di kamar aja" usul Iyan

"nggak apa-apa bang. siapa tau dengan ke masjid gue bisa jadi fresh kembali"

"ya udah, gue sama yang lain tunggu di bawah ya"

"iya bang"

setelah kepergian Iyan, Mahendra bersiap-siap. ia mencuci mukanya dan menggosok gigi. setelah itu ia memakai pakaian sholatnya dan menyusul yang lainnya di bawah.

"Alan mana bang, kok nggak keliatan. dia nggak ikut ke masjid...?" Mahendra bertanya kepada Rahim saat ia turun di bawah

"Alan sakit, semalam dia demam. sekarang lagi di kamarnya" bukan Rahim yang menjawab melainkan Kevin

"kok bisa sakit, perasaan semalam dia baik-baik saja. terus siapa yang jagain dia...?" Olan bertanya karena dirinya tidak tau perihal Alan yang sakit

"iya, gue liat semalam dia baik-baik aja" Damar menimpali ucapan Olan

"tengah malam dia ketuk kamar gue. dia lemah banget terus panasnya tinggi. tapi alhamdulillah sekarang panasnya udah turun. sekarang ada Wili yang jagain dia" Kevin menjawab

Alan memang lebih dekat dengan Wili, meskipun dia juga dekat dengan abang-abangnya yang lain itu namun Alan lebih sangat dekat dengan Wili daripada yang lain.

"ya udah berangkat sekarang yuk, udah adzan tuh" ajak Randi

mereka semua bergegas ke masjid. Rahim membuka kunci pagar kemudian menguncinya kembali. pagar rumah kost itu akan dibuka jika sudah pagi menjelang.

"udaranya kalau subuh begini seger banget ya" Kevin berucap sambil menghirup udara pagi

"iya. gue jadi lebih bersemangat lagi setelah semalaman gue begadang" Mahendra menimpali ucapan Kevin

"begadang ngapain Hen, kerja tugas ya...?" Olan bertanya

"iya bang, alhamdulillah udah kelar" Mahendra menjawab

"memang seperti itu kalau jadi mahasiswa, harus ekstra sabar dan tabah. banyak pahitnya ada juga manisnya. nanti perjuanganmu akan terbayarkan dengan pemasangan toga di kepalamu" Olan menepuk bahu Mahendra

"iya bang, gue tetap semangat meski banyak lelahnya" Mahendra mengangguk

di kamar Alan, Wili bersiap untuk melaksanakan sholat subuh. sebelum beranjak, ia memegang kening Alan.

"syukurlah demamnya nggak tinggi lagi" Wili mengusap kepala Alan

Alan yang merasakan sentuhan tangan di kepalanya membuka matanya.

"bang" panggil Alan lirih

"udah bangun, kepalanya masih sakit nggak...?" tanya Wili

pria itu begitu khawatir saat Kevin tengah malam mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan kalau Alan sakit. meski mereka tidak terlahir dari rahim yang sama, namun Wili sudah menganggap Alan sebagai adiknya sendiri. semua yang lebih tua dari Alan, sudah menganggap anak itu sebagai adik mereka sendiri. penghuni kost 010 memang sangat kental rasa persaudaraan mereka.

"masih pusing. udah jam berapa bang...?" Alan bertanya dengan suara lemah

"jam 5 pagi. gue mau ke kamar dulu ya, mau siap-siap sholat. nanti abang bawakan sarapan buat elo"

"lidah gue pahit bang" keluhnya

"biar pahit harus tetap makan dan minum obat. elo mau sembuh kan"

"iya bang. tapi abang jangan lama-lama ya"

"iya. udah elo tidur lagi. gue tinggal dulu ya"

"iya bang"

Wili beranjak keluar dari kamar Alan dan menuju kamarnya di pantai bawah. Alan yang masih merasakan pusing, hanya bisa tidur di kamarnya tanpa bisa melakukan kewajibannya.

malam berlalu pagi menyapa. Mahendra dan Damar pergi mencari sarapan untuk mereka sementara Wili ke apotik untuk membeli obat demam dan sakit kepala. di dapur, Randi sedang membuat teh hangat untuk mereka semua, sedang Kevin berada di kamar Alan untuk melihat keadaan adiknya itu.

"ya ampun pembunuhan lagi" Rahim berucap. ia dan Olan sedang menonton televisi di depan"

"siapa yang dibunuh bang...?" Damar bertanya. ia dan Mahendra baru saja datang membeli sarapan pagi

"tuh lihat" Rahim menunjuk televisi dengan matanya

"astaghfirullah, kemarin belum kelar sekarang ada lagi yang mati" Damar terus memperhatikan tayangan di televisi

"mahasiswi hukum" ucap Mahendra yang ikut menonton

"iya, namanya Clara. siapa sih psyco yang tega membunuh seperti itu. kemarin seniornya Alan, mahasiswi manajemen sekarang mahasiswi jurusan lain lagi" Iyan menimpali ucapan mereka

"jadi yang meninggal kemarin itu seniornya Alan...?" Mahendra bertanya

"iya, gue lupa namanya siapa" jawab Iyan

"polisi belum nemuin pelaku pembunuhan kemarin, sekarang ada lagi yang terbunuh" kali ini Olan yang berucap

"semoga cepat ketangkap pelakunya, gue rada ngeri kalau masalah bunuh membunuh. kayak nyawa kita bisa dibeli di pasar" Damar berucap

tidak lama Randi datang dengan teh hangat yang ia buat. Mahendra pergi mengambil piring di dapur untuk tempat mereka makan. Kevin yang baru saja turun ikut bergabung dengan mereka.

"gue makan di kamar Alan aja deh, sekalian mau suapin dia makan" ucap Kevin

"biar gue aja yang bawa makanan buat Alan" Mahendra datang dengan piring di tangannya

bukan tanpa alasan Mahendra ingin menemui Alan. ia dan adik mereka itu belum akur sampai sekarang karena Alan masih kesal perihal kemarin saat dirinya ditakuti oleh Mahendra.

Mahendra ingin hubungannya dengan Alan sama dekatnya dengan penghuni kost 010 yang lain.

"ya udah kalau gitu" Kevin mengangguk

cek lek

Mahendra masuk ke dalam kamar Alan. kamar itu tidak di kunci karena tidak mungkin Alan di kurung di dalam kamar dan di kunci dalam keadaan dirinya sakit.

"bang Wi..... li" Alan menoleh dan memanggil na Wili. ia pikir abangnya itu yang datang

saat Mahendra masuk tatapan mata Alan datar tanpa ekspresi. Mahendra menghampiri adiknya itu dan duduk di kasur, di samping Alan.

"gue bawa makanan. makan dulu ya" ucap Mahendra

"nggak mau" Alan menjawab ketus

"elo harus makan biar punya tenaga" Mahendra memujuk

"gue mau bang Wili atau bang Kevin" jawabnya memalingkan wajah

"bang Wili lagi ke apotik beli obat buat elo. Kevin lagi sarapan dibawah. sekarang elo juga harus makan biar perut elo nggak sakit dan setelah itu minum obat" Mahendra menjelaskan dengan suara lembut

"lidah gue pahit"

"nggak apa-apa, dikit aja yang penting perut elo ada isinya. mau makan sendiri atau di suapin...?"

"makan sendiri" jawabnya masih dengan ketus namun Mahendra tidak mempermasalahkan itu

Alan berusaha untuk bangun dan Mahendra membantunya kemudian menyandarkan tubuhnya di ranjang. dengan kekuatan yang lemah, Alan mengambil piring yang ada di dekatnya namun karena lemah seakan ia tidak sanggup mengangkat piring itu.

"biar gue suapin" Mahendra berinisiatif meski Alan menolak

"gue bisa sendiri"

"gue abang elo dan elo adik gue. melihat elo sakit begini nggak mungkin gue diam saja. yang lain juga pada khawatir sama elo. kalau elo masih marah soal kemarin gue minta maaf ya, gue hanya sekedar mengajak elo bercanda"

"buka mulutnya" Mahendra sudah menyodorkan sendok yang berisi nasi uduk ke arah Alan

Alan membuka mulutnya, meski rasa gengsinya tinggi namun tetap perutnya harus di isi.

"pahit" keluhnya

"telan aja, paksa" jawab Mahendra

Mahendra menyuapi Alan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menggeleng dan menutup mulutnya karena sudah tidak sanggup lagi mengunyah makanan yang ia rasa pahit.

"minum dulu" Mahendra membantu Alan untuk minum kemudian ia membantu Alan untuk berbaring kembali

"eh Hen, elo di sini rupanya" Wili baru saja datang

"iya bang, gue mau liat keadaan Alan" jawab Mahendra

"udah makan dek...?" tanya Wili

"udah bang, disuapi sama bang Mahendra" jawab Alan

"kalau gitu minum obat ya"

Wili membuka bungkusan obat yang ada di tangannya. Alan di bantu Mahendra bangun untuk meminum obatnya kemudian ia dibaringkan lagi.

"elo nggak ngampus Hen...?" tanya Wili

"ngampus bang, jam 8 gue masuk" jawab Mahendra

"gitu ya. sebenarnya gue bingung mau ngampus atau tidak. Alan siapa yang jagain" ucap Wili

"biar gue yang jagain Alan, kalian berdua ke kampus aja. kebetulan hari ini gue free nggak ngampus" Kevin tiba-tiba masuk dan duduk di samping Mahendra

"syukurlah kalau gitu. gue jadi tenang ke kampusnya"

Mahendra dan Wili kembali ke kamar mereka untuk siap-siap ke kampus. Damar yang juga tidak mempunyai mata kuliah hari itu, ikut menjaga adik mereka Alan.

Olan yang bekerja di perusahaan sudah berangkat lebih dulu, begitu juga dengan Rahim yang mengajar pagi. sementara Iyan, akan pergi kerja siang hari karena ia mendapat shift di jam 1 siang.

Mahendra yang telah selesai mengikuti perkuliahan akan ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang pernah ia pinjam. namun saat di parkiran, ia melihat wanita yang ia kenal sedang masuk ke dalam mobil warna merah kemudian meninggalkan parkiran. nafas Mahendra memburu dan tangannya terkepal. segera ia menyalakan motornya untuk mengikuti mobil merah itu.

mobil itu berhenti di sebuah restoran yang jauh dari kampus. niat hati untuk ke perpustakaan, Mahendra malah menjadi penguntit. seorang laki-laki dan wanita turun dari mobil itu. mereka bergandengan tangan dengan mesra.

cekrek

cekrek

Mahendra mengambil gambar kedua orang itu. tidak sampai di situ, Mahendra ikut masuk ke dalam dan mengambil tempat yang tidak jauh dari kedua orang yang ia buntuti.

"mau makan apa sayang...?" tanya laki-laki itu

"apa aja asal bisa bikin kenyang" jawab si wanita

"ok"

laki-laki itu memesan makanan yang akan mereka santap. ia memanggil pelayan restoran dengan mengangkat tangannya.

ting

pesan masuk di ponsel Viona. ya, wanita itu adalah Viona kekasih dari Mahendra.

Mahendra : elo dimana...?

Viona : di kampus. ada apa sayang...? balasan pesan dari Viona

saat membaca pesan dari Viona, Mahendra tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. sebenarnya ia sudah tau kalau kekasihnya itu selingkuh di belakangnya makanya itu sikapnya kemarin terhadap Viona sangatlah dingin. Mahendra ingin kekasihnya itu jujur namun ternyata sampai sekarang Viona tidak mengatakan apapun padanya bahkan terus menghubungi Mahendra dan terus mengajaknya bertemu.

cekrek

cekrek

Mahendra mengambil gambar mereka secara diam-diam dan mengirimkan kepada Viona

Mahendra : selamat menikmati makan siang mu.

Mahendra mengirim pesan gambar kepada Viona. saat Viona melihat pesan itu, dirinya seketika panik dan melihat sekeliling. matanya langsung menangkap sosok yang sejak tadi sedang memperhatikan mereka. tatapan mata Mahendra begitu diliputi kekecewaan.

"M-Mahendra" Viona terbata

Mahendra melenggang pergi dari restoran itu dengan perasaan yang hancur. hubungan yang terjalin selama dua tahun harus kandas karena perselingkuhan.

Terpopuler

Comments

anhar005

anhar005

fix alan psikopat

2023-09-23

0

anhar005

anhar005

gw curiga psikopat itu mahenda atau alan

2023-09-23

0

anhar005

anhar005

curiga klo mc ternyata Psikopat

2023-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!