Episode 15

kini Mahendra tiba di stasiun. ia memakirkan motornya dan mencoba mencari adiknya itu. entah kemana Danil pergi, padahal Mahendra sudah memberitahu agar menunggunya di depan.

"kemana sih tuh anak" Mahendra mengambil ponselnya dan menghubungi adiknya itu

panggilan tersambung

📞Mahendra

halo dek, kamu dimana...?

📞Danil

lagi makan bang di warung, aku lapar

📞Mahendra

warung dimana, abang sudah di stasiun ini

📞Danil

dari stasiun jalan lurus aja bang, kalau udah dapat warung makan langsung berhenti

📞Mahendra

ya udah, tunggu abang di situ

Mahendra mengakhiri panggilan dan kembali naik ke atas motornya kemudian meninggalkan tempat itu. sekitar beberapa meter, Mahendra melihat warung makan, ia kemudian berhenti dan masuk ke dalam warung makan itu.

pandangan Mahendra ia arahkan ke depan menelisik setiap orang untuk mencari adiknya. dan kini matanya terhenti pada seorang remaja ya sedang duduk di pojok kanan, memakai sweater putih dan topi hitam serta satu tas ransel berada di sampingnya.

Mahendra melangkah menghampiri Danil kemudian duduk di depannya. Danil mendongak melihat siapa yang menghampirinya. saat melihat kakaknya itu, ia langsung memasang wajah cemberut.

"abang lama banget sih, udah mati kelaparan adikmu ini bang" gerutu Danil dan kemudian ia meneruskan makannya

"lah tapi kamu sekarang belum mati juga" Mahendra menggoda

"abang ih" kesal Danil

"iya iya maaf. abang ketiduran soalnya capek banget abis dari kampus" Mahendra memilih menu yang ada di atas meja. melihat Danil makan seketika dirinya pun ingin makan

saat sedang melihat-lihat menu, ponsel Mahendra berbunyi, pesan masuk di benda pipih itu.

grup kost 010

Rahim : siapa yang berada di luar...?

Wili : gue bang

Alan : Alan juga, kenapa bang Rahim...?

Mahendra : gue

Iyan : gue kerja

Olan : kenapa Him...?

Randi : gue di jalan pulang

mereka yang masih berada di luar membalas pesan dari Rahim.

Rahim : siapapun yang masih di luar kalau sempat belikan makanan ya, uangnya nanti diganti

Alan : Alan masih kuliah bang

Wili : gue di toko buku, nanti deh kalau pulang gue singgah beli

Randi : mau makanan apa bang...?

Mahendra : gue aja, kebetulan gue lagi di warung makan

Rahim : Mahendra aja kalau gitu. nasi goreng aja Hen. yang lain kalau mau pesan berbeda bisa langsung request ke Mahendra

Kevin : gue gado-gado ya Hen

Damar : gue sama kayak pesanan bang Rahim Hen

semuanya memesan apa yang mereka ingin makan, kecuali Iyan dan Olan. keduanya tidak lagi membalas pesan karena sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mahendra langsung memesan makanan yang di pesan oleh teman-teman kostnya, termasuk dengan dirinya sendiri.

"banyak amat bang pesannya. buat siapa...?" tanya Danil

"buat teman-teman di kost, mereka nitip makanan" jawab Mahendra

Danil manggut-manggut dan melanjutkan makannya. setelah makanan yang dipesan telah selesai di bungkus, kini keduanya keluar dari warung makan dan meninggalkan tempat tersebut.

"bang kata ayah, aku tinggal sama abang saja. emang bisa bang kita tinggal dua orang satu kamar...?" Danil bertanya, kini mereka berada di lampu merah

"nanti abang tanya sama bang Rahim dulu. kalau nggak bisa kamu ambil kamar di samping abang saja, kebetulan ada satu kamar yang masih kosong" Mahendra menjawab

"Mudah-mudahan aja bisa. aku maunya tinggal berdua sama abang saja nggak mau sendiri" timpal Danil

"iya semoga aja. kabar ayah dan ibu gimana...?"

"mereka baik bang, nanti kalau tiba di tempat abang kita telepon mereka. abang kenapa jarang banget telepon ayah sama ibu sih, mereka kangen sama abang tau"

"abang sibuk dek. nanti kita telepon mereka"

lampu merah kembali menjadi hijau. semua kendaraan termasuk motor Mahendra langsung membelah jalan raya.

Alan yang baru saja selesai mengikuti perkuliahan sedang membereskan semua bukunya dan memasukkan ke dalam tas.

semua mahasiswa tampak beranjak dari tempat duduk mereka dan keluar ruangan setelah dosen yang mengajar meninggalkan kelas.

"Al, mau barengan nggak...?" Gery teman kampusnya datang menghampiri Alan

"kita kan nggak searah Ger" Alan mengambil tasnya dan bersama Gery mereka keluar meninggalkan kelas

hari sudah semakin sore, waktu menunjukkan pukul 17.00. kampus yang besar itu masih terlihat ramai, masih ada mahasiswa yang mempunyai urusan di tempat itu.

"yaa nggak apa-apa, sekalian gue mau jalan-jalan di tempat elu. boleh nggak...?" Gery merangkul Alan

"boleh saja, tapi ini udah mau malam Ger, elu berani pulang sendirian larut malam"

"berani lah, tapi kalau bisa gue tidur di tempat elu bisa nggak...?"

Alan berhenti sejenak dan melirik Gery yang berada di sampingnya.

"kenapa lu, liatin gue tajam amat"

"tumben banget elu mau nginap di kost gue. ada apaan...? Alan memicingkan matanya

" di rumah nggak ada orang. bokap dan nyokap gue lagi ke luar kota, gue kesepian makanya gue mau main ke tempat elu. atau elu saja yang nginap di rumah gue "

"hummm gimana ya" Alan nampak berpikir

"ayolah, kan biasanya juga elu sering main ke rumah" Gery membujuk

"yaudah iya. tapi sekarang kita ke mini market dulu, gue mau beli sesuatu"

"asssiaaaap komandan, laksanakan" Gery memberi hormat

"idih... alay" cibir Alan dan keduanya pun tertawa

saat tiba di gerbang fakultas mereka, seseorang sedang menunggu Alan, pria itu bersandar di mobilnya. banyak mahasiswi yang curi pandang ke arahnya namun pria itu sangat enggan untuk melihat mereka. saat Alan dan Gery sudah dekat, pria itu memanggil Alan.

"Alan" panggil Mahesa. ya, pria itu adalah Mahesa

"loh pak, kok bapak ada di sini. ngapain...? Alan menghampiri Mahesa bersama dengan Gery

" saya sedang menunggu kamu" ucap Mahesa

"menunggu saya...? memangnya ada apa pak...?" Alan mengernyitkan keningnya, ada apa sampai polisi itu menunggu dirinya di kampus

"boleh kita bicara empat mata...?" tanya Mahesa

Alan melihat ke arah Gery kemudian ia kembali menatap Mahesa. sebenarnya Alan sangat tidak nyaman jika harus berurusan lagi dengan polisi, namun melihat Mahesa yang menatapnya dengan serius, Alan akhirnya mengangguk.

"Ger, elu tunggu gue bentar ya" ucap Alan

"oke, gue tunggu di sini aja ya" jawab Gery

"iya" timpal Alan

Mahesa dan Alan mencari tempat yang sepi. mereka berdua duduk di taman fakultas yang tempatnya tidak begitu jauh dengan Gery berada.

"sebenarnya ada apa pak. kenapa bapak mencari saya...?" tanya Alan

"saya hanya akan menanyakan sesuatu padamu dan saya harap kamu bisa menjawab jujur" Mahesa menatap lekat wajah Alan

"apa yang ingin bapak katakan...? "

"pada waktu malam kematian Sisil, kamu saat itu berada dimana...?" tanya Mahesa

"saya berada di rumah Gery pak, waktu itu kami sedang mengerjakan tugas" Alan menjawab

"dari jam berapa kamu berada di rumah temanmu dan sampai jam berapa kamu pulang...?"

"jam 20.00, saya sudah berada di rumah Gery, kami mengerjakan tugas sampai larut malam"

"larut malam jam berapa kalian selesai menyelesaikan tugas...?"

"ummm.... 23.30" jawab Alan mengingat

"dan setelah itu kamu pulang jam berapa...?"

"23.40 saya meninggalkan rumah Gery, kebetulan waktu itu saya memakai motor bang Wili dan jam 00.15, saya tiba di kost"

Mahesa nampak berpikir, ia menatap Alan dengan tatapan dingin dan bahkan tidak ada senyum sama sekali di wajahnya, hal itu membuat Alan meneguk ludah karena grogi.

"menurut penyelidikan kami, sebelum Sisil akan keluar bersama teman-temannya, kamu sempat menghubunginya untuk meminta meminjam buku padanya. apa itu benar...?"

"benar pak"

"jadi kalian bertemu...?"

"kami bertemu diperjalanan saat saya akan ke rumah Gery. kami bertemu di persimpangan jalan yang akan menuju ke rumah Gery. waktu itu kak Sisil datang bersama dengan ketiga temannya"

"laki-laki atau perempuan temannya itu...?" Mahesa sengaja bertanya, meskipun ia telah mendapatkan informasi dari pak Hartawan ayah dari Sisil, namun ia ingin tau jawaban dari Alan.

"perempuan pak, tapi..... "

"tapi apa...?"

"ada seorang laki-laki yang bersama dengan mereka, dia yang menyetir mobil kak Sisil"

"kamu mengenal laki-laki itu...?"

"tidak pak, saya tidak melihat wajahnya. saat kak Sisil menurunkan kaca mobilnya, laki-laki itu melihat ke arah lain"

"kamu tidak menandai sesuatu dari laki-laki itu...?"

"saya hanya fokus kepada kak Sisil pak, jadi saya tidak memperhatikan laki-laki itu"

Mahesa menghela nafas. dari kedua korban Clara dan Sarah, sesuai informasi yang ia dapatkan, kedua wanita itu dekat dengan seorang laki-laki. sampai sekarang mereka masih menyelidiki siapa laki-laki itu, karena sepertinya dia ada hubungannya dengan kematian kedua wanita itu.

setelah menginterogasi Alan, Mahesa menghubungi kedua rekannya untuk bertemu di kantor mereka. sementara Alan dan Gery langsung ke minimarket tempat tujuan Alan sebelumnya.

"bagaimana Hes, ada titik terang...?" tanya Cakra

"saat mendengar cerita Alan, saya menyimpulkan kalau dia bukan orangnya. kematian Sisil dikisarakan sekitar jam 01.00, sedangkan Alan, dia pulang dari rumah temannya pada jam 00.15. pada waktu jam kepulangan Alan, Sisil masih mengantar kedua temannya, itu dapat kita lihat di CCTV yang telah kita ambil" Mahesa menjawab

"namun dari penjelasan Alan juga, dia mengatakan kalau ada satu orang laki-laki yang ikut mereka pada malam itu, sayangnya Alan tidak dapat melihat wajahnya" lanjut Mahesa

"bisa jadi itu adalah Fais, teman mereka. bukankah elu sudah mengatakan menurut informasi yang elu dapat kalau mereka mempunyai teman laki-laki" Cakra berucap

"bisa jadi memang dia. kalau begitu, kita tanya kedua teman Sisil yang ikut pada waktu itu. jelas pasti mereka akan tau siapa laki-laki itu" Angga menimpali

"betul sekali, sebaiknya kita menemui mereka sekarang. seperti biasa kita bagi tugas" ucap Mahesa dan kedua rekannya mengangguk

kali ini Angga bersama Mahesa dan Cakra seorang diri. Mahesa dan Angga akan ke rumah Linda sementara Cakra seorang diri akan ke rumah Raya.

tidak membutuhkan waktu lama mereka kini kembali berkumpul di kantor yang menjadi tempat mereka bekerja.

"jadi bagaimana hasilnya...?" tanya Cakra

"Linda mengatakan kalau sebenarnya laki-laki itu juga mereka tidak kenal dan dia bukan Fais. seperti yang dikatakan pak Hartawan kalau Fais tidak ikut bersama mereka karena dia sedang berada di rumah neneknya yang sakit" jawab Mahesa

"bagaimana mereka tidak kenal sementara mereka satu mobil. Raya juga mengatakan kalau dia tidak kenal dengan laki-laki itu bahkan wajahnya saja tidak dapat mereka lihat secara jelas. dia menggunakan masker hitam dan topi hitam untuk menutupi wajahnya" Cakra memberitahu apa yang ia dapat

"Linda mengatakan kalau laki-laki itu dan Sisil awalnya mengantar mereka kemudian setelah pulang ia juga mereka diantar sampai rumah dan setelah itu Sisil pulang hanya berdua saja dengan laki-laki itu" Angga menimpali

"gue sangat yakin kalau laki-laki itu pelakunya" Mahesa memainkan pulpennya

"kalau laki-laki itu yang membunuh Sisil, lalu bagaimana dengan yang membunuh keempat korban lainnya...?" tanya Cakra

"Mahendra mengatakan kalau pembunuhnya bisa jadi adalah orang yang sama karena dia sudah tiga kali melihat pria misterius di malam kematian Sisil, Sarah dan Lila" ucap Mahesa

"jadi maksud elu, laki-laki itu menjalin hubungan dengan ketiga wanita itu dan kemudian membunuh mereka, tapi kalaupun iya lalu motif pembunuhannya apa...?" timpal Angga

"kita belum bisa pastikan itu, apa motif sehingga dia membunuh mereka. yang harus kita lakukan sekarang adalah menangkap pembunuhnya" jawab Mahesa

Mahendra dan Danil tiba di rumah kost 010 menjelang magrib. kedatangan mereka bersamaan dengan datangnya Olan.

"udah pulang bang, tumben cepat" Mahendra menyapa abangnya itu

"kerjaan gue udah selesai, makanya pulang cepat" Olan menjawab dan melihat ke arah Danil

"siapa Hen...?" tanya Olan

"dia adek gue bang" Mahendra menyikut lengan Danil untuk berkenalan dengan Olan

"salam kenal bang, gue Danil" Danil mengulurkan tangannya

"gue Olan, kalau gitu ayo masuk" ajak Olan kepada Danil

mereka bertiga masuk ke dalam, penghuni kost sudah bersiap untuk pergi ke masjid.

"oi Nil, Hen, baru tiba kalian" Damar menghampiri mereka

"harusnya dari tadi bang, tapi bang Arga malah molor" jawab Danil mencebik melihat Mahendra

"bang Arga...?" semua penghuni kost saling pandang, bingung karena diantara mereka tidak ada yang bernama Arga

"Arga itu panggilan Danil untuk Mahendra" Damar menjelaskan

"emang nama lengkap elu siapa sih Hen...?" tanya Wili

"Mahendra Argadinata"

"oooh pantas" semuanya manggut-manggut

"dia adek lu yang mau elu jemput tadi Hen...?" tanya Kevin

"iya dia adek gue" jawab Mahendra

"salam kenal semuanya, gue Danil" Danil memperkenalkan diri dengan ramah

"wah gantengan adek lu Hen daripada elu" Randi mulai membandingkan kedua saudara itu

"dimana-mana adek emang lebih ganteng dari kakak" Danil membenarkan ucapan Randi

"nanti aja bahas masalah kegantengan, sekarang kita ke masjid dulu, udah adzan tuh" Rahim menyudahi percakapan

semuanya langsung menuju masjid terkecuali Mahendra, Olan dan Danil, mereka akan sholat di kost karena tidak mungkin untuk sholat ke masjid sementara adzan sudah mulai terdengar namun mereka belum membersihkan diri.

selesai sholat magrib, mereka pulang ke kost. Mahendra segera menyiapkan makan malam mereka, nasi goreng dan berbagai makanan lain yang di pesan oleh teman-temannya.

"Alan kok belum pulang ya" Wili berucap

"eh iya, si bungsu belum pulang. kemana tuh anak" Kevin baru sadar kalau sejak tadi Alan tidak ada

"gue telepon dulu" Rahim segera mengambil ponselnya dan menghubungi Alan namun nomor adik mereka itu tidak aktif sama sekali

"nggak aktif, dia kemana sih" Rahim kembali mencoba menghubungi Alan namun tetap saja panggilannya tidak masuk

"tadi kan di grup chat, dia bilang lagi kuliah" Mahendra berucap

"ya nggak mungkin kuliah sampai malam kayak gini juga Hen. biasanya kan dia pulang cepat kalau kuliahnya udah kelar" Wili menimpali, dirinya khawatir dengan adik mereka itu

"mungkin dia sama temannya, in shaa Allah dia baik-baik saja" Olan menenangkan semuanya

setelah makan, mereka sholat isya kemudian seperti biasa mereka akan berkumpul di ruang utama. pukul 20.00, Iyan baru saja pulang dengan membawa beberapa ice kopi untuk penghuni kost.

"makasih bang Iyan" Randi langsung mengambil minuman segar itu

"sama-sama" Iyan menjawab dan melihat ke arah Danil

"adek gue bang" ucap Mahendra

"ooh" Iyan mengangguk

mereka kembali bercengkrama seperti biasa. Danil yang baru saja datang pada akhirnya sudah mulai akrab dengan penghuni kost 010. tentu saja seperti itu, karena penghuni kost 010 adalah mereka yang sangat humoris dan mudah bergaul.

larut malam seseorang sedang bersiap untuk keluar. dirinya sudah sangat tidak sabar untuk bermain dengan korban yang akan menjadi target selanjutnya. ia mulai ke luar dari kamarnya dan menuju pintu utama. semua penghuni kost sudah terlelap dalam tidur mereka di kamar masing-masing.

"mau kemana lu...?" Damar bertanya padanya saat melihat dirinya akan membuka pintu

"jemput teman gue yang lagi mabuk di bar" jawabnya tersenyum

"elu mau keluar jam segini...?" Damar menelisik temannya itu

"ya iya. kasian teman gue kalau nggak ada yang jemput dia. gue cabut ya" laki-laki itu melambaikan tangan ke arah Damar

"ooh... yaudah hati-hati"

Damar merasa heran dengan temannya itu. ini sudah sangat larut malam namun tanpa berpikir keamanan di luar sana, salah satu temannya itu malah berani untuk menjemput temannya yang sedang mabuk di bar. tanpa ambil pusing, Damar menuju dapur dan mengambil air minum kemudian kembali ke kamarnya.

Terpopuler

Comments

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

wah bnr pelakunya penhuni kost..kok.tumben d yg mergoki dia klwr mlm2..olan kah?? pegawai kntran itu bkn si

2024-04-05

0

Maharani Rania

Maharani Rania

kaya nya bang olan

2023-06-02

0

V3

V3

naach Loch .... pelaku pembunuh nya ternyata kost di 010 jg ,, kira² siapa yaa .... ❓❓🤔🤔
damar dah lihat tuh klu dia keluar dr kamar nya , smg cpt terungkap 🤲🏻 👏👏

2023-01-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!