SAYA NIKAHKAH KAMU, HARIS ANGGARA DENGAN ALEA TRIAPSARI, DENGAN SEPERANGKAT CINCIN EMAS DUA PULUH EMPAT KARAT, DUA PULUH GRAM DAN UANG TUNAI SEBESAR SERATUS DUA PULUH TIGA RIBU, TUJUH PULUH DELAPAN RUPIAH. DI BAYAR TUNAI.
BAGAIMANA SAKSI SAH? SAAAAH!!
Alea di balik celah jendela menatap dengan memegang sebuah buku. Ada hal yang harus ia kenang tapi bukan sebuah perjalanan cinta mereka. Melainkan sepenggal kisah wanita yang jatuh cinta ternodai.
Alea bersimpuh dalam waktu, jam yang berputar dalam lingkaran. Membuat dirinya harus menekuni kegiatan agar semakin sibuk.
Tidak ada lagi kata Mas. Tidak ada lagi kata satu patah ucapan, pulanglah! ataupun baik - baik saja! jaga dirimu dan hati - hatilah!
Alea masih menangis dalam tatapan kosong. Menatap foto pernikahannya, yang semakin tidak berguna. Ia harus mencoba melupakan dan mencoba membuang perasaan itu jauh sejauh mungkin. Agar tidak ada lagi hati yang semakin sesak dan sakit saat bertemu.
"Mas. Ucapan janjimu, ternyata hanya belaka. Mengapa siasat yang kamu berikan padaku sekejam ini?"
Alea masih mengingat dirinya di perlakukan manis oleh Haris. Alea di peluk dan di bisikan kata romantis dan membuat Riris Anggara tersenyum dan menyetujui hubungan mereka menjadi lebih dari teman.
Alea tau keseharian Haris yang gila kerja. Namun saat menatapnya tak sibuk. Ia menghampiri dengan senyuman dan memegang tangannya untuk melihat dunia.
"Kemarilah Alea. Taukah kamu, jika aku sering duduk atau berdiri di ruangan atap? aku menantikan kita mempunyai anak yang lucu disini."
Alea menggeleng kepala. Ia mengekor saat Haris menggenggamnya. Lalu menepi di bangunan mansion paling atas. Atap tak berpenghuni, hanya sebuah teras memanjang dan Luas. Lalu bisa melihat ke bawah dan sekitarnya.
Kerlipan lampu dunia begitu saja menatap mereka dari kejauhaan. Alea pertama kalinya melihat Haris tersenyum dan bercerita banyak padanya. Ada hal yang membuat jantungnya semakin berdebar, tatkala ia harus merubah penampilan. Semata Haris meliriknya, semata Alea yang cari perhatian agar tetap di ajak dan bersama.
Hari semakin berganti, Alea pun semakin dekat pada Haris. Tapi satu kala Tuan Anggara bercerita ingin melihat mereka bukan lebih dari teman. Ada raut wajah senyum bahagia di pupil indah Alea. Tapi begitu Alea menengok ke arah Haris. Hanya ada wajah suram dan tak senang.
Alea pun menunduk dan mengigit bibirnya. Saat Haris pergi begitu saja. Dan hari itulah, hari terakhir Haris tak pernah mengajaknya bicara. Tak pernah lagi menatapnya seperti biasa.
Alea berusaha mendekati Haris. Tapi tak pernah lagi ada jawaban. Yang ada hanya tatapan kebencian menatapnya.
"Mas Haris. Apa kamu tak menyukai jika kita bersama?"
"Menurutmu?"
"Setidaknya, berikan aku jawaban!"
"Delapan tahun lebih, kamu mandul Alea."
"Mas, tapi kita bisa mencobanya lagi." pinta Alea.
Alea pun menatap Haris yang menghampiri. Lalu menatap Haris yang lebih tinggi dari pandangannya. Hidungnya tepat pada mata indah Haris. Lalu Haris berkata satu ucapan yang membuatnya terbang kala itu.
"Aku hanya gila kerja. Separuh hidupku, hanya untuk pekerjaaan. Apa tidak apa jika aku tak memperhatikanmu lebih. Aku takut, kamu akan menyesal karena tidak ada lagi tawa anak dirumah ini terlihat sepi!"
Deeeuggh! sakit hati bagi Alea.
Alea cukup puas dan tersenyum. Ia mengira Haris telah mempunyai kekasih hati. Namun jika hanya ia pria gila kerja, ia pun menoleh saat Haris telah melangkah meninggalkannya.
"Tunggu Mas. Aku tidak akan keberatan, aku akan siap jika kamu lebih mengutamakan pekerjaan."
Haris berhenti dan menoleh. Ia menaikan satu alis, lalu pergi begitu saja. Hingga dimana Alea seorang diri dan merenung akan perkataannya.
"Apa tak apa. Jika aku memberi jawaban dengan cepat. Jika orang melihat, aku pasti di sangka wanita murahan. Tidak bisakah aku menjual sedikit saja?" senyum Alea saat Haris berkata demikian.
Sehingga semakin hari ia semakin jatuh cinta. Memperjuangkan pernikahan mereka. Tapi nahas, suaminya meninggalkannya.
Hingga pernikahan terjadi. Hal yang tak masuk akal adalah di saat malam pertama. Tuan Anggara sakit jantung. Setelah mendapat kabar nyonya Riris kecelakaan begitu saja.
Hal itu pun semakin dilema, entah harus bahagia atau bersedih. Alea hanya bersikeras untuk sadar. Jika Haris tak akan melakukan sebelum masa duka telah berakhir. Ia tak mungkin terus menerus menuntut haknya.
Hingga satu bulan berlalu. Haris mengatakan jika ia akan melakukannya di saat ia benar jatuh cinta. Agar kelak benih yang tertanam penuh cinta dan bahagia.
Alea pun membuat hatinya semakin rapuh. Hal tak biasa yang ia lakukan kembali sibuk dan bekerja. Hingga di mana ia selalu bercerita pada Sinta. Ia lupa menerima Haris pria gila kerja, hingga ia mulai merasakan perlahan sakit hati namun terlupakan oleh besar kasih cintanya saat ini.
***
BRAAGHK!!
Sebuah map bercecaran h di kantor pak Venzo. Hal itu membuat dirinya benar - benar merasa bersalah. Ia lupa setelah dari kantor sebelah, ia menghampiri Sinta bermaksud membantu kerjaan lemburnya. Tapi ia malah ketiduran dan bermimpi Mas Haris.
"Sory ya. Sinta, please jangan marah ya!"
"Oke! Tapi ada syarat nya."
"Apa ..?" Alea menatap Sinta dengan wajah polos yang tak biasa, biasanya ia akan membuat onar di jam malam seperti ini.
"Malam ini temenin aku ya!"
"Tapi kerjaaan nya Sin?"
"Udah mau selesai kok. Lagian kamu pules, jadi aku ga bangunin deh."
Alea pun menggeleng kepala, benar saja siasat marahnya Sinta tadi, agar ia mau menemani pergi kemana pun tanpa bertanya.
"Oke. Tapi jangan aneh - aneh ya Sin!" pinta Alea.
Alea pun menerima pesan. Ia membuka laptopnya, lalu mencari tau alamat ip yang tak pernah ia tau.
"Sin. Kamu tau perusahaan Engginering Teinment?"
"Perusahaan apa itu Al. Baru denger?"
"Iklan. Katanya dia liat profile aku dari tiap perusahaan, minta aku jadi bintang iklan."
"Aneh ya. Emang kamu pernah daftar model kaya gitu?"
Alea diam sejenak. Lalu menggeleng pikirannya yang kacau memang sedang membutuhkan biaya. Tapi ia juga tak ingin ketipu oleh sebuah perusahaan dengan mengiming - iming tawaran yang menggiurkan.
"Aku emang butuh banyak uang. Tapi untuk menjadi iklan, aku rasa aku ga berbakat. Jadi aku abaikan saja lah!"
"Good ide." balas Sinta yang masih mengetik dan menatap layar laptop.
Alea dan Sinta yang telah rapih. Setelah pulang kerja, ia mengganti baju dan sedikit membuat camilan kecil. Lalu berganti pakaian seminim mungkin. Tapi tidak dengan Alea.
"Sin. Pakaian kamu kurang bahan ya?"
"Enggak. Itu model nya, kayaknya konveksi nya memang ga bisa nyampurin bahan dan warna lain. Jadi kaya gitu deh," alibi.
"Dasar kamu nih, pandai mengalihkan dari tadi. Aku juga bingung sih Kenapa kamu buat aku kaya gini. Coba jelasin?"
"Aduh. Ga sempat, nanti kalau udah sampe. Aku bisikin ya!"
Sinta keluar lebih dulu, Alea masih bertanya dan mengekor pada langkah Sinta yang menarik gagang mobil. Alih - alih Alea pasrah dan masuk tanpa bertanya lagi. Ia menatap Sinta yang sedang fokus pada setir mobil.
"Al. Fokus .. mobil baru nih. Kita coba, masih baru cicilan pertama, jadi jangan banyak tanya ya. Nanti sampai di sana kamu pasti tau kok!"
Alea hanya bergerutu. Ia mulai memahami kelakuan koslet Sinta. Jika ia meminta di temani dan menyicil mobil baru, sudah pasti ada sesuatu yang membuatnya bermasalah.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
sitha arya
mulai baca dr awal lah
2022-09-25
1