Setelah uang itu berpindah tangan ke Nadira, Raka berjalan beberapa langkah ke depan, tangannya terulur untuk menghentikan salah satu laju angkutan umum yang masih ada.
Nadira melihat Raka berbicara sesaat dengan sang sopir. Entah apa yang mereka bicarakan, Nadira tidak mengetahuinya. Akan tetapi, tak lama kemudian Raka kembali menghampiri Nadira.
"Nad, kamu sudah bisa pulang sekarang. Saya sudah menitipkan kamu pada sopir itu. Dia bisa memastikan kalau kamu bisa pulang dengan selamat," ucap Raka.
Nadira masih mematung. Entah apa yang harus dia katakan pada pria itu untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya atas apa yang sudah dilakukan oleh Raka padanya.
"Sudah ... kamu jangan ngerasa sungkan lagi. Sana pulang! Mumpung ada penumpang lain yang searah denganmu." Raka kembali berucap karena Nadira yang masih terdiam.
"I–iya, Pak. Terima kasih banyak karena sudah membantu saya," ucap Nadira sebelum ia menaiki mobil angkutan itu.
"Iya, sama-sama. Hati-hati di jalan!"
Nadira tersenyum kecil dan menganggukan kepalanya.
"Bapak juga," jawabnya.
Tak lama setelah Nadira masuk ke dalam mobil, angkutan umum itu pun lekas berjalan dan membawa penumpangnya ke arah tujuan mereka. Sepanjang perjalanan pulang, Nadira tidak henti-hentinya menoleh ke arah kanan kiri jalan, dia berharap bisa melihat suaminya yang mungkin akan menjemputnya meskipun sudah sangat terlambat.
Mas Danu benar-benar tega, dia sama sekali tidak menghubungiku atau memberikanku kabar.
Nadira membatin saat melihat ponselnya yang sepi, tidak ada satu pesan pun masuk dari Danu. Menghela napas panjang, Nadira berusaha tenang. Dia mencoba untuk bersabar dalam menghadapi sikap suaminya yang akhir-akhir ini selalu membuat emosinya terpancing.
Perjalanan yang dilalui mobil itu baru setengahnya, Nadira kembali mendengus pelan saat mobil itu memasuki area SPBU untuk mengisi bahan bakar.
Hah, sepertinya aku harus menunggu lebih lama lagi, batin Nadira sambil meringis saat melihat antrian mobil angkot yang berjejer cukup panjang.
Baru saja Nadira hendak menundukkan kepalanya, tiba-tiba datang suara motor yang tak asing di telinganya. Di sana memang banyak motor dengan jenis yang sama dengan milik Danu, tapi sebagai istri, dia tahu betul bagaimana suara bising kendaraan suaminya itu.
"Mas Danu?" Nadira terperangah, ia tidak mempercayai penglihatannya saat ini.
Tepat di depan sana, Nadira melihat suaminya sedang berboncengan dengan wanita lain yang terlihat begitu dekat. Seketika hatinya memanas. Bagaimana tidak, wanita itu memeluk pinggang Danu dengan erat. Meskipun Danu merupakan tukang ojek, dia tahu persis jika sikap yang ditunjukkan keduanya bukanlah antara pengemudi dan penumpang, tetapi layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Apalagi saat ini Danu tidak sedang menggunakan jaket hijau–nya, hal itu semakin memperkuat dugaan Nadira jika suaminya itu sudah bermain di belakangnya.
"Mas Danu .... Kamu bener-bener keterlaluan!" geram Nadira seraya mengepalkan kedua tangannya.
Sang sopir yang ada di depan Nadira tampak melirik saat mendengar Nadira bergumam, dia juga mengikuti pandangan Nadira pada sepasang kekasih yang ada di atas motor, berada tak jauh dari mobilnya.
"Zaman sekarang jangan terlalu percaya sama laki-laki, Dek. Apalagi tipe-tipe kayak gitu," celetuknya sambil menunjuk motor Danu dengan menggunakan isyarat muka.
Nadira tidak menanggapi ucapan dari sang sopir angkot. Dia langsung menundukkan kepalanya. Daripada mendengar perkataan orang lain, Nadira lebih baik menyelesaikan masalah ini di rumah. Dia akan bertanya sambil menyelidiki apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh Danu di belakangnya.
Setelah menunggu hampir satu jam, akhirnya mobil yang ditumpangi oleh Nadira sampai tepat di gang kontrakan. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada ibu mertua yang sedang menggendong Tiara, putri kecilnya.
"Assalamu'alaikum, Bu," sapa Nadira sambil mencium tangan ibu mertuanya.
Susan, nama dari mertua Nadira. Wanita paruh baya itu langsung memberikan cucunya pada Nadira begitu saja.
"Wa'alaikum salam. Kenapa kamu lama sekali, hah? Biasanya juga kamu tidak pernah pulang terlambat. Kenapa sekarang malah seperti ini?" cecar Ibu Susan sambil menatap bengis menantunya.
Nadira meringis saat mendengar pertanyaan dari sang ibu mertua, dia tahu kalau Ibu Susan tidak terlalu menyukainya karena dia bukanlah wanita yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, dia juga terpaksa merestui putranya menikahi Nadira karena saat itu Danu sangat mencintai Nadira. Belum lagi Nadira yang terlambat hamil, hingga membuatnya menunggu sampai empat tahun lamanya untuk mempunyai cucu dari putra bungsunya.
"Maaf, Bu. Mas Danu tidak menjemputku. Dia juga tidak memberiku kabar apa-apa. Padahal, aku sudah menunggunya selama dua jam lebih. Tapi, dia tidak datang juga," jawab Nadira sambil menundukkan kepalanya.
"Halah ... alasan kamu, Nad. Katakan saja kalau kamu mau main-main dulu di luar sana. Jangan menjadikan keterlambatan Danu sebagai alasan!" kata Ibu Susan sambil mencibir Nadira, jangan lupakan delikan matanya yang tampak jelas jika dia tidak menyukai menantunya itu.
Nadira menggelengkan kepalanya, dia menampik perkataan dari ibu mertuanya. "Tidak, Bu. Aku memang pulang terlambat karena Mas Danu yang tidak menjemputku. Lagi pula ... aku juga tidak berniat main-main."
Nadira berusaha untuk tetap tenang menghadapi Ibu Susan. Lima tahun ia menjadi menantu dari wanita itu, cukup membuat dia terbiasa menghadapi sikap Ibu Susan yang keras dan kasar seperti itu padanya.
"Terus saja berasalan. Apa kamu masih belum cukup membuat putraku sengsara? Gara-gara dia ngotot menikahimu, sekarang hidupnya jadi serampangan seperti ini! Kamu pikir, kamu ini lebih baik darinya sampai-sampai kamu bisa menyalahkan dia sesuka hatimu?" Ibu Susan kembali bertanya tanpa mempedulikan jika menantunya itu masih lelah setelah seharian bekerja.
Nadira menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi ibu mertuanya yang selalu menilai dia negatif. Belum lagi rasa lelah tubuhnya membuat Nadira memilih untuk mengalah dan membiarkan Ibu Susan dengan segala praduganya.
"Ck. Dasar menantu tidak berguna!" bentak Ibu Susan dengan suara tertahan tepat di telinga Nadira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
ibu anak sama saja...
sama sama tidak punya perasaan
2023-02-09
0
elvie
Anak lw yg salah malah nyalahin orang lain. klo ga ikhlas ngasuh cucu dan dah ga sanggup jgn nyuruh mantu kerja. anaknya yg punya rezeki seret bukannya di doain biar lancar rezekinya ini malah cari kesalahan mantu.
😤😤😤
2022-10-02
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu mertunya jahat amat ya
2022-09-12
0