Firasat - Bagian 1

Pagi itu, aku sibuk mencari Ireng yang sedang bermain di kebun kecil depan rumah. Di bawah pohon mangga, terlihat Pak Kidung yang sedang duduk sembari mengamati sebuah benda kecil yang dikeluarkan dari saku bajunya.

Pak Kidung adalah sopir yang datang setiap pagi untuk mengantar papa ke kantor. Sudah bertahun-tahun dia bekerja untuk papa. Kebetulan, tempat dia tinggal juga tidak terlalu jauh dari rumah nenek, mungkin hanya sekitar 2-3 km.

Aku melihatnya sedang termenung hingga agak kaget saat aku menyapanya. Aku juga penasaran, ingin lihat benda yang dipegangnya.

"Pak Kidung, apaan itu?" tanyaku.

Dia menoleh kearahku dengan wajah yang agak kaget.

"Ooh, Alit rupanya! Kamu lagi cari Ireng ya?" Dia menebak tanpa menjawab pertanyaanku. Kemudian, Pak Kidung menyodorkan benda yang dipandanginya tersebut. Ternyata, benda itu adalah cincin permata berwarna merah.

"Ini cincin perempuan. Jangan-jangan buat hadiah pacarnya Pak Kidung ya?" Aku menggodanya. "Boleh lihat, Pak?"

Aku mengambil cincin itu. Ternyata kecil, hanya seukuran jari manisku. Jadi menurut dugaanku, tidak mungkin cincin ini diberikan untuk isterinya yang berutubuh agak gemuk. Wah, padahal aku hanya berniat menggoda! Siapa sangka kalau cincin itu benar-benar akan diberikan untuk pacar Pak Kidung.

Kata Pak Kidung, orangtua dari pacarnya telah menyiapkan upacara kecil untuk pernikahan mereka. Cincin ini akan diberikan kepada pacarnya sebagai tanda tunangan sebelum lebaran mendatang.

"Saya bingung, Alit. Ngga bisa disuruh milih antara isteri saya atau perempuan itu," kata Pak Kidung.

Mendengar cerita Pak Kidung, aku jadi bimbang. Firasatku mengatakan bahwa pernikahan itu tidak mungkin terjadi. Entah dari mana datangnya firasat tersebut.

***

Pak Kidung memang dekat denganku. Apalagi, dia sudah mengenalku sejak aku kecil. Sekitar 20 tahun lalu, papa mengenal ayah Pak Kidung yang bekerja di toko Om Bena, adik papa. Letak tokonya dekat dengan rumah nenek. Kala itu, Pak Kidung yang masih remaja, serta keenam adiknya, sering datang main ke rumah nenek. Sedangkan ibu dari Pak Kidung bekerja untuk membantu nenek di rumah.

Saat lulus SMA, Pak Kidung remaja mulai bekerja sebagai sopir papa. Dua tahun setelah bekerja untuk papa, dia menikah dengan Bu Judis. Meski telah menikah, Pak Kidung masih bekerja untuk papa, dan isterinya tetap tinggal di desa bersama ayahnya.

Nenek pernah cerita bahwa pernikahan itu adalah pilihan ibunya. Dia menghendaki Pak Kidung untuk menikah dengan gadis satu desa. Kebetulan, ada Bu Judis yang seumuran dengan Pak Kidung kala itu. Bu Judis adalah anak orang kaya di desa itu. Ayahnya punya tambak ikan luas, sedangkan ibunya telah lama meninggal.

Bu Judis adalah anak ke dua dari dua perempuan bersaudara. Kakaknya telah menikah lebih dulu. Sebetulnya, mertua Pak Kidung menyuruhnya untuk tinggal di desa dan mengelola tambak ikan. Tapi, Pak Kidung masih ingin bekerja dan menafkahi isterinya dari gajinya sendiri.

Setelah punya anak pertama, Pak Kidung sempat berhenti bekerja untuk papa dan tinggal di desa bersama isterinya. Mereka punya dua anak: perempuan dan laki-laki. Akhirnya saat itu, Pak Kidung bekerja mengurus tambak ikan milik mertuanya.

Keadaan berubah setelah ayah Bu Judis meninggal. Hubungan Pak Kidung dan isternya makin memburuk. Orang-orang di desa itu juga mengatakan bahwa Bu Judis dan kakak perempuannya menjadi pongah. Mereka sering berfoya-foya, pergi ke kota dan membeli barang-barang mahal. Pak Kidung merasakan perubahan sikap Bu Judis terhadapnya, hingga dia pun memutuskan untuk balik bekerja pada papa. Sejak itu, Pak Kidung jadi jarang pulang ke rumah isterinya. Hanya setiap akhir bulan saja Pak Kidung pulang kampung untuk memberi sebagian uang gajinya.

Sejak dua tahun lalu, Pak Kidung berkenalan dengan seorang penjaga warung makan. Dia terpikat dengan perempuan yang melayaninya saat makan di warung itu. Mereka saling curhat. Perempuan itu masih muda, umurnya terpaut hampir 15 tahun dengan Pak Kidung. Dia adalah janda tanpa anak yang ditinggal suaminya kawin lagi.

Pak Kidung kian akrab karena sering menemuinya. Bahkan, Pak Kidung telah datang ke rumahnya di kampung yang kira-kira perlu ditempuh tiga jam dengan motor.

Hubungan mereka pun berkembang menjadi sepasang kekasih. Pak Kidung berjanji akan menikahi perempuan itu dan menceraikan isterinya. Pacar Pak Kidung juga berharap agar cepat dinikahi supaya terhindar dari gosip miring tentang hubungannya.

Kasak kusuk tentang dirinya merebak setelah orang mengenal pak Kidung sebagai kekasihnya. Perempuan itu pun semakin mendesaknya untuk segera menikah. Tentu saja, Pak Kidung tidak bisa semudah itu memenuhi permintaannya, karena dia masih punya isteri. Sedangkan isterinya saja belum tahu kalau Pak Kidung punya pacar lagi. Meskipun saudara-saudara dan anak Pak Kidung sudah tahu tentang hubungannya dengan perempuan itu, mereka lebih memilih diam dan tidak memberitahu Bu Judis.

Tentu saja, mereka tidak setuju jika Pak Kidung menikah lagi. Menurut adik Pak Kidung - yang biasa dipanggil teteh - perempuan itu masih terlalu muda. Dia tidak cocok dengan kakaknya. Mereka tidak akan bahagia.

***

Sore itu, tepatnya sekitar H-2 lebaran, Pak Kidung pamit untuk pulang kampung. Aku mendengar curhatan Pak Kidung tentang masalahnya tersebut kepada papa sebelum dia berangkat.

"Pacar saya mendesak agar saya menikahinya setelah lebaran ini, Pak. Bahkan keluarganya udah menyiapkan selametan untuk pernikahan saya. Sedangkan saya sebetulnya tidak mau bercerai, tapi saya sudah terlanjur janji mau menikahinya. Saya bingung, Pak," ujar Pak Kidung dengan nada memelas.

Papa kemudian berpesan agar dia berdiskusi baik-baik dulu dengan isterinya dan memikirkan jalan dalam menyelesaikan masalah keluarganya tersebut. Papa juga mengingatkan agar dia hati-hati di jalan. Perjalanan pulang ke rumah isterinya memakan waktu sekitar empat jam dengan motor. Setelah berpamitan dengan papa, Pak Kidung menyalami nenek, mama, dan Kak Luni. Aku melihat wajahnya murung. Aku menyalaminya saat pak Kidung sudah di halaman depan dan bersiap berangkat dengan motornya.

"Alit, doain Pak Kidung ya, semoga semua baik-baik aja", kata Pak Kidung.

Entah kenapa, air mata langsung membasahi pipiku.

"Lho, kok nangis? Pak Kidung kan cuma libur 10 hari," kata Pak Kidung menenangkanku sambil tersenyum. "Sore ini, saya mau ke rumah teteh dulu, ngga langsung berangkat ke kampung." Ternyata, semua adik dan juga anak perempuan Pak Kidung yang sudah menikah akan datang ke rumah teteh.

***

Keesokan malamnya, yaitu malam minggu - tepat satu hari sebelum lebaran - udara berhembus dingin selepas hujan. Semua orang rumah terlelap dalam tidurnya, termasuk aku. Aku terbangun sekitar pukul 4 dini hari. Sudah menjadi kebiasaan, aku langsung mengecek HP ketika baru bangun tidur.

Ternyata, ada telepon tidak terangkat dari teteh. Perasaanku tidak enak. Kenapa teteh telepon malam-malam begini? Aku pun langsung telepon balik, dan terdengar suara tangis...

"Alit, Aa' Kidung meninggal..." ujar teteh terbata-bata. Aku pun sangat syok, hingga tidak bisa berkata apa-apa. Sekujur badanku terasa kaku.

Teteh sedang berada di rumah sakit saat memberi kabar bahwa Pak Kidung mengalami kecelakaan. Dia langsung meninggal dunia di tempat kejadian.

Kecelakaan itu terjadi tidak jauh dari rumah perempuan yang merupakan calon isteri Pak Kidung. Warga yang sedang berada di lokasi kecelakaan menemukan HPnya, dan menelpon ke nomor yang menghubunginya beberapa saat sebelum kejadian. Nomor tersebut adalah nomor perempuan itu.

Perempuan itu pun kemudian menelepon teteh dan mengabarkan kejadian tersebut. Rupanya, kecelakaan itu terjadi ketika Pak Kidung sedang dalam perjalanan dari rumah perempuan itu untuk menuju kampung Bu Judis.

Dia sangat takut tatkala bertemu isteri pak Kidung yang pasti akan ke rumah sakit saat itu. Sehingga, dia pun urung melayat saat Pak Kidung akan dimakamkan.

Setelah teteh selesai menceritakan kejadian, aku langsung masuk ke kamar papa dan mama sambil menangis.

"Ada apa, Alit?" tanya mama.

Aku pun berusaha menceritakan kecelakaan yang menimpa Pak Kidung, tapi aku tidak bisa. Aku terus menangis, hingga papa akhirnya mengambilkan segelas air putih untukku. Setelah itu, barulah aku bisa memberi kabar menyedihkan soal Pak Kidung. Ternyata, teteh juga menelepon ke nomor papa dan mama. Akan tetapi, mereka juga sedang tidur, sehingga panggilan dari teteh pun tidak terjawab.

Pagi itu merupakan pagi yang suram bagi keluargaku. Sejuknya udara di luar tidak bisa mengobati rasa duka yang kami rasakan. Kami pun mengisi waktu dengan terdiam. Mama, papa, dan aku duduk di kasur kamar mereka, tanpa kata-kata. Entah sudah berapa menit atau berapa jam waktu berlalu.

Terpopuler

Comments

Minaa Lee💅

Minaa Lee💅

🥺🥺

2022-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 Ireng
2 Rumah Nenek
3 Hantu Toilet
4 Kinasih
5 Firasat - Bagian 1
6 Firasat - Bagian 2
7 Hantu Hotel
8 Pohon di Taman Komplek
9 Pelet
10 Kebaya Kesukaan Nenek
11 Pesan di Hari ke-40
12 Kisah Tragis Pak Priyo - Bagian 1
13 Kisah Tragis Pak Priyo - Bagian 2
14 Kisah Kak Luni di Hotel Berhantu
15 Cerita Nenek 1: Tuah Akar Mimang
16 Cerita Nenek 2: Misteri Sumur Tua
17 Cerita Nenek 3: Rumah Masa Kecil
18 Cerita Nenek 4: Hantu Persimpangan Jalan
19 Sosok Misterius di Pesta Pernikahan
20 24⁰C
21 Di Balik Tembok - Bagian 1
22 Di Balik Tembok - Bagian 2
23 Arlo
24 Aciel
25 Akhir Pekan yang Menyenangkan
26 Penari di Sanggar Kosong - Bagian 1
27 Penari di Sanggar Kosong - Bagian 2
28 Lukisan
29 Tanpa Kata-Kata
30 Penari di Sanggar Kosong - Bagian 3
31 Penari di Sanggar Kosong - Bagian 4
32 Penari di Sanggar Kosong - Bagian 5
33 Naya - Bagian 1
34 Naya - Bagian 2
35 Naya - Bagian 3
36 Naya - Bagian 4
37 Kiko - Bagian 1
38 Kiko - Bagian 2
39 Kiko - Bagian 3
40 Tempat Bermain Hantu Anak Kecil - Bagian 1
41 Tempat Bermain Hantu Anak Kecil - Bagian 2
42 Misteri di Balik Musibah - Bagian 1
43 Misteri di Balik Musibah - Bagian 1
44 Misteri di Balik Musibah - Bagian 2
45 Misteri di Balik Musibah - Bagian 3
46 Misteri di Balik Musibah - Bagian 4
47 Misteri di Balik Musibah - Bagian 5
48 Misteri di Balik Musibah - Bagian 6
49 Misteri di Balik Musibah - Bagian 7
50 Misteri di Balik Musibah - Bagian 8
51 Misteri di Balik Musibah - Bagian 9
52 Misteri di Balik Musibah - Bagian 10
53 Misteri di Balik Musibah - Bagian 11
54 Rombongan Manten - Bagian 1
55 Rombongan Manten - Bagian 2
56 Rombongan Manten - Bagian 3
57 Rombongan Manten - Bagian 4
58 Rombongan Manten - Bagian 5
59 Rombongan Manten - Bagian 6
60 Rombongan Manten - Bagian 7
61 Rombongan Manten - Bagian 8
62 Rombongan Manten - Bagian 9
63 Rombongan Manten - Bagian 10
64 Pelet Cinta Tertukar - Bagian 1
65 Pelet Cinta Tertukar - Bagian 2
66 Pelet Cinta Tertukar - Bagian 3
67 Pelet Cinta Tertukar - Bagian 4
68 Pelet Cinta Tertukar - Bagian 5
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Ireng
2
Rumah Nenek
3
Hantu Toilet
4
Kinasih
5
Firasat - Bagian 1
6
Firasat - Bagian 2
7
Hantu Hotel
8
Pohon di Taman Komplek
9
Pelet
10
Kebaya Kesukaan Nenek
11
Pesan di Hari ke-40
12
Kisah Tragis Pak Priyo - Bagian 1
13
Kisah Tragis Pak Priyo - Bagian 2
14
Kisah Kak Luni di Hotel Berhantu
15
Cerita Nenek 1: Tuah Akar Mimang
16
Cerita Nenek 2: Misteri Sumur Tua
17
Cerita Nenek 3: Rumah Masa Kecil
18
Cerita Nenek 4: Hantu Persimpangan Jalan
19
Sosok Misterius di Pesta Pernikahan
20
24⁰C
21
Di Balik Tembok - Bagian 1
22
Di Balik Tembok - Bagian 2
23
Arlo
24
Aciel
25
Akhir Pekan yang Menyenangkan
26
Penari di Sanggar Kosong - Bagian 1
27
Penari di Sanggar Kosong - Bagian 2
28
Lukisan
29
Tanpa Kata-Kata
30
Penari di Sanggar Kosong - Bagian 3
31
Penari di Sanggar Kosong - Bagian 4
32
Penari di Sanggar Kosong - Bagian 5
33
Naya - Bagian 1
34
Naya - Bagian 2
35
Naya - Bagian 3
36
Naya - Bagian 4
37
Kiko - Bagian 1
38
Kiko - Bagian 2
39
Kiko - Bagian 3
40
Tempat Bermain Hantu Anak Kecil - Bagian 1
41
Tempat Bermain Hantu Anak Kecil - Bagian 2
42
Misteri di Balik Musibah - Bagian 1
43
Misteri di Balik Musibah - Bagian 1
44
Misteri di Balik Musibah - Bagian 2
45
Misteri di Balik Musibah - Bagian 3
46
Misteri di Balik Musibah - Bagian 4
47
Misteri di Balik Musibah - Bagian 5
48
Misteri di Balik Musibah - Bagian 6
49
Misteri di Balik Musibah - Bagian 7
50
Misteri di Balik Musibah - Bagian 8
51
Misteri di Balik Musibah - Bagian 9
52
Misteri di Balik Musibah - Bagian 10
53
Misteri di Balik Musibah - Bagian 11
54
Rombongan Manten - Bagian 1
55
Rombongan Manten - Bagian 2
56
Rombongan Manten - Bagian 3
57
Rombongan Manten - Bagian 4
58
Rombongan Manten - Bagian 5
59
Rombongan Manten - Bagian 6
60
Rombongan Manten - Bagian 7
61
Rombongan Manten - Bagian 8
62
Rombongan Manten - Bagian 9
63
Rombongan Manten - Bagian 10
64
Pelet Cinta Tertukar - Bagian 1
65
Pelet Cinta Tertukar - Bagian 2
66
Pelet Cinta Tertukar - Bagian 3
67
Pelet Cinta Tertukar - Bagian 4
68
Pelet Cinta Tertukar - Bagian 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!