Danu membeku untuk beberapa saat. Dia tidak menyangka kalau istrinya itu akan mengetahui hubungan terlarangnya dengan wanita lain.
Ba–bagaimana Nadira bisa mengetahui tentang Anita? Apa dia selama ini sudah mengetahuinya? batin Danu.
"Hey, jangan mengalihkan pembicaraan, Nadira. Sekarang yang sedang kita bahas itu kamu, bukan Danu!" seru Ibu Susan sambil menunjuk wajah Nadira.
"Kenapa hanya aku yang kalian salahkan? Di sini Mas Danu juga salah, Bu. Dia–" Nadira menunjuk wajah Danu. "Dia yang sudah berselingkuh, bukan aku. Aku sama sekali tidak pernah mengkhianatinya, Bu. Tapi, kenapa hanya aku yang disalahkan?" tanyanya dengan geram karena ibu mertuanya itu hanya menyalahkannya saja, sementara Danu ia lindungi.
"Jawab, Mas! Kenapa kamu diam saja? Benar 'kan kalau kamu yang sudah berselingkuh?" tanya Nadira lagi karena Danu tak kunjung menjawab pertanyaannya.
"Nad, a–aku ....'
"Apa kamu mau mengelaknya, Mas?"
"Aku–"
"Bicara dengan benar dan katakan semuanya sekarang, Mas! Jelaskan pada Ibu dan Kak Nia kalau kamu yang sudah mendua, bukan aku!" pekik Nadira lagi dengan suara tertahan. Dia benar-benar sudah muak karena Ibu Susan terus mendesaknya, sementara anaknya sendiri malah ia diamkan.
"Cukup, Nadira! Kamu jangan mulai bersikap kurang ajar pada suamimu sendiri!" ucap Ibu Susan karena tidak terima putranya disalahkan oleh sang menantu yang menurutnya tidak tahu diri.
"Bu, aku tidak bersikap kurang ajar. Justru Ibu yang pilih kasih padaku dan Mas Danu. Ibu lebih membelanya meskipun kesalahan terletak di Mas Danu."
"Wajar saja aku membela Danu karena dia adalah putraku, sementara kamu hanyalah menantuku saja. Jelas sekali aku harus memperlakukan kalian berbeda. Aku tidak terima kalau putraku disalahkan oleh orang lain," jawab Ibu Susan tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Entah apa yang Nadira rasakan saat ini. Dia merasa heran, marah dan juga ingin tertawa karena mendengar ucapan dari ibu mertuanya.
Bagaimana bisa Ibu berpikir seperti itu? tanya Nadira pada dirinya sendiri.
Danu masih terdiam. Pria itu tak kunjung menyahuti perkataannya dan bahkan cenderung kalau dia tidak mendengarkan apa yang sedang Nadira dan ibunya bicarakan, hingga tiba-tiba dia ingat kalau ini adalah hari gajian dan sudah pasti istrinya juga akan menerima upahnya sebagai karyawan pabrik.
Aku baru ingat kalau hari ini waktunya dia gajian. Aku seharusnya tidak membuat dia kesal. Apalagi sampai mengungkit-ungkit Anita, batin Danu yang kesal karena dirinya sudah terbawa emosi. Belum lagi kini ibunya yang banyak bicara dan menyalahkan Nadira, sudah pasti istrinya itu akan sakit hati.
"Bu, Nadira ... sebaiknya kita tidak perlu memperpanjang masalah ini lagi. Aku akan memaafkanmu kali ini. Tapi, jangan sampai ada yang kedua kalinya, ya!" bujuk Danu sambil meraih tangan Nadira dan menggenggamnya.
"Apa maksud kamu, Mas? Aku tidak bersalah, untuk apa kamu memaafkanku?" tanya Nadira yang merasa heran dengan perubahan suaminya yang tiba-tiba itu.
"Nad, tidak ada baiknya kita yang merupakan suami istri ini bertengkar. Bukankah seperti itu?" tanya Danu lagi disertai tatapan hangatnya, sangat berbanding terbalik dengan tatapan tadi.
"Apa yang kamu rencanakan, Mas?" tanya Nadira waspada.
"Aku tidak merencanakan apa-apa," jawab Danu.
Ibu Susan menyikut perut putranya sebelum berbisik, "Danu, apa yang sedang kamu lakukan? Bukankah tadi katamu dia berselingkuh?"
"Bu, sebaiknya kita tidak membahas masalah ini lagi. Aku sudah memaafkan Nadira," jawab Danu sambil mengedipkan sebelah matanya, memberi kode pada sang ibu kalau dirinya sedang berpura-pura. Namun, Ibu Susan tidaklah sepeka itu membaca kode dari putranya.
"Dan, kamu sakit mata?" tanya Ibu Susan seraya menarik tengkuk sang anak dan menatap kedua mata putranya. "Tidak ada yang salah," gumam wanita itu.
Begitu pula dengan Nia. Dia justru malah menanyakan kebenaran tentang pertanyaan Nadira yang menyangkut wanita simpanannya.
"Dan, apa benar yang Nadira katakan, kamu ada hubungan lain di belakangnya?"
"I–itu ... tentu saja itu tidak benar, Kak. Mana mungkin aku mengkhianati istriku sendiri," jawab Danu yang kini merangkul bahu Nadira.
Namun, Nadira segera menepis tangan lalu yang bertengger di bahunya. Dia merasa risih sendiri atas tingkah laku suaminya itu.
Sebenarnya apa yang sedang direncanakan Mas Danu? Kenapa sikapnya langsung berubah setelah aku mengungkit Anita dalam pembicaraan ini? Apa dia bermaksud menyembunyikan kebusukannya dari Ibu? batin Nadira bertanya-tanya.
"Singkirkan tanganmu dari bahuku!"
"Duh ... jangan galak-galak seperti itu dong, Nad. Ingat, jangan membuatku marah kalau kamu tidak ingin aku tinggalkan!" Danu memberikan peringatan yang tidak berarti untuk Nadira.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sudah beberapa hari berlalu setelah keributan yang terjadi di rumah Nadira sore itu. Kini sikap dan sangat lembut dan hangat pada Nadira serta Tiara. Bahkan, Danu juga kerap kali menghabiskan waktunya bersama Tiara. Nadira sendiri merasa heran dengan perubahan tiba-tiba yang dilakukan oleh Danu. Nadira yakin kalau suaminya itu sedang merencanakan sesuatu, tetapi dia belum mengetahuinya. Walau bagaimanapun Nadira masih tetap mewaspadai Danu.
"Nad, aku mau mengantarkan Tiara dulu pada Ibu. Kamu cepat siap-siap supaya tidak kesiangan!" perintah Danu pada Nadira kala pagi itu.
Nadira tidak menjawab perintah Danu dan membiarkan suaminya itu melakukan apa yang ingin dilakukannya.
Sebenarnya apa rencana kamu, Mas? gumam Nadira menatap punggung suaminya yang mulai menjauh sambil menggendong Tiara.
Sementara itu, tatapan Danu pada Tiara langsung berubah setelah pria itu menjauh dari kontrakannya. Dia menggendong Tiara dengan kasar dan hampir menyakiti bayi itu.
"Ck. Menyusahkan saja," gerutunya sambil menatap wajah Tiara yang sebenarnya mirip dengan dia, hanya saja Danu menampiknya karena dia ingin anak laki-laki, tapi Nadira justru malah melahirkan anak perempuan.
"Menyebalkan. Kamu dan Ibumu sama saja, sama-sama menyusahkanku," ucapnya lagi.
Tak lama berselang, Danu pun sampai di pekarangan rumah Ibu Susan. Tanpa mengucap salam, Danu langsung menyimpan Tiara dengan kasar di kasur lantai yang biasa digelar oleh Ibu Susan di tengah rumah.
"Bu!" panggil Danu karena tidak melihat keberadaan Ibunya itu.
"Ibu, coba ke sini sebentar!" pekik Danu lagi.
"Ada apa, Dan," tanya Ibu susan menghampiri putranya dengan tergopoh-gopoh.
"Bu, aku capek," keluh Danu sambil mendudukkan dirinya di sofa.
Ibu Susan mengernyit. Capek kenapa, Dan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sukliang
capek bokek mak lampir bau tanah
2023-04-03
0
elvie
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
2022-10-02
0
Suryani Yani
semangat Thor, aqu suka ceritanya 💪👍👍
2022-08-30
2