Toook ... Tooook.
"Non. Tolong buka Non! Ada telepon,"
Alea yang baru saja ingin memejamkan mata. Terpaksa bangun dan membuka pintu kamar dengan segera.
"Bibi. Ada apa, semalam ini?"
"Maaf ya. Nyah, eeekh .. Non. Aduuh apa yah .. jadi bingung." menatap lesu.
"Udah bi Onah mau bicara apa. Aku gak apa- apa. Berita buruk atau baik, aku pasti legowo!"
Bi Onah tersenyum, andai saja di rumah ada Nyonya besar. Mungkin suasana rumah tak semenakutkan seperti saat ini yang terasa hampa dan tak bersahabat selalu serba salah.
"Begini.. tadi. Tuan Haris meminta nona, Euuuh ... besok siang menemuinya di tempat biasa! Ini bibi udah tulis di kertas,"
"Oowh. Makasih ya bi, ini berita baik. Udah lama juga kan. Terus terang sebulan lebih ini, besok ketiga kalinya kan Aku ketemu Mas Haris."
Bi Onah sangat sedih. Menatap senyuman tulus Alea membuat ia teringat sang anak di kampung yang telah berkeluarga juga. Hanya saja karena kondisi, di mana ia harus tetap bertahan bekerja pada keluarga Aksand.
"Kalau gitu berita buruknya apa Bi?"
Alea menatap wajah bi Onah terlihat kaku dan sedih. Di mana ia jelas tau apa yang ingin di ucapkan sang bibi. Tapi ia tak mau banyak berprasangka buruk dan memikirkan hal aneh.
"Bi .. Ayo cerita!" mengusap punggung bi Onah.
"Anu .. Nyonya besar. Harus melakukan operasi, kata dokter ada hal serius ingin bertemu Tuan atau walinya. Tadi bibi udah kabarin Tuan Haris, tapi ..,"
"Apaah ... Ya udah bi jangan panik ya! Besok Alea mampir sebelum berangkat kerja. Dokter Celine pasti akan melakukan yang terbaik. Mama Riris pasti akan sembuh kok bi. Aku berharap Mama cepat sembuh!"
"Amiiin .. mata, ucapan, tulus non Alea. Sungguh di sayangakan tuan Haris menyianyiakan istri briliant seperti non." benak bi Onah.
"Kok bengong bi?" tanya Alea.
"Gak apa - apa bibi duluan ya."
Di sudut senyuman tipis. Alea sadar, ia telah berkeluarga dan berubah status.
Tapi benar benar ia merasa masih saja kesepian. Meski keadaan berubah jauh dari kata serat akan langkah hidupnya yang tak berarah. Entah kenapa suami yang perhatian, kini sedikit berkurang.
Pagi hari Alea ke rumah sakit. Ruangan nomor tujuh kosong satu. Tempat di mana ibu mertua Alea masih dalam keadaan kritis. Kecelakaan membuat ibu mertua yang baik mengenaskan, papa mertua terkena serangan jantung ketika mengetahui kabar melalui sambungan ponsel.
Hal itu masih penuh tanya, mengapa suaminya Haris masih tak menemukan apa penyebabnya. Jika saja Alea mempunyai wewenang, mungkin ia ingin mencari tau.
Hanya saja, ia masih bingung kejelasan tak berujung. Alea hanya berharap ibu mertuanya bisa kembali sembuh seperti semula dan masalah semuanya cepat selesai.
"Mah. Mama cepat sembuh ya, setelah Haris pulang. Alea akan meminta persetujuannya. Mama harus berobat ke rumah sakit rujukan terbaik. Alea sedih lihat kondisi mama, tetap bertahan dan semangat ya Mah. Alea janji bakal nemenin Mama sampai kapanpun. Apapun keadaannya, Alea selalu anggap Mama seperti ibu kandung Alea!"
Alea bercerita pada Bu Riris bunda Haris. Ia tak pernah mendapat kasih sayang begitu baik sebelumnya.
Dulu, ia berusaha mengejar jambret. Yang notabane di kenal kala itu sering berhilir di tempat mencari korban di gang tak jauh ia pulang bekerja.
Bermodal keberanian, Alea berlari dan kilat keberuntungan memihak. Ia berteriak segerombol warga datang. Untungnya lagi ia bisa mengenal bu Riris dan mendiang suaminya.
Hal itu pun membuat Alea jatuh cinta pada Haris sekian lama mereka sering bertemu. Haris yang dingin, ia bisa sepatah dua kata tersenyum dan bicara padanya semenjak di zaman sekolah dulu.
Ciiiiieh .. hal begitu saja aku bisa hanyut dan berkata Haris tipe suami idaman dan setia. Meski aku sadar dia selalu sibuk dan gila kerja akhir akhir ini.
"Eeekh .. tunggu. Kenapa senyum kaya gitu kamu Al?" tanya Sinta.
Alea terkejut kedatangan Sinta tak jauh. Ia duduk di samping meja kerjanya. Lalu kembali dengan gaya kepo ketika dirinya menggeleng.
"Lah. Sekarang sedih kenapa sih Al. Cerita dong!"
Sin, kamu nih ya. Aku cuma lagi inget masa awal pertemuan aku aja sama Mas Haris. Tapi ... "
"Eeekh kok tapi.. kenapa Al?" serius Sinta.
"Mas Haris minta aku datang tadi pagi. Tapi pas aku datang, aku terlambat dia diemin aku dan ga natap aku langsung pergi ninggalin..Padahal aku mau ijin buat mindahin Mamah .. Sin. Aku harus apa Sinta. Huuuuuhuuuu .. ? apa sikanya karena tekanan kerja."
Sinta menatap dan memeluk Alea yang tiba saja mellow. Ia meminta Alea untuk tegar, untuk rileks. Ia tau jika Alea menyayangi bu Riris yang kini menjadi mamah mertuanya.
Karena Sinta pernah mengenal beberapa kali bertemu, saat perjamuan akhir tahun. Hanya saja ia tak mengenal sosok Haris.
"Cccccuuup ... Ya. Kamu ga boleh nangis lah Al. Aku tau, tapi kamu coba buat ketemu lagi nanti jam makan siang. Bertemu Mas kamu, bawain makanan dan ... Mmmm apa ya? Kartu ucapan maaf gitu!"
"Heuuuumph ... ide kamu Sin. Good banget, Mmmmuaaaach .. lope .. lope deh. Makasih Ya Sin."
Sinta melirik senyum dan menutup mata, kembali membuka mata dengan wajah sok dan sombong. Mirip wanita yang cerdas mempunyai ide briliant yang tak di miliki sahabatnya itu.
"Jiiiiieaaah .. mulai deh. Udah dapat pencerahan kabur dia. Woooiy .. Al. Mo kemana jam kerja nih!" berdiri terkejut menatap punggung Alea yang berjalan semakin menjauh.
***
DI KANTOR HARIS.
"Honey. Kamu yakin ga mau aku temani?"
"Ren. Udah kamu kembali pulang, nanti malam aku pulang sebentar. Aku bakal pulang kerumah istriku tersayang ini kok. Jadi jangan cereweet ya!" titah Haris.
Oke. See you Honey ... Mmmmmuaaach. Good Luck, semangat ya!" Kecup Irene.
"Pasti. Hati - hati Ren. Kabari aku kalau udah sampai rumah!" pinta Haris.
Alea yang tiba di lantai Ground. Ia memencet tombol lift dan menunggu tombol merah berubah hijau. Pertanda ia cepat segera masuk dan tak sabar keruangan di mana ia harus bertemu janji pada suaminya.
Tliiiing .. Suara pintu Lift.
Alea masuk, membalikan tubuhnya dan menatap seseorang yang berjalan lurus melirik menatapnya dengan alis menyamping. Alea yang berdiri di tengah lift hanya bisa kembali menatap dengan senyum, hingga pintu Lift tertutup. Tapi wanita itu masih menatap seperti tak suka padanya.
"Haaaah .. kenapa wanita glamour itu menatap aku kaya tadi ya?" berpikir lola Alea kala itu.
Dengan sebuah rantang spesial. Alea menunggu di ruangan lantai tujuh belas. Ia meminta receptionis membuka ruangan private yang biasa digunakan Haris jika ingin menemuinya.
"Silahkan duduk Bu! Pak Haris akan segera datang, ia sedang bertemu klien .. Tapi,"
"Terimakasih .. tidak apa - apa. Saya bisa menunggu kok." balas Alea yang sudah tau jawaban apa.
Haris bergegas mengambil jasnya. Ia ingin sekali tiba di rumah menemui Irene. Tapi dengan pakaian yang tak fresh. Ia harus bergegas pulang kerumahnya, dan bertemu Alea. Entah kapan ia ingin berkata jujur, tapi Haris sengaja menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan jika ia telah mempunyai anak dari wanita lain.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
ratu adil
aq jdi alea aq smbyikn khmilan trus typ cerai ..hdup bhgia dgn anak dan tk mnghlngi jka mntan suami ingin ktmu anak...jdi sma2 bhgia
2022-08-25
1
cinta ariani
lanjut say
2022-07-19
0
Mr Azusi
masih nyimak abang
2022-07-19
0