Nenek adalah seorang perencana yang baik. Dia selalu rapi dalam menyusun segala sesuatunya. Baik itu barang-barang di rumah, maupun baju-baju di lemari. Bahkan, nenek punya kebiasaan untuk mencatat menu harian selama seminggu penuh!
"Wah, hari ini ada menu kesukaanku!" Kataku sambil melihat catatan menu yang ada di dapur.
Makanan buatan nenek selalu menggugah selera. Nenek memang pandai memasak. Jadi, kami terbiasa sarapan dan makan malam di rumah. Jarang sekali kami membeli makanan atau jajan di luar.
Menu sarapan pagi itu, yaitu nasi liwet, telur pindang, dan kerupuk bawang, membuatku bersemangat untuk memulai hari. Aku pun jadi terlalu bersantai karena ingin berlama-lama menikmati masakan kesukaanku itu. Setelah selesai sarapan, aku berangkat sekolah dengan tergesa-gesa karena waktu sudah menunjukkan pukul 6.35.
"Semuanya, Alit pamit dulu yaa. Udah telat," kataku sambil berlari ke pintu depan.
Aku langsung pergi setelah pamit. Sampai-sampai, aku lupa meminta izin untuk pulang terlambat kepada nenek. Padahal sepulang sekolah nanti, aku berencana untuk main ke rumah Ara. Aku dan Ara kebagian tugas untuk menyusun buku kenangan acara peringatan ulang tahun sekolah.
***
Sore itu, tidak terasa bahwa hari sudah hampir gelap. Aku dan Ara terlalu asyik bekerja kelompok sambil mengobrol. Tiba-tiba, aku baru teringat bahwa aku belum memberitahu nenek jika akan pergi ke rumah Ara. Nenek selalu khawatir kalau aku pulang terlambat. Bahkan sempat beberapa kali, dia menungguku di depan rumah. Maklum saja, nenek tidak punya HP untuk menghubungiku. Sementara papa, mama, dan Kak Luni sudah terbiasa pulang sekitar pukul 7 malam. Tersadar bahwa aku lupa pamit kepada nenek, jadi serasa ada beban di kepalaku. Aku segera membereskan barang-barangku dan berniat untuk pulang.
Cuaca agak mendung pada jam setengah enam sore itu. Aku pun pamit pulang kepada Ara dan ibunya. Meski sudah seharian, kami masih belum merasa puas mengobrol. Aku pun tertahan di teras rumah Ara dan meneruskan perbincangan seru dengannya.
Aku berdiri di balik pagar rumah Ara sembari menghadap ke jalan raya. Saat itu, sekilas terlihat ada nenek yang sedang berada di seberang jalan rumah Ara. Aku pun terkejut, dan sontak memanggil.
"Nenek!" Teriakku.
Ara kebingungan mendengarku.
"Mana nenek? Aku ngga lihat," Tanya Ara.
Ketika aku buka pintu pagar dan melihat ke arah seberang jalan, nenek sudah tidak ada. Sesaat, aku memandang Ara dengan kebingungan, dan mengalihkan pandanganku kembali ke jalan raya. Tapi, nenek tidak ada di sana. Tidak mungkin nenek bisa jalan kaki dan menghilang cepat sekali!
Pikiranku langsung menerawang pada kejadian malam itu, saat aku melihat sosok mirip nenek pagi-pagi buta. Hari ini, terulang lagi kejadian aneh itu. Aku jadi berpikir bahwa sosok misterius yang mirip nenek itu seolah tidak bisa jauh dariku. Atau, apakah itu adalah cerminan nenek yang selalu memperhatikan aku? Sebelum terlalu lama terbenam dalam pikiranku, aku kembali berpamitan dengan Ara dan bergegas pulang.
Sesampainya di rumah, aku melihat nenek sedang duduk di sofa ruang tamu. Aku mendekat, berjongkok, dan merebahkan kepalaku ke pangkuan nenek dengan manja.
"Nek, maafin Alit, tadi pagi lupa pamit kalau mau pulang terlambat. Soalnya Alit lagi banyak tugas, Nek, jadi langsung buru-buru berangkat. Maaf ya kalau Alit bikin khawatir," kataku.
"Tidak apa-apa, 'Nduk (bahasa Jawa, panggilan untuk anak perempuan). Nenek maklum, Alit pasti lagi sibuk," ucap Nenek tersenyum sambil membelai rambutku.
Aku memang terbiasa bermanja-manja seperti ini dengan nenek. Di mata nenek, aku akan selalu menjadi gadis kecil.
Setelah mendengar ucapan nenek, aku merasa lega. Kemudian aku pamit dan bergegas ke kamar untuk bersiap mandi.
Di kamar, lagi-lagi pikiranku tertuju kembali ke kejadian misterius tadi. Aku baru tersadar kalau baju sosok yang kulihat tadi berbeda dengan kebaya yang sedang dipakai nenek. Tapi, aku mengenali kebaya yang dipakai wanita misterius tersebut. Kebaya itu adalah salah satu baju kesukaan nenek yang sudah lama tidak dipakainya. Apakah nenek memberikannya kepada wanita misterius itu? Kalau begitu, apakah wanita misterius itu benar-benar manusia?
Untuk mengatasi rasa penasaranku, aku berlari kecil menuju lemari pakaian yang ada di kamar nenek untuk mencari kebaya yang dipakai wanita misterius itu. Aku membongkar tumpukan baju nenek yang tertata rapi itu satu persatu dengan hati-hati karena takut malah membuat lemari nenek jadi berantakan. Setelah membongkar beberapa tumpukan, aku menemukannya! Ada salah satu baju yang motif dan warnanya sama seperti yang dipakai sosok itu. Kebaya itu berwarna hijau muda dengan motif bunga-bunga putih.
Aku semakin merasa aneh. Kok bisa kebaya itu ada di lemari? Aku mengeluarkan baju tersebut agar bisa melihat motifnya dengan lebih jelas. Tidak salah lagi, baju ini yang yang tadi kulihat! Kebaya itu masih terlipat rapi, seperti habis diseterika. Saat aku masih termenung mencari jawaban dari kejadian itu, tiba-tiba terdengar suara deritan pintu.
Rupanya, nenek masuk ke kamar.
'Nduk, sedang mencari apa?" Tanya nenek.
Aku segera berpura-pura mengambil salah satu baju nenek. Helai baju yang baru kuambil itu aku perlihatkan kepadanya.
"Ini, Nek. Kayaknya Alit mau pinjam kebaya Nenek untuk dipakai saat acara ulang tahun sekolah," kataku berbohong.
Lalu, nenek tersenyum sambil melangkah keluar kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments