Emma dan Nadira cukup lama berbincang, atau lebih tepatnya Emma yang menceritakan tentang perilaku buruk Danu, suami Nadira. Wanita muda itu beberapa kali menghela napas panjang saat. Dia tidak menyangka jika Emma akan menjadi orang pertama yang mengetahui tentang buruknya sifat Danu dibelakang Nadira.
Ya Tuhan ... sebenarnya apa aja yang udah Mas Danu sembunyikan dariku? Kenapa aku bisa sampai kecolongan seperti ini? batin Nadira yang merasa sesak sendiri. Dia yang dulu rela pergi dari keluarganya dan tidak mendengarkan ucapan kedua orang tuanya karena begitu mencintai dan mempercayai Danu, sehingga memilih jalannya sendiri. Akan tetapi, kini dia sendiri yang kecewa dengan pilihannya itu.
"Nad,apa kamu baik-baik saja?" tanya Emma sambil menggenggam tangan Nadira.
"Aku tidak tahu, Em. Aku tidak bisa mengatakan kalau aku baik-baik saja. Tapi ...." Nadira menarik napasnya dalam-dalam. Dia tidak ingin menunjukkan rasa kecewanya di depan orang lain. Jadi, Nadira hanya tertunduk lesu.
"Nad, aku mengerti bagaimana perasaan kamu. Aku juga tidak berniat membuat rumah tangga kamu hancur, tapi ... aku juga tidak bisa menutup mataku saat aku tahu suami temanku diam-diam main dibelakangnya."
"Kamu tidak perlu merasa bersalah, Em. Justru, aku yang harusnya berterima kasih padamu karena sudah memberitahukan hal penting seperti ini, sebelum lebih banyak orang yang mengetahuiny," jawab Nadira seraya memaksakan diri untuk tersenyum. Dia tidak ingin orang lain melihat kehancuran hatinya saat ini.
Emma menatap Nadira dengan mata berkaca-kaca. Dia sendiri tidak bisa membantu Nadira lebih jauh jika wanita itu tidak menginginkannya. Namun, dia akan siap jika suatu saat Nadira datang dan meminta bantuannya.
"Semoga masalah yang sedang kamu hadapi ini bisa segera terselesaikan, Nad." Emma menepuk bahu Nadira untuk memberikannya dukungan. "Kapanpun kamu butuh bantuanku, datang saja, Nad. Jangan dipendam sendiri," sambungnya lagi.
"Terima kasih, Em. Setidaknya sekarang aku tahu apa yang sedang terjadi pada keadaan rumah tanggaku," sahut Nadira sambil tersenyum getir.
"Nadira ...." Emma menatap Nadira dengan pandangan yang tidak biasa. Meskipun saat ini wanita dihadapannya itu sedang tersenyum, tapi dia tahu kalau senyum itu hanya senyum palsu penutup luka.
"Nad, aku benar-benar minta maaf. Gara-gara aku, kamu–"
"Kamu tidak perlu minta maaf, Em. Aku sama sekali tidak menyalahkan kamu atas apa yang menimpa rumah tanggaku." Nadira segera menyahuti perkataan Emma. Dia tidak ingin membuat Emma merasa tidak enak hati padanya.
"Ya sudah. Sebaiknya sekarang kita pulang. Aku tidak mau nanti suamimu menunggu terlalu lama!" putus Nadira sambil berdiri dari tempat duduknya.
Emma mengangguk dan ikut bangkit. Setelahnya, kedua wanita itupun berjalan menuju gerbang pabrik. Suasana sore itu masih macet dan sangat ramai kendaraan. Sebenarnya Nadira tidak berharap Danu datang menjemputnya. Entah kenapa, dia merasa sanksi atas sikap yang ditunjukkan Danu padanya.
Seperti biasa, Nadira akan berjalan menuju ruko lebih dulu, selain di sana tempat Danu biasa menunggunya, di tempat itu pula banyak mobil yang sedang berhenti menunggu penumpang. Nadira berjalan dengan setengah melamun, dia tidak memperhatikan sekeliling dan hanya terfokus ke depan atau pada mobil-mobil yang berjejer di sana. Namun saat melewati ruko, telinga Nadira tidak sengaja mendengar seseorang sedang memanggil namanya.
"Nad, Nadira!"
Wanita itu menghentikan langkahnya dan menoleh ke asal suara.
"Mas Danu?" gumam Nadira sambil mengernyitkan keningnya. Dia sedikit merasa heran dengan kehadiran suaminya itu. Padahal, sebelumnya Nadira mengira kalau Danu tidak akan menjemputnya, apalagi setelah tadi pagi dia meninggalkannya di pinggir jalan begitu saja.
Sesaat Nadira tercenung menatap Danu. Hatinya sangat bergejolak dengan berbagai perasaan dan otaknya pun dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Akan tetapi, hal itu harus ia tahan karena tidak akan ada gunanya berbicara disaat tubuh sedang lelah, yang ada malah semakin emosi dan malah akan memperkeruh suasana.
"Kenapa kamu diam saja, Nad? Dari tadi aku sudah memanggilmu!" omel Danu sambil menarik tangan Nadira yang tadi masih terdiam menatapnya.
"Hah? Oh, tidak ... Mas. Maaf, tadi aku sedang tidak fokus, mungkin karena lagi kecapean," jawab Nadira dengan terbata-bata.
"Ck. Aku tidak menanyakan keadaanmu." Danu berdecak seraya memalingkan wajahnya. "Kamu cape atau tidak, aku tidak peduli," ucapnya yang langsung membuat wajah Nadira datar seketika.
Hah, memangnya apa yang aku pikirkan? Tidak mungkin kalau Mas Danu akan tiba-tiba perhatian? Toh selama ini dia juga udah tidak peduli dengan perasaanku, batin Nadira saat melihat reaksi suaminya.
"Maaf karena sudah membuat kamu nunggu lama." Nadira hendak meraih helm yang ada di atas jok motor. Akan tetapi, gerakannya tiba-tiba terhenti karena suara ponsel Danu yang berdering dan menarik perhatiannya.
Danu tampak menoleh ke arah Nadira saat dia akan menjawab panggilan itu. Raut wajah pria itu terlihat langsung berubah seketika saat dia membaca pesan yang baru masuk di ponselnya, tepat setelah Danu melewatkan panggilan tersebut.
"Kenapa raut wajah kamu tegang seperti itu, Mas?" tanya Nadira. Tidak dapat dipungkiri kalau hatinya tiba-tiba merasa panas dan kesal. Mengingat perkataan Emma, Nadira kembali merasa sakit hati dan kesal. Suaminya ini sudah berani mempermainkannya.
"Mmmh, anu, Nad–" Danu terlihat bingung.
"Kenapa?"
"Mmmh, sepertinya aku tidak bisa mengantarmu pulang. Aku mendadak ada urusan. Jadi, kamu pulang sendiri aja, ya?" tanya Danu.
"Kamu dapat orderan mendadak sampai-sampai tidak bisa mengantar aku pulang dulu, Mas?" tanya Nadira dengan suara kesal yang tertahan.
"Akh, kamu tidak akan ngerti. Pokoknya aku tidak bisa mengantar kamu. Kamu pulang saja sendiri!" Tanpa menunggu penolakan dari Nadira lagi, Danu segera memakai kembali helmnya dan menyalakan motor, sebelum akhirnya dia meninggalkan Nadira yang masih berdiri sendirian di sana.
"Lagi?" tanya Nadira pada dirinya sendiri.
Lagi-lagi Mas Danu ninggalin aku kayak gini? gumamnya. Keterlaluan kamu, Mas! sambung Nadira lagi sambil mengepalkan tangannya.
Hari ini Nadira sudah dua kali dibuat kecewa oleh suaminya. Akan tetapi, setidaknya kali ini dia bisa pulang tanpa khawatir karena dia memiliki uang untuk ongkos pulang. Selain itu, Nadira juga bisa sedikit lebih santai dan tidak perlu terburu-buru seperti tadi pagi.
Kini Nadira memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang dilakukan Danu padanya. Rasa kecewa dan sakit tentu saja ada dalam hatinya, tapi dia juga harus memikirkan Tiara, putri kecilnya yang sudah dia korbankan demi keinginan Danu yang menyuruhnya untuk bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Sukliang
tinggalin suami kaysk gini
udah miskin bertingkah
modal motor
2023-04-03
0
elvie
cepet ketauan belangnya.....
kesian Nadira ma Tiara😭
Emma mkasih y dh jadi temen yang care. 🤗
2022-10-02
0
manda_
semangat nat buktikan kamu bisa lepas dari danu
2022-09-12
1