Nadira beranjak dari teras rumah Ibu Amira, hatinya kembali harus menerima luka yang ditorehkan keluarganya sendiri. Dia tidak pernah membayangkan akan diusir seperti ini. Sungguh, Nadira tidak berpikir seperti itu. Kini wanita itu memutuskan kembali ke rumah kontrakannya bersama Tiara.
"Sayang, maafkan Mama karena harus membawamu keluar malam seperti ini, ya! Mama juga tidak menyangka kalau Pakde dan Nenekmu akan mengusir kita seperti ini," ucap Nadira pada bayi di dekapannya. Merasa bersalah? Tentu saja ia rasakan, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi karenanya selain pasrah dengan keadaan.
Nadira kembali menyusuri gang sempit untuk keluar dari tempat tinggal ibunya. Suasana malam itu cukup cerah sehingga membuatnya berani membawa Tiara kembali pulang ke kontrakan, tapi kalau saja malam itu hujan, entah apa yang bisa ia lakukan.
Jam sudah menunjukkan pukul 22:15 malam, Nadira tidak merasakan tubuh lelah serta perutnya yang keroncongan belum diisi karena dia terlalu sibuk mencari tempat perlindungan. Namun, pada kenyataannya tempat itu tak pernah tersedia untuknya.
Sesampai di depan gang, entah kebetulan atau keberuntungan, dia mendapatkan tukang ojek yang baru saja mengantarkan penumpang di sekitar sana. Nadira segera menghampirinya karena takut akan tertinggal. Apalagi daerah itu cukup sulit untuk mendapatkan kendaraan di malam hari.
"Pak, maaf ... bisa tolong antarkan saya ke jalan Manggis?" tanya Nadira setelah ia berdiri di dekat motor tukang ojek itu.
Tukang ojek itu tidak langsung menjawab pertanyaan Nadira, dia memperkirakan penampilan Nadira dari atas sampai bawah, hingga barang-barang yang dibawa wanita itu.
"Bagaimana, Pak. Apa Bapak bisa mengantarkan saya?" tanya Nadira lagi karena pertanyaannya tidak dijawab oleh sang tukang ojek.
"Maaf, Neng ... Neng bawa apa itu?" tanya tukang ojek itu sambil menunjuk gendongan yang sedang didekap oleh calon penumpangnya. Tatapan tukang ojek itu tampak seperti orang yang sedang mencurigai sesuatu.
"Ini, Pak?"
Tukang ojek itu mengangguk. "Iya. Itu apa?"
"Ini putri saya, Pak. Dia sedang terlelap," jawab Nadira sambil memperlihatkan wajah mungil Tiara yang sedang memejamkan matanya.
"Eh? Neng bukan penculik bayi 'kan?" tanya tukang ojek itu lagi.
"Lho, kenapa Bapak mencurigai saya penculik bayi? Ini sungguh putri saya." Nadira memperlihatkan foto wallpaper ponselnya pada tukang ojek itu. Akh, untung saja meskipun ponselnya jadul, tetapi masih tetap bisa dipakai untuk menangkap gambar.
"Oh. Maaf, Neng. Bapak tidak bermaksud untuk mencurigainya, tapi akhir-akhir ini banyak kasus seperti itu. Jadi, Bapak hanya sedikit khawatir saja. Sekali lagi, Bapak minta maaf," ucap tukang ojek itu.
"Ya ... baiklah."
Ya, Nadira mencoba memakluminya karena memang sudah dua minggu ini banyak sekali pemberitaan yang menayangkan kasus penculikan bayi. Makanya tidak heran jika banyak orang yang begitu waspada setelah berita itu tersebar luas.
"Jadi, apa Bapak bisa mengantarkan saya?" tanya Nadira lagi setelah kesalahpahaman diantara mereka usai.
"Iya, tentu, Neng. Lagi pula sebenarnya tidak baik membawa bayi keluar malam-malam seperti ini," jawab sang tukang ojek sambil memberikan helm cadangan untuk dikenakan oleh penumpangnya.
Ya, benar. Memang tidak baik membawa bayi keluar malam-malam. Tapi, aku juga terpaksa melakukan hal ini. Kukira aku akan mendapatkan perlindungan dari keluargaku, ternyata justru mereka sama sekali tidak mempedulikanku, batin Nadira miris.
Waktu perjalanan yang ditempuh malam itu terbilang singkat karena tulang ojeknya mempercepat laju kendaraannya. Dia tidak ingin membawa penumpang bayi terlalu lama di luar.
"Pak, nanti masuk gang yang di depan, ya!" pinta Nadira saat mereka hampir tiba. Suasana saat itu sudah sangat sepi karena waktu hampir menjelang tengah malam dan mirisnya lagi Nadira masih di luar rumah bersama Tiara.
"Oh. Iya, Neng." Tukang ojek itupun mengikuti arahan Nadira dan masuk ke gang yang hanya bisa dilalui satu motor itu.
"Pak, berhenti di sini!" ucap Nadira saat mereka sudah sampai di depan rumah kontrakannya.
Nadira turun dan memberikan ongkos pada pengemudi ojek itu. "Ini, Pak. Terima kasih," katanya lagi.
"Oh, iya, Neng. Sama-sama," jawab tukang ojek itu sebelum dia berlalu pulang.
Nadira menatap depan kontrakannya. Tak ada ciri-ciri kalau Danu ada di dalam sana. Selain suasananya sepi karena sudah larut malam, tetapi juga dia tidak melihat adanya sepatu milik Danu di sana.
Sepertinya Mas Danu lagi-lagi tidak pulang ke rumah, gumam wanita muda itu.
Nadira mulai membuka pintu kontrakannya dan dugaannya benar, Danu tidak ada di sana. Menghela napas panjang, Nadira masuk seraya menyimpan kembali tas yang berisi perlengkapan bayi milik Tiara.
Ya Tuhan ... akan seperti apa rumah tanggaku kedepannya nanti? Semua ini tampak menyakitkan bagiku dan Tiara. Bisakah aku melalui semua ini? Bisakah aku kuat menghadapinya? Wanita muda itu membatin sendiri. Sekarang tidak ada yang bisa ia andalkan lagi selain dirinya.
Tiara, maafkan Mama jika Mama tidak bisa memberikanmu keluarga yang utuh. Mama sudah berusaha, tapi ternyata kita tetap tidak bisa memilikinya. Setelah semua ini, Mama sendiri yang akan berjuang untukmu. Mama tidak akan membiarkan orang-orang menyakitimu lagi, Termasuk Bapak dan Nenekmu! batin Nadira penuh tekad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
sedayu
author kayaknya pingin Nadira gila Krn bucin PD Danu, ntar tiara di bikin gk ada oleh klakuan kluarga mertuanya kali y thor
2023-07-27
0
Yulia Rosmita
thor bikin tiara pergi dari kontrakannya bikin dia milih hidup sendiri daripada hasil kerjanya harus di ambil sama suami dan mertuanya
2023-06-20
0
manda_
lanjut
2022-09-12
0