Episode 3

Mahendra mengangkat barang-barangnya dan mendekati pagar yang tidak di kunci. bebannya yang berat membuat dirinya mengangkat sebagian dulu barang bawaannya.

seorang laki-laki yang baru saja datang melihat Mahendra yang akan masuk ke dalam.

"penghuni baru ya...?" tanyanya

Mahendra menghentikan langkahnya dan berbalik. seorang laki-laki yang berbadan tegap, kulit putih dan rambut klimis menghampiri dirinya. laki-laki di hadapannya itu memperlihatkan senyum ramahnya menambah ketampanannya.

"iya bang. gue penghuni baru kamar 9" jawab Mahendra tersenyum

"kalau gitu kenalkan gue Kevin, penghuni kamar 8" Kevin mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Mahendra

"kalau gitu gue bantu angkat barang-barangnya, kayaknya elo nggak bisa angkat sendiri" Kevin mengambil tas yang disimpan Mahendra di samping pagar

"terimakasih bang, maaf bangat gue merepotkan"

"nggak apa-apa, ayo masuk" Kevin masuk terlebih dahulu dan di susul oleh Mahendra

di ruang tamu ada Wili yang sedang nonton bersama Randi. kedua pria itu menyambut kedatangan Mahendra dengan senyuman yang ramah.

"oi Hen, selamat datang di tempat baru" ucap Randi

"iya, terimakasih" Mahendra mengangguk

"udah datang lo, kirain masih lama" Damar dari arah dapur dengan segelas air putih di tangannya

"baru aja datang" jawab Mahendra

"ayo Hen ke atas" ajak Kevin yang sudah berada di tangga

Mahendra menyusul Kevin naik ke lantai dua. tepat di depan kamar 9 Kevin berhenti menunggu Mahendra untuk membuka pintu kamarnya yang di kunci.

cek lek

pintu di buka, keduanya masuk ke dalam kamar yang telah dibersihkan oleh Mahendra kemarin bersama dengan Damar.

"ini tas lo gue simpan di sini ya" Kevin menaruh tas Mahendra di atas tempat tidur

"iya bang. makasih bangat udah bantuin gue"

"santai aja kali. kalau ada apa-apa tinggal bilang gue aja atau ke anak-anak yang lain. kami di sini sudah saling menganggap seperti keluarga sendiri satu sama lain" Kevin tersenyum dan duduk di kasur tidur Mahendra

"iya bang, gue lihat kayaknya penghuni di sini baik-baik semua. kayaknya gue bakal betah di sini" mahendra duduk di kursi belajar

"harus itu. dan kayaknya elu jangan panggil gue abang deh, gue rasa kita seumuran"

"emang umur abang berapa...?"

"20 tahun, elo berapa...?"

"sama, gue juga 20 tahun. kita ternyata seumuran ya"

"makanya itu jangan panggil gue abang. yang dipanggil abang di sini cuman bang iyan, bang Rahim dan bang Olan karena mereka bertiga lebih tua daripada kita"

"gitu ya. mereka kerja atau masih kuliah bang, eh maksud gue Vin" ucap Mahendra

"kalau bang Rahim itu dosen. dia orang kepercayaan ibu Nani dalam mengurus kost ini. bang Rahim udah lama tinggal di sini, dari awal masuk kuliah sampai sekarang dia masih bertahan di sini. jadi ibu Nani mempercayakan dia untuk mengurus rumah kost ini. terus kalau bang Iyan, dia kerja di cafe. jadi dia itu jago meracik kopi, kalau elu mau diracikkan kopi sama dia, bisa dah elu minta ke dia" Kevin menjelaskan

"terus kalau bang Olan...?" tanya Mahendra

"kalau bang Olan pekerja kantoran. dia kerja di salah satu perusahaan ternama" jawab Kevin

"gitu ya. mereka udah menghasilkan uang ya, tinggal kita yang masih minta dikirimkan uang"

"sabar aja Hen, rejeki mah udah ada yang ngatur" timpal Kevin tersenyum kecil

"terus kalau kamar 10 belum ada yang isi ya"

"untuk sekarang sih belum, mungkin nanti kalau ada yang berminat. kamar 10 sih belum lama kosong, baru beberapa minggu yang lalu penghuninya keluar karena sudah selesai kuliah dan memilih pulang kampung"

"terus kalau kamar 9 ini udah lama kosong ya sebelum gue datang...?"

"emmm.... ada satu bulanan lah sampai elo yang menempati" ucap Kevin dan Mahendra manggut-manggut

"kalau gitu gue ke kamar dulu ya. mau mandi bau asem dari tadi" Kevin beranjak menuju pintu

"iya. sekali lagi makasih ya Vin"

"yoi" balas Kevin mengangkat jempol kanannya

baru saja Kevin keluar dari kamar Mahendra, laki-laki itu sudah ada yang memanggilnya.

"bang Kevin" suara seseorang yang memanggil Kevin terdengar di dalam kamar Mahendra. Mahendra beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. ia ingin berkenalan dengan orang yang memanggil Kevin

"kenapa Lan, baru pulang kuliah lo...?" tanya Kevin

"iya. bang gue minta cas laptop dong, cas laptop gue ketinggalan di kos teman" Alan menghampiri Kevin. laki-laki itu belum menyadari keberadaan Mahendra di depannya

"ada di kamar nanti lo ambil. elo baru datang mau buka laptop lagi, nggak sakit kelapa lo Lan...?"

"yaaa mau gimana lagi tuntutan tugas. harus di kirim sekarang ke email dosen. sebenarnya ya bang gue capek banget ngurus tugas ini itu. ternyata jadi mahasiswa nggak segampang itu ya" tanpa sadar Alan bersandar di tubuh Mahendra yang ia kirakan adalah pintu kamar nomor 9 karena fokusnya dari tadi hanya kepada Kevin

"eh astagfirullah" Alan terlonjak kaget karena tempatnya bersandar bukanlah pintu

Alan melihat ke arah Mahendra yang sedang tersenyum ke arahnya namun entah kenapa Alan malah berteriak setan dan melompat ke arah Kevin.

"setaaaan" mahasiswa jurusan manajemen itu yang masih semester 1 berteriak keras dan melompat ke tubuh Kevin dan menggelantung

"oi Lan turun nggak lo, berat tau. lagipula mana ada setan sih" Kevin berusaha melepaskan pelukan Alan namun laki-laki itu menggeleng tidak ingin turun

sementara Mahendra, dirinya tertawa ngakak melihat Alan yang entah kenapa takut kepada dirinya bahkan menganggap kalau dirinya adalah setan.

"bang, itu di depan kamar nomor 9 siapa bang. kamar nomor 9 kan kosong nggak ada penghuninya" Alan bertanya yang masih dalam gendongan Kevin

"ya makanya itu elo turun supaya kenalan" ucap Kevin

"nggak mau, gue takut. kabur aja yuk bang" Alan semakin merapatkan pelukannya

"hihihihihihi.... Alan, kenalan yuk" bisik Mahendra di telinga Alan. Mahendra yang entah kenapa merasa gemas dengan tingkah Alan seketika langsung punya pikiran untuk menakuti anak itu

"kyaaaaaaaa nggak mau" Alan turun dari tubuh Kevin dan berlari tunggang langgang menuju lantai bawah

"buahahahaha" Kevin dan Mahendra tertawa terbahak melihat Alan yang kabur ketakutan

di lantai bawah, Alan menghampiri Wili dan Randi yang masih sibuk menonton tayangan di televisi. teriakan anak itu membuat keduanya menoleh dan bingung.

"bang Wili" Alan mengambil tempat di tengah-tengah dan memeluk tubuh Wili dari samping

"kenapa lo Lan. macam dikejar setan aja lo" Randi berucap

"di atas memang ada setan bang, makanya gue kabur" Alan semakin merapat ke arah Wili

"ada-ada aja lo Lan. mana ada setan sih, ngawur nih anak" Wili yang sudah menganggap Alan sebagai adiknya membalas pelukan adiknya itu

"bahas apaan sih pakai nyebut setan segala" Rahim yang baru saja pulang duduk bergabung bersama mereka. laki-laki yang berumur 25 tahun itu membuka dua kancing kemejanya karena merasa gerah.

"di atas ada setan bang. gue nggak mau tinggal di atas, takut. bang Wili, gue tidur di kamar abang aja ya" Alan mulai merengek

"jadi cowok penakut banget sih Lan. lagian mana ada setan sih, dari dulu rumah kost ini aman-aman aja dari para jurig" Rahim menimpali ucapan adik mereka itu

"itu di kamar nomor 9 kan nggak ada orangnya. tapi tadi gue liat ada laki-laki yang berdiri di depan pintunya. siapa lagi kalau bukan setan coba. malah ngajak kenalan lagi. gue kan takut" Alan masih tidak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Wili

"hahahaha" semua yang ada di situ tertawa ngakak mendengar penuturan Alan

"kok pada ketawa sih. nggak lucu tau" Alan cemberut karena abang-abangnya itu malah menertawakan ucapannya

"setan darimana sih Lan. itu mah Mahendra, penghuni baru kamar nomor 9" Rahim meluruskan kesalahpahaman Alan

"penghuni baru...?" Alan melepaskan pelukannya dan duduk seperti yang lainnya

"iya. dia baru aja datang tadi. perasaan elo nggak rabun deh Lan. masa iya nggak bisa bedain setan sama manusia" Randi mengacak rambut Alan

"jadi dia bukan setan...?" tanya Alan

"bukan adikku yang ganteng" Wili mencubit pipi adik mereka itu

"hish... gue dikerjain. awas aja" Alan menggeturu dan cemberut

Mahendra masih terkekeh di dalam kamarnya. tidak habis pikir olehnya kalau salah satu penghuni kost 010 akan menganggap dirinya sebagai makhluk halus. dirinya merasa lucu dengan tingkah Alan yang lari ketakutan karena ulahnya.

"kayaknya gue keterlaluan banget deh udah bikin dia ketakutan" ucap Mahendra

merasa gerah, Mahendra mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. beberapa menit di dalam kamar mandi, ia keluar dan mengambil bajunya di lemari.

tok....tok....tok

suara ketukan terdengar dari luar. Mahendra mendekati pintu kamarnya dan membukanya.

"bang Wili. masuk bang" Mahendra mempersilahkan

"nggak usah Hen. gue ke sini mau ngajak elo sholat magrib di masjid. anak-anak yang lain udah pada siap di bawah" Wili mengutarakan maksudnya. laki-laki itu memang sudah siap dengan pakaian sholatnya. baju koko warna putih dan sarung warna biru

"oh gitu. kalau gitu gue pakai baju sholat dulu bang"

"kita tunggu di bawah ya"

"iya bang. gue nggak akan lama"

Wili kembali turun ke bawah sedang Mahendra memakai baju sholatnya dan sarung kemudian bergegas keluar menyusul yang lainnya. tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya.

"nah itu Mahendra. ayo berangkat" Rahim beranjak dari duduknya

Alan melihat ke arah Mahendra. masih teringat kejadian tadi sore membuat Alan enggan untuk menegur Mahendra. mereka berjalan ke arah masjid yang hanya beberapa meter dari kost mereka. semuanya ikut ke masjid kecuali Iyan dan Olan karena mereka berdua belum pulang dari tempat mereka kerja.

kini para penghuni kost 010 kembali setelah melaksanakan sholat magrib di masjid. mereka masuk ke dalam dan menuju kamar masing-masing, kemudian mereka berkumpul di ruang tamu karena hanya di tempat itu yang luas untuk mereka berkumpul.

"assalamu'alaikum" suara salam terdengar dari luar

"wa alaikumsalam" jawab mereka semua

dua orang yang mengucapkan salam masuk ke dalam. mereka adalah Iyan dan Olan yang baru saja pulang kerja.

"bang Olan bawa apaan tuh. makanan kah bang...?" Randi mempertanyakan kantung yang dipegang oleh Olan

"iya. ini nasi goreng gue beli di jalan pas pulang buat kita semua" jawab Olan duduk di kursi di ikuti oleh Iyan

"biar Alan yang siapin nasi gorengnya bang" Alan berlari ke dapur untuk mengambil piring dan sendok

Mahendra menyusul Alan karena dirinya ingin berkenalan sekaligus meminta maaf atas kejadian tadi sore. di dapur, ia melihat Alan sedang mengambil piring.

"Hai Alan" sapa Mahendra

Alan melirik sekilas dan kembali mengambil piring.

"hmmmm" Alan menjawab dengan berdehem

"gue Mahendra penghuni kamar nomor 9"

"udah tau" jawab Alan acuh

"gue mau minta maaf soal tadi sore. maafin gue ya" Mahendra berharap Alan tidak marah padanya

"abang tadi sengaja nakutin gue kan" Alan menatap Mahendra dengan tatapan penuh selidik

"sebenarnya sih nggak gitu. tapi melihat elo begitu bertingkah menggemaskan jadi gue.... "

"nah tuh kan abang sengaja nakutin gue. gue nggak mau maafin" Alan kembali berjalan ke arah ruang tamu

Mahendra yang belum mendapatkan maaf dari Alan, merasa tidak tenang. ia kemudian menyusul Alan ke ruang tamu.

"jadi elo penghuni baru kamar nomor 9...?" tanya Iyan melihat ke arah Mahendra

"iya bang. gue Mahendra" jawab Mahendra sopan

"gue Iyan. tinggal kamar 10 yang belum ada penghuninya ya" ucap Iyan

"kayaknya dekat-dekat ini kamar 10 bakalan terisi lagi deh" Rahim menimpali

"ada yang mau masuk lagi bang...?" tanya Damar

"iya. kayaknya keponakan ibu kost sendiri. tapi belum tau sih, jadi atau nggak" jawab Rahim

mereka makan malam bersama dengan nasi goreng yang di belikan oleh Olan. malam menjelang larut, semua penghuni kost masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat.

"tolong.... tolong" ditengah malam yang gelap gulita, seorang wanita meminta tolong dari siapa saja yang bisa menolongnya. sayangnya tempat itu sangat sepi tanpa seorangpun

"kenapa meminta tolong sayang, apa gue semenakutkan itu" seseorang yang memegang pisau, memakai jaket hitam, masker dan topi mendekat dengan senyuman yang menyeringai

"a-apa maumu" wanita itu sangat ketakutan

"pertanyaan yang bagus. gue suka itu" ia duduk di dekat wanita yang sudah berlinang air mata karena takut akan dicelakai

laki-laki misterius itu mendekati telinga wanita itu dan membisikkan sesuatu.

"gue mau.... nyawamu" ucapnya dengan suara yang menakutkan

"j-jangan... gue mohon jangan bunuh aku"

"terlambat sayang. selamat bertemu dengan malaikat maut"

sreeeeeet

pisau tajam itu menyayat leher si wanita membuat wanita itu menggelepar seperti ayam yang habis disembelih. setelahnya wanita itu tidak bergerak sama sekali. ia telah kehilangan nyawanya. entah kesalahan apa yang telah diperbuatnya.

Terpopuler

Comments

V3

V3

knp sih tuh orang ,, ada yg salah nih ma ni orang ,, psikopat
dh kaya ayam leher orang main di gorok aja 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-01-27

0

Bunda'a Gilang

Bunda'a Gilang

aq mampir Thor ceritanya seru,,,moga up nya gk lma ya Thor.💪💪💪💪

2022-08-05

1

💎hart👑

💎hart👑

psyco... mulai seru nih..
lanjut lagi akak.. saya suka saya suka😁💪💪💪

2022-07-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!