"Apa apaan ini?" terkejut Alea menatap ponsel.
Tak lama, Sinta menghubungi Alea di saat time yang tepat. Atau ia telah lebih dulu melihat sosmed dan berita sebelum ia membacanya.
TREDEEET .. TREDEEETH.
"Al. Lo dimana sekarang?" pesan sinta.
"Di rumah Sin. Kenapa emang, gue gak ngerti emang ada apa?"
Tak lama, Sinta menghubungi Alea. Alea pun mengangkatnya. Hingga di mana, Sinta menceramahi Alea saat itu.
"Al. Kok bisa sih, tapi gue yakin itu berita palsu. Gue kenal loh lah, coba ceritain?"
"Gue sekarang kerumah lo ya Sin. Gue makasih banget, lo selalu percaya sama gue!"
"Oke gue tunggu, cepatan ya!"
Sambungan telepon pun berakhir. Kini Alea mencari sumber berita palsu itu, ia mengklik blog spot sumber berita dari mana video itu menyebar. Meski benar adanya tentang baju, tapi membuat caption tentang dirinya. Membuat Alea ingin marah, tentu saja harus melampiaskan kemana arahnya.
"Kenapa kalian begitu kejam. Irene, ini pasti perbuatanmu. Aku harus menemuinya!"
Alea yang telah rapih berganti pakaian. Ia masih memakai piyama, dengan cepat ia memesan taxsi dan pergi ke alamat Irene.
Meski sudah terlalu malam, Alea melupakan ponselnya yang tertinggal di dalam taxsi setelah sampai di kediaman Irene setelah beberapa saat sampai. Hanya hitungan puluhan menit Alea menatap mansion Irene, untuk kedua kalinya ia menapaki kembali.
"Pertamakali aku terkejut saat kamu telah menikah Mas. Dan kedua kalinya, aku merasa terhina karna kamu tak mencari sumber siapa yang salah di antara aku istri sahmu. Dan dia istri sirimu!" lirih Alea.
TOOOK .. TOOOK.
TIIING NOOOONG.
Ketukan pintu pagar kayu. Dan bel tersebut ia pencet berulang kali. Namun tak ada yang keluar, hingga selama lima belas menit. Seorang asisten yang pernah membuka pintu pertama kalinya. Membuat ia terkejut dan mengingat ngingat.
"Nona cari siapa ya?"
"Ada Irene nya bi?" tanya Alea.
"Owh. Nyonya Irene sama Tuan ya. Belum pulang."
"Bisa saya masuk menunggu di teras bi?" pinta Alea.
Asisten itupun mempersilahkan. Ia meminta Alea duduk, hingga kembalinya asisten ia menaruh teh hangat. Karna saat itu cuaca amat dingin, membuat dirinya memegang bahu karna kedinginan.
"Gak apa - apa. Non tunggu di sini, enggak di dalam aja?"
"Gak apa bi. Saya di sini saja!" senyum Alea.
Sinta berulang kali menghubungi Alea. Tapi kali ini, Sinta khawatir karna Alea tak juga sampai. Sehingga ia mengambil kunci mobil dan berlalu mengunjungi kediaman Alea. Sudah seharusnya ia sampai, tapi entah mengapa ia belum juga datang.
Alea yang masih menunggu di teras. Ia lalu menatap sepi dalam suasana amat dingin. Lalu menatap sebuah mobil mewah datang hingga Alea berdiri dan menunggunya.
Taap .. Taaap.
Suara langkah menapaki hingga mereka terkejut.
"Waah. Berani beraninya seorang pembuat onar. Perusak rumah tangga hadir. Honey apa kamu tidak ingin bertindak?" manja Irene.
Haris yang menelan saliva. Ia megeraskan rahangnya, lalu membuat Alea yang berdiri menariknya untuk keluar dari kediamannya.
"Keluar kamu Alea!"
"Mas. Aku datang kesini, menunggumu. Karna aku ga seperti yang kalian pikir. Video itu, kenapa caption dengan sebutan pelakor tidak tau diri. Kamu tau kejadian sebenarnya kan?" tanya Alea.
"Apapun penjelasanmu. Keluarlah Alea, kamu tidak berhak mencari pembelaan. Soal yang mengunggah video itu bukan hak kami!"
"Maas. Aku tidak pernah menjadi orang ketiga. Apalagi berulah mempermalukan Irene yang notabane Seleb. Aku seolah pelaku, dan Irene disini korban. Apa kamu ga bisa membersihkan, aku mohon mas. Pekerjaanku jadi taruhannya. Aku tidak boleh kehilangan!"
Alea memohon pada Haris. Hingga Irene tersenyum puas, ia mencuri mengabadikan sosok Alea yang memohon dengan duduk memegang kaki panjang Haris. Meski Haris tak mengetahui dan terlihat, hingga kala itu ia akan menyuruh seseorang menyebarkan video kedua agar Alea hancur.
"Ini baru permulaan Alea. Dengan begini, kamu akan menyerah dan tamat kariermu!"
"Alea. Pergilah, Bibi cepat bawa orang ini keluar!"
"Maaas. Mas Haris, tunggu mas!"
Alea terpaksa harus keluar begitu saja. Ia kini berada di luar pagar. Hatinya begitu remuk ketika Haris benar - benar tak mempercayainya. Ia bingung bagaimana esok ia bekerja, jika saja video itu tak tersebar. Sudah pasti esok ia akan di berhentikan.
"Jika aku menyesal. Harusnya aku tak pernah ke butik fashion itu. Jika tidak, hal ini tak mungkin terjadi." Gerutunya.
Alea pun mengambil ponsel dari kantongnya. Namun ia mencari - cari tak ada. Hingga ia mengetuk pintu selama beberapa saat. Asisten membuķa dan Alea meminta bantuan.
"Bibi. Apa ponsel saya tertinggal?"
Asisten itu menggeleng, jika tak ada satupun. Hingga menutup gerbang. Alea pun bingung untuk pulang. Ia lupa ingin pergi kerumah sinta. Tapi dengan ponsel dan uang di dalam ponselnya bagaimana bisa.
"Ssiiiit. Bagaimana ini, aku harus gimana?"
Alea mengacak ngacak rambutnya. ia bingung akan segala hal yang ceroboh untuk hari ini. Hingga dimana, Alea terkejut seorang supir berhenti di dalam langkahnya yang masih berada di perumahan Irene.
"Non. Ponselnya!"
"Aaakh! Pak, terimakasih ya. Jika tidak, saya akan berjalan kaki pulang."
"Sama -sama non."
Dengan tak segan, Alea meminta supir taxsi itu pergi ke alamat yang ia minta. Alea meminta taxsi pergi menuju alamat rumah Sinta. Hingga di mana ia saling bertukar pesan dan panggilan dengan cepat. Sinta pun akhirnya lega, ia memutar arah dan meminta Alea menunggu di depan rumahnya. Jika ia belum tiba.
***
KEDIAMAN IRENE.
Haris kala itu bertanya pada Irene. Apa semua ini dia yang melakukannya. Haris menatap segala kolom komentar dan berita terkini tentang Alea.
"Sayang. Apa kamu sengaja melakukan ini?"
"Heuump. Yap, Honey. Agar Alea aku beri perhitungan!" tegasnya.
"Sayang. Cukup untuk memperpanjangnya. Jika mama tau, dan menonton berita di rumah sakit saat siuman. Itu akan fatal!"
"Apa kamu jatuh cinta padanya?"
"Sayang. Jangan marah, aku tau. Rating pencarian mu kali ini pasti akan naik lagi. Tapi aku tidak ingin jika sewaktu - waktu video itu benar - benar terjadi. Aku lihat rekaman itu, kamu yang memulainya!"
"Honey. Kamu mengkhawatirkan aku atau Alea? Apa kamu benar mengahapus rekaman itu. Atau .. ?"
"Sudahlah Irene. Kamu tidak perlu memperpanjang, tugasku adalah saat ini melihat Mama sembuh. Dan membuat mama percaya, kamu yang pantas menjadi istri Haris Anggara!"
Irene menatap punggung Haris. Kali ini, ia menatap dengan sinis. Ia takut jika suaminya benar - benar jatuh cinta pada Alea. Sehingga ia kehilangan sesuatu yang ia inginkan.
Irene pun mengambil ponselnya. Lalu berkata dengan tegas dan penuh amarah.
"Gue gak mau tau. Lo harus kasih cairan infus agar tua bangka itu mati. Gue ga bisa kehilangan Haris sampai dia membalikan semua kepemilikan atas nama gue. Setidaknya itu ancaman!" titah Irene pada seseorang.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
amalia gati subagio
al si dungu halu sok keren moralis gakje 😓whatever do you say!!!! so go ahead!!! sendal bolong vs pembual pejinah = jalim munafikun egois narsis 😁lanjutannya hidup tergantung pilihan lo!!! cerdas & bijak lah! =! cukup pandirnya!!! Talak tilu itu penghinaan!!! emang hanya dia laki di dunia ini??? ke neraka aja lo begundal n sendal bolong!!!! 🤓he he he warbinasachhh cin 😊
2022-09-06
1
sitha arya
nah kasian kan
2022-08-23
0
Lusi
udah sih tidak mudah tapi males
2022-08-23
0