Meninggalkan pikiran yang ia ingat, dari Sinta. Alea Trihapsari berharap, suaminya tidak seperti yang dibayangkan gosip sahabatnya itu. Gila kerja, dan tekanan perusahaan yang membuat hubungannya hambar itu sudah pasti.
"Mas. Aku minta maaf sekali lagi!"
Alea menatap Haris yang telah bersiap rapih. Lalu keluar dengan setelan kemeja dan harum mewangi. Alea yang diam kaku duduk di lantai hanya merenung tak bisa bertanya.
"Akan kemana kamu Mas.?"
"Menurutmu? Clubing." cetusnya.
'Aku percaya kamu masih terobsesi gila pekerjaan. Aku yakin sikapmu tak manis saat ini bukan karena wanita. Tapi karena tumpukan segudang tekanan dalam perusahaan.' batin Alea menatap bunga, lalu mengambil satu persatu lilin Aromatheraphy dan potongan bunga mawar.
Alea yang duduk tersungkur hanya bisa menatap langit - langit kamar. Ia kemudian menghela nafas, ia kembali tersenyum ketika bayangan wajah Haris masih terlihat jauh di pelupuk matanya.
Semua memang salah aku. Aku lupa, jika kejutanku tak sesuai expetasi. Bukankah ini terlalu berlebihan, Haah .. Alea, apa yang kamu pikirkan? Apa kamu memikirkan Mas Haris akan membuat dirimu berada di ranjang dengan mesra setelah makan malam. Sungguh pikiran ironis seperti cerita novel.
Alea kamu bukan bagian itu .. aku tau sangat mencintainya, tapi kamu harus bersabar! mas Haris sedang tidak baik dikantor. Gerutunya, kala suaminya kembali pergi begitu saja.
Sehingga Alea pergi, berlanjut ke rumah sakit saat itu juga. Menemui mama angkat suaminya yang terbaring sakit.
"Mama. Alea datang lagi. Bagaimana kabar mama. Apa mama masih ingat, kalau Alea apapun akan selalu merawat Mama. Cepatlah siuman Mam, dengan begitu Alea akan memutuskan untuk membawa pengobatan terbaik agar Mama cepat sembuh."
Alea berada di kursi tamu pasein nomor tujuh kosong tujuh. Hal itu dilakukan sebelum ia pergi ke kantor. Alea menjenguk mama mertua dan merawatnya sekedar mengelap dan mengganti pakaian di bantu perawat. Meski ia hanya bisa menjenguk selama dua puluh menit Alea tak akan kehilangan kata- kata untuk menyapa dan bercerita.
Alea yakin, jika seseorang dalam keadaan koma. Ia masih bisa mendengar meski dalam bawah sadar sangat jauh. Alea berharap Mama Riris bisa segera siuman dan melihat dirinya yang telah menikah bersama Haris sesuai keinginannya.
Seiringnya Alea melewati masa itu. Ia pun bertemu Sinta yang memang kisahnya tak jauh beda. Alea mempunyai dua adik dan satu kakak yang bukan sedarah. Ia adalah anak anak yang sama seperti dirinya dan di rawat oleh orangtua asuh di Asrama.
Namun ketika mereka telah tiada, karena sakit. Alea harus berjuang dan Bimo sang kakak harus bekerja sebagai pelaut tapi kini kabarnya sudah tak lagi terdengar.
Mah. Jika kebaikan Mama riris dan Mendiang suami Mama. Mungkin kedua adik - adik Alea kini tak lagi seperti saat ini. Alea sudah mempunyai pekerjaan dan membayar pengasuh pada orang yang mama percaya.
Sayang saja mereka tak ingin tinggal bersama. Jujur Alea merindukan rumah kecil Alea, tapi janji Alea akan menjemputnya ketika mama sembuh. Mama tenang saja! Adik- adik Alea cukup sehat dan baik. Asrama yang mama buat, mengingat dan semakin baik saat ini.
Alea menghapus kesedihan. Lalu ia menatap monitor rumah sakit yang masih stabil. Hal itu pun ia pamit dan mencium kening serta tangan sang mama.
"Alea pamit bekerja dulu Ya Mah!"
Sementara Di Rumah Lain.
"Honey. Kamu kenapa diam saja?"
"Heuuumph. Tekanan pekerjaan semakin membuat aku stres sayang. Jangan lagi mendadak meninggalkan aku seperti kemarin!"
"Cciiiieh ... Honey kamu candu padaku! uups. Baiklah maafkan aku ya. Aku janji tidak akan membuat menunggu lama." kecup Irene pada Haris.
Haris yang berkutat pada laptop. Jika bertemu Irene ia memulai membaringkan istri keduanya yang ia cintai itu di ranjang berbalut sprei merah maroon bermotif mawar merah menyala saat itu.
Entah mengapa kali ini, ia menatap Irene membuat ia terkejut dan memandang wajah Irene seperti wajah Alea. Mengejap kedua mata agar sadar tapi sulit.
"Aaaargh.. " teriak halus Haris.
Hal itupun membuat Irene yang telah menikmati aksi setengah, membuat dirinya ikut terbangun dan terkejut.
"Ada apa Honey?"
"A- aku akan ke kamar mandi sebentar. Tunggu di sini ya!" pinta Haris. Irene pun menutupi tubuhnya dengan selimut dan mengambil air minum.
Hal pertamakali nya, Haris menyentuhnya tapi tidak asik seperti saat ini. Hal itu membuat Irene curiga, karena tak pernah terjadi saat masih dalam pemanasan Haris berteriak dan pergi meninggalkannya.
"Siiiiaal .. kenapa bisa gue liat Irene wajah Alea. Membuat mood ga bagus aja." Haris meninju tembok masih menatap kaca. Sehingga rutinitas itu terhenti.
***
Di kantor, masih dalam keadaan pagi rutinitas.
"Lo kenapa sih Al?" tanya Sinta.
Heuuuuumph, kenapa apanya Ta?" menyadar dari lamunan.
Sinta menatap Alea dan menggeleng kepala. Ia melihat sekeliling kantor yang masih Terlihat sepi.
"Al. Mas Haris Anggara udah itu ya?" bisik Sinta.
"Apaaan sih kamu Ta."
"Udah deh. Ngaku ajaaa .. soalnya tampang kamu melamun kaya gini bikin curigaaa .." teriaknya penuh goda.
"Sssst .. jangan gede gede suara kamu Ta!" menutup mulut Sinta. Masih menatap sekeliling kantor yang masih pagi.
Pasalnya Alea malu jika sampai terdengar orang lain, karena pembicaraan mereka yang sangat sensitif menurut Alea.
"Keras banget sih. Lagian kan kamu dah sah, ngapain malu?" tanya Sinta.
Saat Alea ingin berkata gemas pada sahabatnya itu. Tiba saja bibirnya terasa sakit dan tergigit.
"Auuuuwh .. Hiiis." meringis.
"Kenapa kamu Al. Itu tandanya ada yang kangen mau ketemu tuh. Pasti di omongin."
"Sok tau kamu Ta. Kamu mah kolot percaya hal hal begituan aja."
Tak lama, Bos Venzo melewati mereka. Memanggil Alea dan Sinta keruangannya.
"Alea. Sinta setelah selesaing brifing. Kalian berdua keruangan saya!"
"Ba- baik pak." Alea dan sinta menatap hormat bersamaan.
Alea terdiam bingung. Entah kenapa bos Venzo memanggil dirinya. Tak lama ia melirik Sinta yang menatap penuh curiga.
"Dah yah Al. Gue mau ke pantry dulu. Mau buat coffe, sekalian mau copy - copy berkas. Hehehe." senyum menjauh penuh curiga.
"Ta. Kamu ga buat aneh aneh kan?" teriaknya.
Tapi Sinta kembali seperti biasanya. Menghiraukan dan berlaga senyum dusta. Tak lama mereka ke ruangan bos Venzo.
"Sinta. Alea kalian tau apa yang membuat saya memanggil kalian berdua?"
"Tidak bos. Kami benar -benar tidak tau." ucap Alea.
Sementara Sinta menyenggol sikut lengan Alea dan berbisik.
"Kalau tau, kita ga mungkin ada di sini Al. Ga usah serius." tatap senyum Sinta. Alea menggertagkan gigi untuk mendengarkan bos Venzo.
Eeheum! sudahlah. Kalian jangan gugup seperti itu. Kalian berdua adalah karyawan saya yang istimewa.
Alea terhenti, kala ucapan bosnya. Apakah bersangkutan dengan kenaikan jabatan. Yang Alea sendiri tak mengisi form.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Riskiyati Arnan
rangkaian kalimat cerita nya susah dipahami ...jd capek bacanya krn harus berpikir untuk memahami ceritanya
2023-03-05
1
asih Asih
bab per bab kok gak nyambung kayak kepotong bikin mumet yg baca
2022-11-08
1
ratu adil
alea trlalu naif dan bodoh
2022-08-25
0